Bab 04

" Seperti apasih yang namanya kekasih ?" gumam kanaya pada bayangan dirinya di cermin.

Kanaya merasa penasaran tentang sosok seorang kekasih, ia menggambarkan bahwa kekasih itu orangnya baik, tampan dan lemah lembut.

Berbagai ilusi tentang kekasih membuat kanaya tersenyum-senyum sendiri.

*

*

*

Ke esokan harinya.

Seperti biasa kanaya memulai aktifitas paginya dengan senam yoga, sebelumnya ia telah meminta izin terlebih dahulu kepada majikannya untuk melakukan rutinitas paginya. Sebab kanaya telah terbiasa bersenam yoga sejak masih remaja, ayah dan ibunya adalah pelatih senam yoga sebelum kecelakaan maut yang menimpa mereka hingga menewaskan keduanya.

Teringat peristiwa yang telah menghancurkan hidupnya, kanaya menangis. Tanpa ia sadari air mata telah jatuh membasahi kedua belah pipinya. Namun kanaya masih dalam ke posisi duduk bersila memejamkan mata.

" Aneh, senam yoga kok sambil nangis." ucap bramastyo hampir tak terdengar. Kebetulan ia lewat di depan kamar kanaya, karna pintu yang sedikit terbuka ia sempat melihat kanaya yang sedang melakukan senam yoga.

" Tuan ." panggil kepala pelayan dengan napas terengah.

" Ya, ada apa ?" bramastyo berbalik badan memandang pelayan yang berdiri di sampingnya.

" Nyonya tuan." ucap pelayan itu panik.

Degh.

" Ada apa dengan nyonya ?" bramastyo bergegas tanpa mempedulikan jawaban dari pelayannya.

Langkahnya tergesa-gesa, ia merasa khawatir dengan kondisi istrinya. Mengingat usia kandungannya sudah tua. Di benaknya saat itu hanya satu, cepat-cepat menemui sang istri di kamar utama.

Kanaya yang mendengar pembicaraan kedua orang tersebut menghentikan senam yoganya dan berlari menyusul, hingga ia lupa kalau saat itu ia hanya memakai baju senam Tank top yang sangat ketat memperlihatkan seluruh lekuk tubuhnya dengan bawahan celana pendek training.

*

*

*

Sementara itu di kamar utama anggun sedang merintih kesakitan, ia berusaha menahannya namun apalah daya rasa sakit yang ia rasakan benar-benar membuat dirinya menyerah.

" Kamu kenapa sayang ? apa yang kamu rasakan ?" tanya bramastyo saat ia tiba di kamar utama.

Anggun tak menjawab ia hanya merintih kesakitan. Membuat bramastyo semakin panik.

" Maaf tuan sepertinya nyonya akan melahirkan." ucap kanaya, ia melihat bercak-bercak darah di kaki anggun.

" Cepat siapkan mobil kita kerumah sakit sekarang." dengan sigap kanaya memberi perintah pada kepala pelayan yang berdiri di belakangnya. Tentu saja tanpa kanaya sadari.

" Nay... tolong nay, sakit sekali nay..." pekik anggun tanpa terasa ia berteriak tangannya mencengkeram lengan kanaya yang sedang duduk di sebelahnya.

" Kita ke rumah sakit nyonya." ucap kanaya.

Anggun menggelengkan kepalanya.

" Aku tak sanggup lagi, tolong lakukan sesuatu." pinta anggun dalam rintihnya.

Tanpa buang-buang waktu lagi, kanaya segera mengambil posisi untuk membantu persalinan majikannya.

Dulu waktu kecil ia sering melihat tetangganya melahirkan, bahkan ia berada tepat di depannya. Dengan ingatan itulah kanaya mencoba membantu persalinan sang majikan.

" Maaf nyonya, renggangkan kedua kakimu." ucap kanaya.

Anggun mengangguk, sekarang posisinya tengah terlentang dengan kedua lutut yang di tekuk dan kaki di renggangkan.

" Tarik napas dalam-dalam nyonya, kemudian hembuskan dari mulut." kanaya memberi aba-aba.

Kanaya memeriksa jalan lahirnya , " Sudah saatnya." pikir kanaya.

" Nyonya ku mohon doronglah dengan kuat, sebentar lagi bayi mu akan lahir."

Anggun mengikuti arahan kanaya, berkali-kali ia mendorong ke arah bawah. Hingga wajahnya berubah memerah. Dengan sekuat tenaga anggun mendorong untuk yang ke sekian kalinya.

Beberapa menit kemudian terdengar suara bayi.

" Ooeekk...Ooeeekkk..."

" Alhamdulillaah, selamat nyonya putra mahkota telah lahir dengan selamat." ucap kanaya penuh haru. Ia benar-benar tidak menyangka akan bisa melakukan semuanya dengan baik.

Tangannya terasa gemetar saat bayi laki-laki itu menggeliat di tangannya.

" Ooeekk...Ooekkkk...ooooeeekkk...." Bayi mungil itu menangis dengan bibir yang gemetar.

" Putraku." gumam anggun. Bramastyo menitikkan air mata menyaksikan perjuangan isrinya demi memberikan ia seorang penerus.

Tak lama kemudian dua orang berpakaian putih-putih masuk ke kamar tersebut, rupanya seorang dokter dan seorang perawat. Tanpa banyak bicara keduanya segera melakukan tugas mereka.

" Putra nyonya tampan sekali." ucap dokter sambil meletakkan bayi yang baru lahir itu ke dada ibunya, anggun.

" Sayaangg..." anggun mengelus-elus bayi yang baru saja ia lahirkan.

" Dia mirip kamu My king." bisik anggun kepada suaminya.

" Iya sayang makasih ya ... sudah rela menjadi ibu dari anakku." bramastyo mengecup kening sang istri.

Jangan di tanyakan lagi kemana kanaya, ia bergegas ke kamarnya, berniat mengganti pakaiannya.

" Untung saja tidak ada yang melihat diriku. "Bisik kanaya pada dirinya sendiri.

Kanaya kembali mengenakan baju. BabyvseTTernya, mengingat hari itu juga ia akan mengurus bayi mungil sang majikan.

" Ini langkah awalmu kanaya , Buktikan pada dunia kau bisa?." kanaya memberi semangat pada dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

al-del

al-del

lucu sekali Kanaya,,, berucap untung tidak ada yang melihat diriku, emang anggun Bram sama pelayanan yang lain buta...! 😅😅😅

✌️✌️✌️ Thor 🤭🤭🤭

2022-10-28

1

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

alhamdulillah ... keren Kanaya 👍

2022-10-12

1

Rosni Lim

Rosni Lim

Lanjut Thor

2022-09-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!