"Nona! Nona Rara!" Panggil seorang gadis muda membuyarkan lamunan Qiara.
Saat itu ia berada di toko bunga miliknya. Toko itu sudah berjalan hampir dua tahun lamanya. Ia merintis usaha itu dari nol dengan modal seadanya yang ia pinjam dari ayahnya. Dengan tujuan agar ia punya kegiatan rutin dimasa-masa pemulihan dari depresi yang dideritanya selama dua tahun belakangan ini. Toko ini buka dari pagi hari sampai sore hari.
"Ada apa?" tanyanya sambil menatap gadis muda yang tengah berdiri diambang pintu ruangannya.
"Semua pesanan sudah selesai diantar nona! Jika nona sudah tidak ada keperluan lain lagi, aku dan Ningsih mau izin pamit untuk pulang! Karena sudah pukul setengah enam sore." ia tampak ragu saat menjawab pertanyaan bos nya itu.
Qiara langsung melihat jam tangannya. Benar saja sudah hampir pukul enam sore.
"Ya sudah kalau begitu. Kau dan Ningsih boleh pulang. Biar aku saja yang menunggu Anto dan menutup toko." ucapnya ramah.
"Ehm... apa nona yakin? Aku bisa pulang terakhir nona. Biar aku saja yang menunggu Anto." Ucapnya.
"Tidak apa-apa, Sekar! Kalian pulang saja duluan. Ini sudah hampir malam." ucapnya pada gadis bernama Sekar itu.
Akhirnya sekar menuruti ucapan Qiara. Tak lama setelah mereka pulang, Anto, kurirnya, datang dan menyerahkan semua bukti penerimaan padanya dan izin pamit untuk pulang.
Sebelum pulang, Qiara terlebih dahulu mengecek keadaan toko bunganya dengan hati-hati. Toko bunga ini sudah dirintis nya selama hampir dua tahun lamanya. Dia hanya punya tiga orang pegawai saja karena memang tokonya tidak begitu besar. Dia lebih suka berbisnis sendiri dari pada bekerja bersama orang lain. Mungkin itu sudah turunan dari ayahnya yang juga punya toko material yang sangat sukses.
Setelah menutup tokonya, dia pun pulang. Entah kenapa hari ini jalanan terlihat macet tidak seperti biasanya. Qiara seketika bertanya pada pengemudi motor yang berada disebelah mobilnya.
"Maaf, tuan! Ada apa ya? Kenapa tiba-tiba macet total seperti ini?" tanyanya heran.
"Ada kecelakaan mobil didepan nona. Tapi sepertinya sebentar lagi jalanan sudah kembali normal karena sudah ditangani oleh polisi. " Jelasnya.
Qiara hanya bisa menunggu sambil sesekali mengecek ponselnya nya. Ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dari ibunya.
Dia segera melakukan penggilan balik.
"Rara.... Kau dimana? Kenapa tidak menjawab telpon dari ibu?" Tanya ibunya dengan nada cemas.
"Maaf Bu! Tadi aku sedang banyak pesanan. Jadi tidak sempat menjawab panggilan telpon dari ibu. Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sekarang. Tapi sepertinya agak lama karena jalanan sedang macet saat ini." Jelasnya sembari menenangkan ibunya yang cemas.
"Iya sudah tidak apa-apa. Hati-hati mengemudi mobilnya, ya! Sepertinya sebentar lagi juga akan hujan." pesannya.
"Iya Bu!" Ucapnya mengakhiri pembicaraan.
Tiba-tiba mesin mobilnya mati. Dia mencoba men - starter beberapa kali. Namun sepertinya mobilnya benar-benar tidak bisa menyala. Padahal posisi mobilnya tepat ditengah jalan. Dan tampaknya lalu lintas sudah kembali normal. Sudah terdengar bunyi klakson disepanjang jalan. Mungkin saat ini orang-orang sedang memakinya. Entah kenapa ia merasa sial hari ini.
"MOBIL NYA MOGOK!" Qiara berteriak pada pengemudi mobil dibelakangnya setelah mendapatkan belasan klakson sedari tadi.
Tak jauh dari tempatnya, tampak beberapa polisi sedang sibuk mengatur mobil-mobil yang sedari tadi terjebak macet. Seorang polisi tampak sedang melihat kearah belakang karena kebisingan yang terjadi.
"Seperti nya ada masalah di sana! Coba kau periksa!" perintah seorang polisi pada seorang polisi lainnya.
Polisi tersebut segera pergi untuk memeriksa keadaan. Dia bertanya pada Qiara yang tampak kesal karena tak seorangpun yang berinisiatif menolongnya. Mereka hanya terlihat bersemangat untuk memakinya.
"Selamat sore nona! Apa ada masalah? Karena sepertinya mobil anda menghalangi kendaraan yang lainnya?" tanyanya.
Rara yang sedari tadi terus mencoba menghidupkan mobilnya semakin kesal mendengar pertanyaan itu. Ia menoleh kearah orang yang bertanya. Ia tampak sedikit terkejut karena didatangi seorang polisi.
"Maaf! Saya juga tidak bermaksud untuk menghalangi jalan orang lain. Tapi mobil saya tidak bisa dinyalakan. Mobil saya mogok. Dan tidak ada seorangpun yang berniat untuk membantu saya. Jadi maaf jika saya mengganggu kenyamanan pengendara lainnya." ia tampak menggerutu kesal.
Ia lalu menyuruh Qiara untuk mengemudikan setir mobil nya. Ia lalu memanggil dua orang temannya untuk membantu mendorong mobil Qiara ke tepi jalan agar tidak menghalangi laju kendaraan lain.
"Terima kasih tuan!" Ucap Qiara pada polisi yang sudah membantu mendorong mobilnya.
Tampaknya disekitar sana tidak ada bengkel yang terlihat. Ia pun segera menghubungi bengkel mobil langganan nya. Namun, tidak ada montir yang bisa dikirim kesana saat itu juga. Akhirnya terpaksa mobil itu di derek ke bengkel.
Qiara mencoba menelpon untuk memesan taksi, tapi sedari tadi jaringannya sibuk. Akhirnya Qiara seketika menelpon ayahnya untuk menanyakan apa ia bisa menjemput nya atau tidak.
"Bisa! Tapi ayah baru bisa datang sekitar dua jam lagi. Apa tidak apa-apa? Atau sebaiknya kau pulang naik taksi saja! Langit juga terlihat mendung. Ayah takut jika kau kehujanan." jawabnya.
"Rara sudah mencoba menghubungi taksi, tapi dari tadi jaringannya sibuk terus, yah! Ya sudah tidak apa-apa. Rara tunggu ayah saja." Ucapnya.
"Ya sudah! Ayah akan berusaha secepatnya menjemputmu ya!"
Qiara mematikan ponselnya. Selang setengah jam kemudian mobil derek datang dan membawa pergi mobilnya. Langit terlihat semakin gelap. Tiba-tiba hujan deras seketika mengguyur tubuhnya. Disana juga tidak terlihat tempat yang bisa disinggahinya untuk berteduh. Sekujur tubuhnya kini telah basah. Sialnya hari itu dia hanya menggunakan dress floral selutut untuk membalut tubuh rampingnya. Qiara hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia tampak bersedekap untuk melindungi tubuhnya yang kedinginan.
Namun, tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang sedang memayunginya dari arah belakang. Ia segera menoleh. Ternyata orang itu adalah polisi yang menolongnya tadi. Qiara seketika sadar bahwa polisi itu ternyata sangat tampan. Walaupun tatapan matanya terlihat tajam dan raut wajahnya sangat dingin. Kehadiran pria itu membuat Qiara terpana sejenak.
"Apa kau hanya ingin menatapku saja? Bisakah kau memegang payung ini sendiri? Atau kau ingin ku payungi? "tanyanya membuyarkan lamunan Rara.
Ia langsung mengambil payung itu dengan gelagapan. Dan mengucapkan terima kasih padanya. Polisi itu mengajak Rara berteduh di pos polisi yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri. Mereka berdua berteduh disana. Melihat Qiara yang menggigil kedinginan, ia berinisiatif memberikan jaketnya.
"Pakai ini!" perintahnya sembari menyodorkan sebuah jaket kulit padanya.
" T-Terima kasih!" Ucapnya terbata-bata sambil memakai jaket itu.
"Apa sudah ada yang menjemput mu?" Tanyanya memastikan.
"Ayahku yang akan menjemput ku! Mungkin dia sedang dijalan!"
"Baguslah jika seperti itu. Temanku sedang menungguku diseberang sana. Aku harus segera pergi. Apa kau tidak apa-apa menunggu seorang diri disini?" tanyanya lagi.
Qiara tampak ragu. Ia sebenarnya takut jika harus menunggu seorang diri disini. Apalagi jalanan yang tadinya ramai, seketika mendadak sepi. "Iya! Tidak apa-apa!" Qiara memberanikan dirinya sendiri.
Arya berjalan perlahan meninggalkan Qiara. Ia sebenarnya takut menunggu sendirian. Tapi ia berusaha untuk tenang. Selang setengah jam ayahnya akhirnya datang. Wanita itu segera masuk kedalam mobil karena ia sudah sangat kedinginan. Setelah mobil mereka pergi, dari seberang jalan terlihat sebuah mobil polisi yang terparkir tak jauh dari pos polisi tersebut. Di dalam mobil ada dua pria. Yang satu tampak sedang asyik memainkan telpon genggam nya. Yang satunya lagi tampak seperti orang yang sedang bosan menunggu.
"Sampai kapan kita disini?" gerutunya.
Pria yang sedari tadi sibuk memainkan telpon genggam nya mengarahkan pandangannya ke mobil yang baru saja pergi dari hadapannya. Pria itu lantas menyuruh teman nya untuk pergi sekarang.
"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan, Arya" Serunya sambil menggelengkan kepalanya.
Arya hanya menyunggingkan senyum pada sahabatnya yang tengah kesal.
_________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Ina Inati
ehhhmmmm😘😘😘
2022-09-29
0
Risdawati Sinurat
ceritanya orang biasa ga ceo2 !
2020-08-05
2
🌹isma🌹
suka ceritanya bagus😁😁😁
2020-04-19
0