5 tahun kemudian
Brumm!! Brumm!! Ckittt !!
Seorang wanita sedang memarkirkan motornya, dengan gaya slow motion dia membuka helm Full Face yang dia pakai.
" Pagi neng cantik, Cakep amat neng pagi-pagi," pak sekuriti menyapaku
" Pagi juga pak, Bapak juga ganteng pagi ini, full service ya pak tadi malem?," godaku sambil terkekeh.
"Ahhh.. Si eneng mah tau aja " jawab pak sekuriti tersipu.
" Hahaha, Duluan ya pak" pamitku.
" Sok neng "
Bagiku godaan pak sekuriti tiap pagi adalah mood booster tersendiri bagiku. Anehkan di saat orang lain senang mendapat mood booster dari pasangan sedangkan aku sekuriti aja cukup.
Sesimpel itu?
Ahhh ngomong-ngomong soal lelaki, sampe sekarang aku masih belum percaya sama spesies laki-laki.
" Pagi mbak Tira, Cerah banget hari ini? " goda resepsionis.
" Tau nih, Matahari pagi aja insecure sama senyumnya Tira " tambah Dio rekan kerja ku.
" Habis dapat Jackpot soalnya " kekehku.
" Halahh, paling juga abis dapet transferan dari Sugar Daddy " saut Riana .
" Mbak Riana, masih pagi loh ini kok udah panas aja " jawab Dio.
' Wah si Dio cari perkara sama titisan kunti nih' kekeh ku dalam hati.
" Lo, jangan ikut campur ya !! Kok mau sih lo jadi babunya ni Cabe!" marah rania menunjuk diriku.
Jangan tanya ekspresiku gimana, tentu saja tenang karena aku tidak merasa menjadi simpenan om-om tuh. Malah kutampilkan senyum manis paripurna ku biar dia tambah Hareudang wkwkwk.
" Iihh, Mbak Rania cabe kok malah teriak cabe sihh " jawab Dio dengan gaya lemah gemulai.
Dio ini spesies pria bertulang lunak pemirsa makanya aku betah berteman dengan dia, orang nya fair dan asik di ajak ghibah soalnya hehe.
" Diem lo bencong, dasar Radio Rusak ! " maki rania dengan muka merah padam.
" Lebih bagus radio rusak mbak, bisa di benerin dari pada Mbak" tunjuk Dio sambil melihat Riana dari atas kebawah,
" Mbak udah rusak harga diri di tambah rusak otak pula, kerjaan gak ada yang beres makanya kalo nglamar kerja jangan lewat ORANG DALAM DONG!! Gak guna soalnya" jawab Dio.
Aku menutup mulutku sekuat tenaga supaya tak ketawa, tapi ini bener-bener syulit gaess sesulit melupakan reyhan hihihi. Ya kali ada yang lagi Stand Up gak kita ketawain RUGI dong!.
"Hahahaha" akhirnya tawa pecah juga.
Dengan muka merah padam Riana berjalan ke ruangan kerjanya sambil menghentak-hentakkan kaki.
" Anjirr Savage banget temen Gue " Banggaku ke Dio.
" Iyalahh.. Mulut gue udah gatel kalo liat si Kunti mbak, Gue bukan lo ya kalo di hina sama si kunti malah diem aja!" jawab Dio.
" Yah... gimana ya Yo mulut gue cuman satu soalnya" kekehku.
Sebenarnya bukan tak mau aku membalas Riana cuman ya, kayaknya cuman buang-buang waktu ku yang berharga aja deh kayaknya.
" Halah bisa aja lo!! Udah ah yuk gawe" ucap Dio sambil menarik tanganku ke ruangan.
Tiba diruangan kerja ku, aku langsung di sambut dengan tatapan sinis Riana dan Sinta. Entahlah semenjak aku di angkat jadi Asisten Manager mereka seolah mengibarkan bendera perang terus padaku. Maklum lah ya kalo orang pinter mah banyak yang syirik wkwkwk.
" Fatira.. Nanti ikut Meeting bareng Boss ya " perintah bu Dessi atasanku.
" Siap Bu Boss " jawabku semangat empat lima.
" Haha.. Bisa aja kamu " ucap bu Dessi sambil berlalu keruangannya.
" Halahh.. Baru juga jadi Assisten " ucap Sinta.
" Mbak Iri?? " tanyaku menampilkan muka sok polos.
" Gue iri sama Lo? MIMPI!!" sewot Sinta.
" Yah Maaf mbak... sayakan cuma Takut" ucapku sambil menunduk.
" Takut kenapa?? " tanya Dio.
" Takut kalo mbak Sinta gak bisa nyaiingin saya" ucapku sok mendramatis.
"HAHAHAHA" Seketika pecah sudah ketawa mereka.
Di divisiku terdiri Tujuh orang, Aku, Dio, Sinta, Riana dan tiga junior lain. Kami berempat seangkatan jadi lebih akrab ketimbang yang Tiga mereka masih malu-malu kucing, maklum anak baru.
Aku sudah Empat tahun kerja di Wijaya Group, berawal dari coba-coba ehh malah keterima beneran.
" Dahh ah... Gue duluan" ucapku ke Dio.
" Oke.. Salam ya buat Cogan yang ada di ruang meeting" ucap Dio sambil mengedipkan mata.
"Ogah ahh.. Inget lo udah punya Pedang sendiri, Noh apem masih banyak " ucapku sambil melirik Sinta dan Riana.
"Idihhhh... gue gak doyan Kunti ya!! " kesal Dio dengan mata melotot.
Aku hanya tertawa sambil berlalu ke ruangan meeting. Sampai di dalam lift aku langsung memasang wajah dinginku.
" Pagi Fatira... mau keruangan meeting juga ya," tanya pak Burhan manajer Hrd.
Aku hanya menjawab anggukan.
" Wah... sepertinya kita jodoh ya" ucapnya sambil memamerkan gigi emas nya.
'Jodoh Pale lu' pekikku dalem hati.
'Kenapa dari tadi cuma berdua ya allah' dumelku.
" Kamu wangi ya Tira, saya suka" sambil mengendus endus kearahku.
" Pak!! Jangan keterlaluan ya!" geramku.
"Kamu galak ya Tira, tapi saya suka kok yang galak lebih menantang biasanya" ucapnya dengan mata yang terus memindaiku dari atas ke bawah.
'Dasar Tua tua B*ngke, pengen gue tanem ni botak satu kelumpur lapindo' kesalku dalam hati.
Ting!!
Huhhh legaa
Aku langsung berlalu keluar lift. Sesampainya diruangan meeting kami langsung rapat bulanan di Pimpin langsung oleh CEO kami. Dua jam kemudian meeting selesai.
" Fatira Ayunda ikut keruangan saya " perintah pak Pandu Wijaya sang CEO.
"Bu, apa saya buat kesalahan? " tanyaku kepada bu Dessi.
" Udah ikut aja " jawab bu Dessi dengan senyuman yang bikin aku penasaran.
Aku langsung membereskan barang-barangku dan segera berlalu keruangan CEO.
Tok! Tok! Tok!
" Masuk ! " tegas suara dalam ruangan.
" Selamat Siang pak.." sapaku.
" Siang, silahkan duduk Fatira " jawab pak Pandu.
Aku langsung duduk tegang di depan pak Pandu.
'Anjir Deg-degan banget gue' pekikku dalam hati, tapi tetep memampilkan wajah Stay Cool supaya merasa tak terintimidasi karena memang aku tidak merasa punya masalah kecuali sama si Kunti.
" Namamu Fatira Ayunda bukan?" tanya Pak Pandu.
" Benar Pak " jawabku dengan lugas.
" Kamu tau gak kenapa kamu di panggil kesini? " lanjut beliau.
" Tidak pak " masih dengan tenang aku menjawab.
" Boleh juga kamu " ucapnya sambil terkekeh.
Aku menatap bingung Pak Pandu yang tak ku tau apa maksudnya.
" Ehemm.. Jadi begini Fatira saya sudah berdiskusi dengan Bu Dessi selaku atasanmu, mulai besok kamu tidak lagi jadi assitennya" ucap Pak Pandu.
Yang jelas langsung membuatku terkejut.
" Tapi saya tidak membuat kesalahan apapun Pak, kenapa saya di pecat?? " tanyaku.
" Siapa bilang kalo saya memecat kamu?" jawab Pak Pandu.
" Tapi Anda tadi kan -" ucapanku langsung di potong Pak Pandu.
" Kamu saya angkat jadi sekretaris CEO Baru mulai besok " jawab Pak Pandu.
Aku langsung menganga mendengar ucapan Pak Pandu.
'CEO baru siapa kok gue baru ngeuh mau ganti CEO?' batinku.
" Tapi Pak... saya ngerasa kurang Kompeten di bidang ini pak" jawabku masih berusaha menolak tawaran itu.
" Siapa bilang?" tanya Pak Pandu.
" Saya sudah tau kinerja kamu, bahkan Bu Dessi sendiri yang langsung merekomendasikan kamu ke saya " jawab Pak Pandu.
'Bu Dessi BERHIANAT' teriakku tentunya dalam hati.
" Tapi Pak saya merasa ilmu saya gak kesitu" ucapku sambil memelas.
" Pilihan saya gak pernah salah Fatira insting saya kuat ke kamu, Maka dari itu saya gak pernah gagal berbisnis" tegas pak Pandu. Dan itu langsung membuat ku lemas seketika.
" Tapi pak-" lagi lagi omonganku langsung di potong beliau.
Bukan aku gak mau jadi sekretaris, tapi dari dulu aku sudah mengincar posisi Manajer, padahal sebentar lagi impianku bakalan tercapai karena Bu Dessi mau resign karena mau fokus keluarga katanya. Tapi sekarang??
Huhh nasip-nasip jadi bawahan ngenes amat.
" Gaji naik Sepuluh kali lipat" Tegas Pak Pandu.
Aku langsung melotot sempurna mendengarnya.
"Se-sepuluh kali lipatt???" tanyaku memastikan.
Dan hanya di jawab anggukan oleh beliau
'GAS LAHH' semangatku.
" Bagaimana Fatira? " tanya Pak Pandu.
" Baik Pak saya bersedia "jawabku mantap.
" Oke, Kamu langsung ke HRD untuk tanda tangan kontrak baru setelah dari sini, Kalau kinerja kamu baik besar kemungkinan kamu juga dapat mobil pribadi yang akan menjadi hak milikmu sendiri" jelas Pak Pandu dan aku langsung bergegas pamit undur diri.
'YES OTEWE SINGLE KAYA RAYA GUE' pekikku dalam hati.
Dengan langkah riang aku langsung bergegas ke ruangan HRD, proses tanda tangan kontrak pun berlangsung cepat karena tidak ada keberadaan Si Botak yang bikin emosi jiwa.
Aku bergegas keruanganku dan membereskan sisa pekerjaanku.
" Lo kenapa di panggil keruangan Pak CEO ??" tanya Dio dengan wajah cemas.
" Gue di pecat dari Assiten Manager " ucapku dengan mimik wajah di buat sesedih mungkin.
" APAA!! "pekik Dio.
" Hahaha... makanya gausah sombong jadi orang! " cibir Sinta.
" Sok sih jadi orang, mungkin atasan udah pada tau kali mbak kalo si centil ini jadi simpanan Om-om" ucap Riana sambil tersenyum sinis.
"Hehh!! Jaga mulut lo ya kunti " maki Dio.
Aku menghela nafas mendengar keributan mereka, ahh aku jadi ngerasa artis sekarang.
huehehe boleh gak sih bahagia di atas keributan orang? wkwkwk.
" Yo.. Gue emang udah di pecat jadi assisten Bu Dessi, Tapi gue mulai besok udah jadi sekretaris anak PAK CEO " ucapku dengan sombong biar makin panas para haters ku.
" WOAAA... lo seriusss??! " pekik Dio dan langsung ku jawab anggukan.
" Week end kita nyalon ya, gue traktir ntar gue jemput " ucap ku sambil mengedipkan mata ke Dio seraya menyunggingkan senyum sombong ku ke dua bubuk cabe itu.
" Wihhhh,, Siapp boss!" ucap Dio sembari meletakan tangan di kepala memberikan hormat padaku.
" Udah ah gue duluan ya? Bye mbak mbak cantik semoga kita gak sering ketemu ya, " ucapku sambil terkekeh karena gemes melihat raut kesal di wajah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments