Gavin memasuki bengkel miliknya, di sana sudah ada dua costumer yang merangkap sebagai rival juga sahabatnya. Gavin melambaikan tangan sembari mendekati kedua pria yang tidak kalah mengagumkan dari dirinya. Darren Willson dan Vyn Omarion.
"Aku menang." Gavin bersiul sembari melayangkan tinju di pundak Darren. "Dengan sangat menyesal kau harus merelakan mobil antikmu itu tinggal di sini, Dude." Darren memang meminta Gavin untuk memodif mobil klasik yang ia dapatkan dalam sebuah lelang dan Gavin jatuh cinta pada mobil tersebut pada pandangan pertama.
Seri Ferarri 250 LM merupakan jenis mobil balap klasik yang diproduksi hanya 32 unit di seluruh dunia. Mobil ini dibekali dengan teknologi dan mesin tercanggih pada masanya. Ferrari 250 LSM terjual seharga US$6,9 juta dalam sebuah lelang. Sayang sekali, Gavin tidak bisa hadir saat pelelangan yang diadakan di negeri paman Sam tersebut. Negara yang merupakan asal kedua sahabatnya.
Darren menukik alisnya, tidak serta merta ia memberikan kunci mobil kesayangannya itu. Taruhan konyol ini bermula semenjak media menyorot come backnya model cantik, Helli Lepisto ke permukaan setelah dua tahun menghilang entah kemana. Vyn melontarkan taruhan konyol yang sialnya disanggupi oleh si brengsek tampan Gavin Vasquez. Taruhan yang tidak bermoral sama sekali, tapi itu lah pria, rentan dengan kebrengsekan, benar tidak?
"Aku tak sabar untuk menggagahi Ferrari-ku." Gavin menekan kepemilikan di akhir kalimatnya. Darren yang tidak rela kehilangan mobil klasik tersebut mendengus kesal.
"Menggagahi. Ouh, perbendaharaan katamu membuat otak mesumku berkelana. Tidak adakah kata yang lebih tepat selain menggagahi?" Vyn menawarkan rokok kepada Gavin yang diambil pria itu tanpa berpikir. Ketiganya memang pria brengsek yang tidak. peduli dengan kesehatan. Tidak merokok, kejantanan diragukan. Itulah selogan yang mereka yakini. Sesat!
"Menggerayangi," Darren membuang asap rokoknya ke udara.
"Sepertinya kalian berdua butuh wanita," seloroh Gavin. "Berikan kunci mobilku."
"Tidak ada bukti berarti hoax." alih-alih memberikan kunci mobil, Darren justru mengeluarkan ponsel dan memainkan jemarinya di sana.
"Ck!" Gavin berdecak, sahabatnya itu meragukannya sehingga memilih untuk menghubungi langsung korban yang baru saja ia nistakan bibirnya. Ya, Helli Lepisto.
🐎
"Aku harus mandi, mensucikan diri dari bibit-bibit kemiskinan yang baru saja mencemari bibirku!" Helli masih belum bisa melupakan apa yang dilakukan si lancang yang kumuh itu kepada dirinya. Ia bersumpah akan menuntut pria itu kelak. "Aku sudah menandai wajahnya!"
"Jika ditelisik dari kaca mata pandanganku, kau cukup menikmati kegilaan itu. Kulihat bahkan kau sampai memejamkan mata," Ucapan Nicky membuat wajah Helli sontak berubah warna, entah karena malu atau marah. Perpaduan keduanya mungkin lebih tepat.
"Aku memejamkan mata karena tidak ingin si penagih itu melihatku. Kenapa mereka giat sekali bekerja! Aku mau mandi." Helli segera memasuki toilet, mengunci dirinya di sana.
Helli memandangi wajahnya di cermin, menarik napas panjang sebelum menanggalkan pakaiannya dan masuk ke dalam bak mandi.
Sebelum dua tahun yang lalu, ia merupakan model yang sangat terkenal. Wajah cantik rupawan, tinggi semampai, kulit mulus putih bersih, sudah cukup sebagai modal untuk terjun ke dunia modeling. Ia pernah berada pada titik puncak kejayaan dan saat ia terbangun di suatu pagi, kejayaannya itu runtuh tanpa ampun. Ia terjun hingga ke dasar.
Helli yang tidak sanggup menerima tekanan dari berbagai pihak, memilih untuk bersembunyi dengan mengasingkan diri. Indonesia adalah negara pilihannya. Selama dua tahun, ia benar-benar tidak terjangkau.
Ia tidak menyangka jika dirinya akan kembali lagi ke negara ini. Salahkan dirinya yang tidak memiliki skill lain selain berlenggak lenggok di atas panggung serta bergaya di depan kamera. Hartanya selama ini mulai habis dan menipis sejak ia jadi pengangguran. Ya, selama dua tahun itu, ia benar-benar menjadi pengangguran berkelas yang masih suka foya foya. Beberapa kali ia mencoba merintis bisnis baru, tapi selalu berakhir gagal. Ia selalu ditipu oleh rekannya, membawa kabur sejumlah uang miliknya. Itulah kenapa ia memilih kembali untuk menjadi model pakaian. Dan ternyata tidak bertahan lama. Sepertinya, dunia model ini adalah kutukan untuknya.
Helli yang anti akan kemiskinan dengan mengumpulkan mental yang sebenarnya belum kembali kokoh, datang memberanikan diri untuk menemui Nicky, sahabat yang sebelumnya bekerja sebagai asistennya. Dan di sinilah ia berada, di rumah sahabatnya itu, menompang hidup. Satu minggu menginjakkan kaki di London, kabar kemunculannya sudah tersebar di media. Para penagih hutang bahkan mengetahui info kepulangannya tersebut. Kesialannya tidak hanya sampai di sana. Kelancangan si pria kumuh yang berani menyentuh bibirnya yang aduhai sebagai penyempurna kesialan yang ia alami.
"Oke, Helli, lupakan kejadian menjijikkan itu. Semoga bukan pertanda buruk. Ahhh...." Deringan ponselnya membuatnya kaget. Ia menyambar ponsel untuk melihat siapa si penelepon yang telah mengganggu me time-nya.
"Oh," Helli seketika menyunggingkan senyum lebar. Tidak menunggu lama, ia menggulir tombol hijau ke samping. "Kau mendengar berita kepulanganku, Willson?" Ia dan Darren Willson cukup mengenal satu sama lain. Saudara pria itu sering menggunakan jasanya. Lexi Stevani Willson. Helli bahkan menjalin pertemanan dengan keturunan Willson. Lexi, saudari pria itu menawarkan bantuan kepadanya. Tetapi Helli dengan halus menolak. Namanya sudah hancur, ia tidak ingin skandalnya berdampak kepada bisnis yang digeluti oleh Lexi. Walau ia tahu meski bisnis mereka hancur tidak akan memberi pengaruh kepada mereka. Hais, kenapa orang-orang terlahir dengan begitu sangat beruntung. Sudah menjadi billionaire sejak dari berbentuk zigot.
"Aku mendengar gosip tentang seseorang yang melecehkanmu di sebuah restoran." Gavin yang duduk di sebelah Darren, tergelak mendengar penggunaan bahasa temannya itu.
"Kurasa dia tidak tahu apa arti dari kata melecehkan. Hei, Dude, dia menikmati sentuhanku. Aku bahkan mendengar jantungnya menderu-deru seperti mesin ferrari-ku." Gavin membuang asap rokoknya ke wajah Darren. Pria itu mengibaskan tangan mengusir asap tersebut.
"Astaga! Bagaimana kau tahu?! Apakah sudah masuk media? Oh God! Aku akan membunuh pria itu jika aku gagal mendapatkan kontrak tersebut."
Gavin kembali terkekeh mendengar kepanikan wanita itu. Ya, Darren mengaktifkan speaker.
"Kontrak? Bukankah namanya sudah hancur?" seloroh Gavin.
"Jadi, kau sungguh berciuman dengan seorang gelandangan tampan di restoran itu, Helli Lepisto?"
"Jangan mempertegas hal memalukan itu lagi, Darren Willson. Itu menjijikkan! Ya, aku setuju denganmu, pria itu gelandangan miskin kumuh yang sangat lancang. Arghh!!"
"Tepatnya, berapa julukan yang kau berikan kepadaku, angelo mia?" Gavin mengambil alih ponsel sahabatnya.
"Kau?!"
"Ya, aku."
"Si gelandangan kumuh?"
Gavin hanya tergelak.
"Bagaimana bisa kau bersama dengan Darren?"
"Bagaimana bisa?" Gavin membeo.
"Kau salah satu pelayannya? Atau mungkin sopirnya?"
"Gelandangan, miskin, kumuh, lancang. Dan sekarang kau menyebutku pelayan dan sopir. Manis sekali sebutan yang kau sematkan kepadaku. Aku memberikanmu stempel yang begitu memabukkan, dan kau memberiku sebutan yang sangat manis. Bagaimana jika kau menjadi partnerku di atas ranjang. Kurasa kita sangat cocok. Sama-sama liar."
"BANGSYAT!!
Panggilan terputus. Gavin tergelak sembari mengusap telinganya yang berdenging hebat karena teriakan model yang penuh dengan skandal tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Maria Nunes
Thor... Cerita Darren di sebelah masih lanjut kan?
2023-06-09
1
ZhieLaa
yuhuuuy anak2 sultan sdg kumpul 😁
2022-11-11
0
❤️❤️❤️🌸Me&Me🌸❤️❤️❤️
aku suka gaya nulis abang walaupun suka ada typo 🏃🏃🏃
2022-10-22
1