Rumah Keluarga Pratomo Manahan Solo
Savitri menatap garasinya. Saki atau Papa atau mass daaah. Gadis itu memang punya kebiasaan memberikan nama ke semua kendaraannya. Kawasaki Ninja nya diberi nama Saki, Vespanya diberi nama Papa sedangkan mobilnya Mazda CX-5 dipanggil Mass Daaahh. Sampai-sampai semua sepupunya pening kalau Savitri bercerita kendaraannya yang diberi nama suka-suka gadis cantik itu.
"Saki, Papa, Saki, Papa... Aaahhh aku galau! Sek Sav, Nek Kowe galau, kapan mangkate ( berangkat ) kerjo yo nduk? Iso keno SP ( Surat Peringatan ) nek telat!" Savitri menepuk jidatnya. "Wis Papa wae lah!"
Savitri mengembalikan kunci Kawasaki Ninja nya dan mengambil kunci Vespanya.
"Mbok Maaaarrr, mangkat seeekk!" teriak Savitri.
"Ya mbaaakkk" balas Mbok Mar yang sedang menyapu rumah.
Savitri pun berpamitan dengan pak Dewo, penjaga rumahnya. Istri pak Dewo, bik Yuni, adalah pembantu pocokan Savitri yang membantu cuci dan setrika.
***
SMKN 11 Surakarta
Savitri memarkirkan Vespa nya yang bewarna pink pucat di parkiran guru. Para murid-muridnya pun menyapa guru nyentrik yang punya mulut pedas tapi care dengan anak didiknya.
"Bu Savitri, kok nggak bawa Kawasaki nya?" tanya seorang muridnya.
"Memangnya kenapa Dodi?"
"Biasanya ibu bawa si moge tapi ini malah bawa Vespa unyu - unyu" jawab Dodi sambil tersenyum.
"Besok ibu bawa Harley-Davidson" jawab Savitri asal.
"Memang boleh Bu bawa Harley Davidson ke sekolah?" Mata Dodi tampak antusias karena dia adalah penggemar motor dan ingin membuka bengkel kecil-kecilan selain menjadi animator.
"Kagak boleh bambaaannggg! Kamu pengen kuping kamu budeg dengar suara knalpotnya?" pendelik Savitri yang membuat Dodi dan teman-temannya tertawa.
Savitri memang dikenal guru yang ceplas ceplos seenaknya kalau berbicara tapi justru dengan itu, murid-muridnya tahu kalau guru cantik itu care ke semua muridnya. Banyak siswanya yang lebih nyaman curhat dengannya untuk membicarakan tentang semua hal dan Savitri dengan gayanya sendiri bisa membuat muridnya merasa tenang.
"Wis cah! Ndang mlebu kelas ( segera masuk kelas )!" senyum Savitiri.
"Kami masuk kelas dulu Bu Savitri" pamit Dodi bersama dengan teman-temannya.
***
Ruang Bimbingan Konseling
Savitri menyapa rekan-rekan kerjanya dengan ramah seperti biasa lalu duduk di meja kerjanya untuk memulai bekerja. Menjelang bulan Juni akhir semester genap, Savitri harus mengevaluasi semua murid yang dipegangnya.
Para rekan-rekan Savitri pun melakukan hal yang sama. Savitri memegang kelas multimedia 1, multimedia 2, animasi 1 dan animasi 3 yang berarti adalah tingkat kelas masing-masing, kelas satu, dua dan tiga.
Gadis itu membuka laptop nya dan mulai membuat rap sheet report murid-muridnya per bulan berdasarkan laporan harian dan mingguan.
"Dik Savitri."
Savitri mendongakkan kepalanya ketika seorang rekan gurunya, Ekadanta yang merupakan guru matematika, berdiri di hadapannya.
Entah kenapa kuping Savitri merasa geli mendapatkan panggilan 'Dik Savitri' dari orang di luar keluarganya.
"Ada apa pak Ekadanta?" tanya Savitri manis.
"Bisa bicara sebentar, soal siswa yang bernama Salahuddin."
Savitri berusaha mengingat nama 'Salahuddin'. "Yang mana ya pak?" tanyanya setelah menyerah tidak mengingat sama sekali.
"Yang kakinya, maaf, agak dengklang akibat kecelakaan."
"Oooohhh yang itu. Mau bicara apa pak? Si Udin bikin ulah apalagi?" Savitri tampak bingung karena sepengetahuan nya, Salahuddin bukan anak neko-neko.
"Bisa bicara berdua?" ucap Ekadanta pelan.
Savitri menaikkan sebelah alisnya yang bagus. What the fluff? Memang kenapa bicara disini? Toh semua guru BK tahu kalau Salahuddin bukan siswa nakal. Yasud aka Ya' sudah, gue jabani apa sih maunya guru angka ini.
"Monggo pak, kita bicara di ruang meeting mawon." Savitri mengunci laptopnya dan berjalan menuju ruang meeting khusus guru BK melakukan konseling.
Beberapa rekan Savitri menatap gadis itu bingung karena mereka tahu tentang Salahuddin.
"Kayaknya Pak Ekadanta ngadi-ngadi Ben iso cedhak karo ( dekat dengan ) Savitri" ucap Dina yang merupakan ketua koordinator guru BK sambil berbisik ke Anita, salah satu teman dekat Savitri.
"Sak ngertiku Nyah, si pak Eka pancen ngesir ( naksir ) Karo Savitri tapi bocahe ora seneng Karo pak Eka" timpal Anita.
"Selerane Bu Savitri ora kayak pak Eka, Bu Dina" bisik Bu Titi yang mendatangi meja Diah dan Anita yang bersebelahan sedangkan meja kerja Savitri bersebelahan dengan meja Bu Tuliti yang posisinya bersebrangan dengan meja Dina dan Anita.
"Lha selerane Savitri model piyeee?" tanya Anita kepo.
"Jarene ( katanya ) yang ganteng dan Membagongkan."
Dina dan Anita saling berpandangan. "Model sing kepiyeee kuwi?" Dina menatap Anita.
"Masa model Bagong sing lemu ( gemuk )?" gumam Anita.
***
Ruang Meeting Bimbingan Konseling
Savitri duduk berhadapan dengan Ekadanta dengan wajah datar menatap guru matematika itu.
"Piyeee pak Eka. Ono masalah apa si Udin?" tanya Savitri tanpa basa basi.
"Salahuddin apa tidak cerita sama Bu Savitri kalau ada masalah di keluarganya?"
"Masalah? Masalah opo pak? Udin memang konseling sama saya kalau dia masih galau antara masuk multi atau pindah ke animasi sih, cuma saya bilang nyamannya dimana tapi akhirnya dia pindah ke animasi kan pak?" Savitri mencoba mengingat pembicaraannya dengan siswanya yang tampan tapi sedikit cacat kakinya.
"Soale nilai matematikanya agak turun pas kuis kemarin. Takutnya dia ada masalah keluarga kan jadinya mempengaruhi nilai-nilainya nanti."
"Pak Ekadanta, namanya nilai agak turun itu kan bisa saja pada saat itu si Udin lagi nggak fit atau banyak kuis dan ulangan di pelajaran lain jadi otaknya kebak ( penuh ). Memangnya Udin berapa kali nilai matematikanya turun?" tanya Savitri yang berusaha logis dengan menempatkan dirinya seperti Udin.
"Ya...cuma sekali saja sih..." jawab Ekadanta pelan.
"Lha mung sepisan wae lho ( Cuma sekali saja ), kok sampeyan sudah panik" kekeh Savitri. "Wis pak, Udin paling jek akeh pikiran pas kuis kemarin." Savitri pun berdiri. "Cuma soal Udin kan? Kalau nggak ada yang lain, aku ta balik kerja lagi pak. Akeh gaweanku!"
"Dik..." Entah kenapa badan Savitri mendengar panggilan itu menjadi merinding. Gak Ono demit kan di ruang meeting? Sek, masa guru angka siji Iki sing dadi demit?
"Ono opo maning pak?"
"Kamu sudah punya pacar?" tanya Ekadanta dengan wajah serius membuat Savitri melongo.
Untung ruang meeting kedap suara.
"Punya pacar atau belum, apa urusannya sama bapak?" tanya Savitri judes. Dirinya paling tidak suka ada orang ulik-ulik kehidupan pribadinya.
"Aku..."
Suara ponsel Savitri berbunyi di kantong baju kerjanya dan gadis itu merasa lega luar biasa. "Sorry pak, ta terima dulu telponnya." Wajah Savitri pun langsung sumringah melihat siapa yang menelpon. "Mas Abian kesayangan Savitri. Piyeee mas?"
Ekadanta melongo mendengar panggilan mesra Savitri ke lawan bicaranya.
Siapa lagi itu Abian?
***
Seoul, Korea Selatan
"Jadi aku harus pegang pabrik yang di Solo?" tanya seorang pria tampan khas Korea itu menatap sang mama.
"Iyalah! Kamu harus pegang yang di Solo, belajar disana. Mommy yakin kamu bakalan betah tinggal di kota itu."
Pria itu menatap horor ke mamanya. "Seriously mom. Aku tidak mau ke Solo!"
"Kamu harus ke Solo atau mommy menyita dan memblokir semua fasilitas kamu?" ucap mamanya tajam.
Pria itu hanya mendengus kesal. Solo? Kenapa kedengarannya kok seperti kota ndeso ya?
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
bhunshin
jujur aku org Cikarang asli kg ngerti bahasa Jawa, tapi sepertinya lucu klo aku bacanya pas ada tulisan bahasa Jawa ngakak antara ngerti dan tidak ngerti...
2025-03-06
1
Murti Puji Lestari
wah ada nama baru guru Ongko siji 😂
2024-07-26
1
🌹🪴eiv🪴🌹
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 astoge
2024-07-24
1