Tatapan Evita terus tertuju pada meja no.6 , benar benar terlihat sangat kelaparan pria muda itu, makan dengan sangat lahapnya.
Setelah menghabiskan sepiring nasi goreng itu pria muda itu pun memanggil lagi Evita untuk minta bill makannya.
Lalu pria muda itu pun memberikan selembar uang berwarna merah ,lalu dia simpan diatas bill tersebut.
" Kembaliannya ambil saja, terimakasih ya , maaf saya buru-buru".
Evita pun terdiam. Dengan cepatnya pria muda itu menghilang dihadapannya dengan sangat tergesa gesa.
" Iih orang yang aneh..."
Walaupun dilihat dari pakaian pria itu sangat berantakan namun wajahnya yang tampan tidak merubah keseluruhan dari penilaian Evita.
Dan pria itu pun ramah. Evita pikir
"Mungkin dia pemuda terpelajar hanya dari pakaian nya saja tidak terlihat rapih"
Sayangnya Evita belum mengetahui nama pria muda itu.
Evita berharap dia akan bertemu lagi dengan nya agar dia bisa mengucapkan terimakasih atas pertolongan nya dulu ketika Evita akan dicopet .
Hari itu tidak terlalu banyak tamu yang datang ke cafe jadi para karyawan pun tidak terlalu sibuk dibuatnya.
Jam kerja Evita pun telah selesai, dia menuju lokernya dan cuci muka dulu sebelum pulang.
Evita pun mengecek ponselnya nya ternyata ada 10 x panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Evita pun mengabaikannya.
Lalu ia mengenakan jaket , menyimpan apron nya lalu mengunci lokernya kembali.
Saat dijalan hendak menunggu angkot, tak sengaja Evita melihat kembali pria muda itu di sebrang sana depan rumah sakit persisnya.
"Ooh mungkin saja dia sedang mengantar seseorang atau menjenguk kerabatnya", Ucap Evita dalam hatinya.
Akhirnya angkot Evita pun lewat juga, lalu dia naik dengan mata yang tetap tertuju pada pria muda itu hingga tak terlihat lagi olehnya.
......................
Kali ini Andini sudah berada dirumah.
Dan terlihat adiknya sedang mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tengah.
Evita pun duduk di kursi sambil tangan mengarahkan kipas hingga mengenai tubuhnya.
"Panas sekali sepertinya diluar ya ?"
Andini menggoda kakaknya.
Evita hanya melemparkan penghapus yang ada di depannya kearah buku Andini, Andini hanya tertawa.
Keseharian Evita dan adiknya sangat sederhana sekali , Andini pun tidak banyak menuntut apapun kepada sang kakak yang terpenting mereka sudah bisa makan mereka sudah sangat bersyukur.
Kakak beradik itu sungguh sangat mandiri dan kompak, semua pekerjaan rumah mereka kerjakan selalu bersama tidak terlihat siapa yang lebih tua dan harus mengerjakan apa. Aktifitas diluar rumah pun mereka lakukan dengan penuh tanggung jawab.
......................
Hari itu keadaan cafe tidak cukup ramai namun ada beberapa meja yang sudah terisi.
Tiba tiba pria muda itu datang ke cafe kebetulan Evita sedang ke kamar mandi, pria muda itu seperti kebingungan mencari sesuatu, melihat kesana kemari tak nampak pelayan perempuan itu, lalu dia dihampiri oleh pelayan yang lain dan menyodorkan buku menu di meja no. 6
" Silahkan mas .. mau pesan apa?".
"Saya mau pelayan perempuan yang tempo hari melayani saya?"
Pria muda itu mencari Evita ternyata.
" Maksud saya, saya sedang mencari pelayan perempuan yang rambutnya sebahu ?" diapun menjelaskan ulang.
Dan pelayan itu pun kebingungan dibuatnya, dia pun segera memanggil temannya dan dia membawa seseorang kehadapan pria muda itu.
"Apakah dia yang anda maksud?".
Pria muda itu pun mengangguk.
Setelah itu pelayan yang dimaksud pun menghampiri pria muda itu,
Belum juga berkata apapun, pria muda itu langsung membuka pembicaraannya.
"Apakah kamu ada waktu siang ini?, saya perlu bantuanmu," bujuk pria muda itu.
"Mungkin nanti pas jam istirahat, bisakah menunggu saya diluar?", tegas Evita.
Kemudian pria muda itu melihat jam tangannya, satu jam lagi ya,
"Oke sambil menunggu kamu, saya pesan ice cappucino saja."
" Baik...silahkan menunggu?" Evita dengan bingungnya.
Pesanan pria itu pun telah selesai diracik dan Evita kembali lagi kemeja no.6 untuk mengantar pesanannya.
"Silahkan mas ice cappucino nya."
Waktu pun sudah menunjukan pukul 12.00, Evita pun segera bergegas ke lokernya dan menyimpan apron , dan Evita keluar dengan Pintu samping cafe.
Masih bertanya tanya apa yang ingin pria muda itu bicarakan, Evita pun semakin bingung.
Dan pria muda itu pun menggeletak kan uang berwarna hijau begitu saja dimeja untuk membayar ice cappucino, dan dia pun pergi keluar menghampiri Evita.
Kemudian pria muda itu pun menghampirinya dan mengajak Evita ketaman dekat cafe.
" Maaf sebelumnya bila saya lancang, maukah kamu menolong saya, begini ibu saya sedang sakit dan dia tetap meminta saya agar membawa pacar saya bertemu dengan ibu saya, soalnya saya sudah terlanjur bilang bahwa saya punya pacar, sebentar saja saya mohon, dan rumah sakitnya tak jauh dari sini di sebrang cafe kamu tepatnya".
Sambil mengatupkan kedua tangannya pria muda itu memohon pada evita.
" Oke saya mau, sebagai tanda balas budi saya sama kamu yang tempo hari sudah menolong saya" sahut Evita.
"Kalau sekarang aku tidak bisa.Bagaimana kalau mau menunggu setelah pulang kerja?" tawar Evita.
Pria muda itu pun mengiyakan tawaran Evita. sambil mengulurkan tangannya,
" Nama saya Rangga."
Evita pun menyambut uluran tangan itu
"Evita"
Evita pun pamit untuk kembali ke cafe. Dan mereka pun berpisah ditempat itu.
Perut Evita pun mulai keroncongan, mumpung masih ada waktu Evita pun mengambil box makanan di lokernya, dan menghabiskan isi didalamnya.
Evita pun menyempatkan sholat sebentar, merapihkan rambutnya dan kembali memakai apron dan menuju ke depan lagi.
Waktu kerja pun sudah habis Evita pun sudah menunggu Rangga didepan rumah sakit itu.
Tak lama Rangga pun menghampiri Evita
" Aku berpakaian seperti ini apa tidak masalah, kurasa kurang sopan."
Evita bertanya pada Rangga.
"Sudah tidak apa apa"
Rangga pun langsung menarik tangan Evita dan membawanya ke dalam rumah sakit lantai 2 ruang mawar.
Dalam hati Evita pun sangat gugup.
Setelah berada didepan ruang mawar, Rangga dan Evita pun langsung masuk dan mengenalkan Evita pada ibunya.
Belum Rangga mengenalkan Evita, ibunya langsung menyambut Evita dengan hangat," sini nak, wah cantik benar pacarmu ini ?"
"Saya Evita Tante," mengenalkan dirinya pada ibunya Rangga.
" Nanti kamu main ya kerumah tante, Tante senang sekali sama kamu, kenapa baru kali ini Rangga mengenalkannya pada Tante?"
Ibunya hanya sibuk ngobrol dengan Evita, sehingga rangga di cuekin, Rangga hanya melihat dari sofa tingkah Evita yang natural sekali tidak dibuat buat, dan melihat ibunya yang tak hentinya tersenyum pada Evita.
Suster pun mengingatkan ibu Arini untuk segera beristirahat setelah mengecek kondisinya .
Rangga pun pamit untuk mengantar Evita pulang, dijalan Rangga bercerita perihal ibunya.
"Mamahku sakit jantung dan dia selalu ingin segera melihat saya menikah."
"Tempo hari ketika saya menolong kamu, saya buru buru pergi karena mamah tidak mau makan seharian, dan saya pun terlintas mungkin kamu yang cocok jadi pacar bohongan saya."
"Tapi mamahku percaya lhoo...Terimakasih ya Evita."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
ArgaNov
Hai Kak, aku singgah sampai bab lima dulu ya, nanti aku singgah lagi.
Aku tunggu kedatangannya di Tukar Jiwa🥰
2022-11-15
1