Sebenarnya Evita sudah mulai melupakan kejadian satu tahun lalu, karena Evita gagal menikah dengan Galin gara-gara teman dekatnya sendiri Dita.
Sebenarnya Evita sudah tidak mau mengingatnya namun dia terpaksa harus mem flashback kembali kejadian itu.
Surat undangan telah disebar, makanan telah dipesan. Tenda didepan rumah evita sudah terpasang, semua saudara sudah berkumpul dan semua orang pun tengah sibuk mempersiapkan pesta perkawinan Evita dan Galin untuk esok hari.
Namun malam itu Dita tiba-tiba datang dengan memohon agar Evita dan Galin membatalkan pernikahannya karena dibelakang Evita selama ini Galin selingkuh dengan Dita sahabatnya sendiri, dengan berbagai alasan Dita pun berhasil menggagalkan pernikahan Galin dan Evita.
Dan keesokan harinya keluarga Galin pun tidak menampakan batang hidungnya, hanya lewat WhatsApp meminta maaf pada Evita, dan akhirnya pernikahan pun tidak terjadi.
Karena sebab itulah Evita sekarang hanya fokus untuk membiayai sekolah adiknya.
Dan Evita masih trauma sehingga dia enggan membuka hati untuk siapapun.
Terkadang jodoh tidak bisa ditebak dan ditentukan oleh Allah.
Bila menurut kita baik belum tentu menurut Allah baik, dan mungkin ada hikmah dibalik kegagalan itu semua.
Evita pun memblok nomor Galin, agar dia tidak mengganggunya lagi. Evita sudah mengubur dalam dalam semua yang berkaitan dengan Galin.
...*****...
Tiga hari sudah Evita beristirahat dan dia pun merasakan badan nya sudah agak enak, mungkin besok dia akan masuk kerja, hari ini Andini bilang mulai ngajar Les mungkin pulang agak sore.
Evita pun mulai bosan, dan dia melihat beberapa stok makanan sudah habis, tinggal tersisa beras minyak dan telur saja, sepertinya dia mau berbelanja saja ke toko grosiran.
Evita pun lalu pergi menuju jalan untuk naik angkot, ketika didalam angkot dia hampir saja mau kecopetan, tas yang dia bawa hanya berisi dompet dengan sisa uang lembaran seratus ribu dan beberapa puluhan ribu.
Tadinya sempat curiga seorang pria asing duduk terus mepet ke samping evita padahal disamping pria itu masih cukup ruang untuk dia geser sedikit tapi evita cuek saja.
Tiba-tiba tangan pria itu terasa mengenai baju Evita dan setelah Evita menoleh tangan pria itu telah masuk ke tas Evita dan berusaha mau mengambil dompetnya, sontak Evita langsung menendang pria itu.
"Hey ... mau apa kau!"
Para penumpang di angkot tersebut pun semua kaget dan seorang pria muda menghalangi kakinya ke pintu sehingga pencopet itu tidak bisa kabur dari angkot tersebut, pencopet pun mendapatkan pukulan dari beberapa ibu ibu dan bapak yang berada di angkot itu setelah seorang pria menghadangnya.
Mukanya pun memar kena bogem para ibu-ibu di angkot.
Angkot pun lalu berhenti, Evita pun turun mengikuti pria muda yang memegangi pria pencopet itu, dan kebetulan dijalan raya itu ada beberapa polisi lalu lintas dan pria muda itu pun memberikan pria pencopet itu ke polantas disana.
"Lain kali hati-hati ya kalo dalam angkot,"
Pria itu pun pergi dari hadapan Evita.
Belum sempat Evita berterima kasih pada pria itu, pria muda itu sudah menghilang dari hadapannya entah kemana.
Evita pun sempat bersyukur lembaran uang nya tak jadi hilang dibawa pencopet. Ia pun bergegas ketempat grosiran yang sudah tak jauh dari dia turun dari angkot tadi.
Selesai dari toko grosir, Evita pun pulang naik angkot kembali, kini dia pun berhati hati kali ini.
Sesampainya dirumah Evita langsung merebahkan tubuhnya di kursi, sambil mengingat kejadian tadi.
Dalam hatinya dia bertanya
'Kira-kira pria muda itu siapa ya, kok dia berani sih, dan belum sempat berterimakasih malah pergi.'
Seketika pun Evita sadar apa yang dipikirkannya tadi.
"Loh kok malah mikirin pria itu sih."
Evita berbicara sendiri sambil senyum tersipu malu.
Hingga Evita tertidur di kursi itu, sementara Andini yang baru pulang terheran kakaknya yang berada diruang tengah yang tertidur .
"Kak ... kakak?"
Andini membangun kan kakaknya yang tertidur.
Seketika Evita pun terperanjat bangun dengan kagetnya.
"Eeh kamu baru pulang din?"
"Kakak kenapa tidur disini apa kakak pusing lagi kepalanya, perlu kita dokter lg?" Andini mengkhawatirkan kakaknya.
"Nggak kok de ... tadi kakak pulang dari toko grosiran dan kakak malah ketiduran disini, tuuh kantong belanjaan belum sempat kakak beresin" sambil menunjuk ke arah meja.
"Bagaimana tadi kamu ngajar lesnya? banyak yang ikut?"
"Senang kak ngajar Les tadi, anak anaknya juga pada gampang diajarin nya, ga banyak sih baru 5 orang yang ikut!"
"Kesepakatan dengan para orang tua jadi bayar nya setiap pertemuan saja katanya, nih hasilnya ?"
Andini pun tersenyum sambil memperlihatkan uang 5 lembar berwarna ungu.
Evita pun tersenyum sambil mengacungkan dua jempol tangan nya melihat adiknya bisa menghasilkan uang dari usahanya sendiri.
Padahal diusianya sekarang jarang anak yang seperti andini yang mau mandiri, mungkin karena kondisi yang mengharuskan dia lebih dewasa dari pada anak yang lain sebayanya.
Sambil menyiapkan makan malam Evita pun bilang pada adiknya bahwa dia besok akan mulai masuk kerja lagi.
"Memang kakak sudah benar-benar sehat, ga pusing pusing lagi gitu?" Andini memastikan keadaan kakaknya.
Setelah Andini beres bersih-bersih dan sholat, mereka berdua pun makan malam seperti biasa dengan lauk seadanya yang dibeli dari warteg depan.
......................
Satu tahun kemudian
Kini saatnya ajaran baru dimulai Andini pun naik ke kelas tiga, dan tinggal setahun lagi Andini masuk ke SMA.
Sedangkan Evita masih aktif bekerja dicafe.
"Mba buku menunya dong!"
Seorang pelanggan pria muda yang duduk di meja no.6 memanggil pelayan cafe untuk meminta buku menu.
Saat itu Evita yang menghampiri nya sambil menyodorkan satu buku menu.
"Silahkan mas ..."
Ketika pria muda itu menoleh dan mau memesan mereka sempat saling bertatapan dan menunjuk jari masing-masing berhadapan kearah yang berlawanan,
serentak
"Kamu ...!"
"Maaf mas saya refleks, mas nya yang dulu sempat bantu saya di angkot itu kan"
Evita menceritakan untuk mengingatkan nya.
"Iya, kamu yang dulu mau kecopetan kan?" jelas pria muda itu.
"Iya mas, sekarang mumpung ketemu saya mau bilang terimakasih mas, sudah menolong saya waktu itu, dulu sempat mau bilang mas nya malah keburu pergi."
"Sekarang masnya mau pesan apa?" kembali lagi Evita menjadi pelayan cafe karena sedari tadi Evita sadar dipantau terus oleh supervisor baru.
"Saya pesan es cappuccino saja sama nasi goreng special, soalnya laper belum makan nih?"
"Itu saja mas, baik ditunggu sebentar ya mas."
Sambil mengambil kembali buku menu dari meja.
Tak menunggu lama pesanan meja no.6 pun sudah siap diantar Evita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments