Bab 5 Tempat Permainan

Aku memijit pelipis ku yang terasa nyeri, aku membaringkan tubuh ku di atas kasur empuk ku, mungkin Fadhillah perempuan yang terpandang karena orang tua nya yang bekerja di negara sebelah.

''Dibah? ayo, makan malam nya sudah siap, abang sama ayah sudah menunggu kamu lho?'' Ucap Bunda tiba-tiba mengalihkan pikiran ku saat ini.

''Iya Bun sebentar,'' teriak ku merapikan buku buku yang akan aku bawa ke sekolah besok pagi.

Aku berjalan ke meja makan, dan benar saja di sana sudah ada ayah dan juga bang Ammar, aku hanya menundukkan kepala ku tak ingin melihat bang Ammar. Hatiku masih terasa kesal sama dia, biarlah dia ngatain aku egois.

Bunda mengambil kan aku nasi dan beberapa lauk yang tersaji di meja makan. Aku hanya mengangguk saat di tanyain oleh Bunda.

Tak butuh waktu lama kini aku sudah menyelesaikan makan malam ku, dan di saat itu juga aku mengutarakan isi hati ku pada Bunda dan juga Ayah, yang sedang meneguh teh manis nya.

''Bunda? aku mau masuk ke pesantren saja, kalau bisa secepatnya ingin pindah ke sana?'' Ucap ku membuka obrolan ku, bang Ammar yang mendengar nya pun sampai tersedak dengan ludah nya sendiri.

''Kenapa tiba-tiba mau masuk pesantren sich nak? emang ada masalah apa di sekolah nya, sampai mau pindah ke pesantren?!'' tanya Ayah penasaran.

''Ya pengen saja Yah, teman Dibah bilang lebih enak di pesantren dari pada di rumah, Dibah pengen ngerasain hidup terkekang nya selama di pesantren Yah? boleh ya,'' jawab ku bohong, sebenarnya aku ingin menjauh dari abang ku barang sebentar saja.

''Bulan depan kamu kan mulai ujian, dan nggak segampang itu juga pindah sekolah ke sana, harus minta surat pindah juga dari sekolah nya? dengan alasan yang masuk akal juga,'' Ujar Bunda, karena Bunda ku kebetulan Alumni pesantren juga.

''Kalau mau? setelah kamu lulus sekolah saja bagaimana?'' tanya Ibu memberikan pilihan.

Aku menarik nafas panjang panjang, dan menghembuskan begitu saja, ''Baiklah? semoga niat Dibah ke pesantren nya tak tergeser dengan pindah haluan ke sekolah Negeri nantinya,'' balas ku lalu menggeser kursi yang aku duduki, akupun berlalu menuju kamar tidur. Kubuka pintu kamar dan segera mengunci nya dari dalam.

Aku kembali membuka buku pelajaran karena sebentar lagi bakalan ujian akhir sekolah, yang menentukan kelulusan semua siswa-siswi di sekolah SMP Negeri 2.

*-*-*-*-*-*-*-*

Satu bulan kemudian.

Aku belajar dengan serius karena besok ujian akan di laksanakan, kini sudah 1 bulan lebih aku cuek dengan bang Ammar, pagi itu aku sudah rapi dengan seragam sekolah ku. Bang Ammar menyapa ku namun aku terus saja melangkah pergi dan mengambil sepedaku di dalam garasi, dengan segera aku mengayuh sepedaku menuju sekolah tempat aku menimba ilmu di sana.

Teman teman ku mulai heran dengan sifatku yang sedikit pendiam, ''Ech...! Dibah, lho kenapa pagi pagi gini wajah lho sudah di tekuk gitu, jelek tau nggak?'' ledek nya dengan kekehan. Mereka anak anak kelas 3 A, sedangkan aku di kelas 3 B, aku tak menghiraukan ledekan dari mereka semua, aku segera melangkah kan kakiku menuju kelas di mana aku akan melaksanakan Ujian akhir sekolah.

''Cantik cantik kok cuek, entar cowok ganteng lho kayak kita kita ini,'' Ucap salah satu dari mereka yang begitu narsis.

Dalam hati aku hanya mengamini nya saja, siapa tau ada malaikat lewat terus ucapan mereka semua di kabulkan, tapi tunggu dulu, masa ia aku harus nikah muda sich? kan nggak lucu juga. Entar anakku umur 1 tahun, aku nya masih umur 17 tahun lagi. Pikiran ku bergelut dengan pikiran pikiran yang sebenarnya tak kan terjadi bukan.

*******

Kini aku sudah menyiapkan segalanya untuk pergi ke pesantren, selama 2 hari ini ayah sibuk mengurus sekolah ku yang berada di dalam pesantren, mulai dari Asrama, sekolah formal, kitab-kitab ku, buku dan juga yang lain nya sudah di urus sama Ayah selama 2 hari ini, dan lusa tinggal berangkat saja ke pesantren.

Sore itu aku sedang merapikan baju baju yang akan aku bawa ke pesantren, sebenarnya tak banyak baju yang aku bawa sich, tapi selain baju? buku tulis dan perlengkapan aku sekolah MA Negeri juga aku masukkan di kardus, agar lebih gampang bawanya.

''Didit...?'' panggil bang Ammar mengetik pintu kamar ku.

Didit adalah nama kecil yang selalu terucap di mulut bang Ammar kalau sedang memanggilku, mungkin nama itu adalah panggilan sayang nya padaku, namun aku tak merasa sayang sama bang Ammar.

''Apa! aku sibuk ngepack baju.'' ketus ku.

''Ayo ikut abang sebentar saja?'' ajak bang Ammar menarik lenganku.

''Sorry gue nggak minat untuk ikut kamu lagi, lagian ngapain juga aku harus ikut kamu bang, kalau mau pergi ya pergi saja,'' Ucap ku ketus dengan menepis tangan bang Ammar.

''Ikut abang sebentar?'' ajak bang Ammar lagi, seraya memegang tangan ku.

''Gue nggak mau bertemu dengan si Fadhilah itu ya bang,'' pekik ku dan melepaskan tangan ku dari tangan bang Ammar.

''Didit? bukan ke rumah Fadhilah? tapi kita akan ke tempat permainan, lagian abang sama Fadhilah udah putus kok, soal nya abang lebih sayang sama kamu dek, ayolah please...?'' bujuk bang Ammar padaku. ''Sebentar lagi kamu akan berangkat ke pesantren dan abang pasti kangen sama kamu,'' lanjut nya.

Akhirnya aku pun, mau di ajak ke tempat Permainan yang disebutkan bang Ammar barusan. Tempat nya sangat rame karena mungkin ini hanya akan ada setiap satu tahun sekali di lapangan yang berada tak jauh dari rumah ku.

Sesampai nya di sana aku pun memutar tubuh ku, seraya berteriak. ''Rame banget!'' teriak nya dan berjalan mundur sambil menatap ke atas dan? ''Aww...'' ringis ku saat menabrak seseorang yang berada di belakang nya, Adibah terjatuh seraya mengelus lengan nya yang mungkin lecet.

Seorang laki-laki tersebut mengulurkan tangan kanan nya untuk membantuku berdiri, aku menerima uluran tersebut dan menatap laki-laki yang sedang berdiri di depan nya. 'Ini kan cowok yang ngikutin gue tempo lalu,' batin Adibah.

''Lha gadis ini kan yang kemarin aku ikutin sampai rumah nya, ternyata kalau jodoh emang tak kan kemana ya?'' gumam Alfa pelan.

''Sorry sorry gue nggak sengaja,'' ucap ku datar dan melihat baju nya yang basah akibat ulahku barusan.

''Nggak apa apa kok, lagian aku juga salah,'' jawab nya tersenyum.

''Gue ganti minuman nya, ayo!'' ajak Adibah.

''Nggak usah, biar saya saja yang beli lagi nanti,'' balas nya.

''Ya sudah kalau gitu gue duluan ya, sekali lagi maaf ya,'' Ucap ku beranjak pergi melangkah kan kakiku menuju bang Ammar yang sedang asik mengobrol dengan teman teman nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!