Bab 3 Kemarahan Adibah

Tak lama setelah aku berteriak, pintu kamar ku di ketuk dari luar, dan suara panggilan yang memanggil manggil namaku, tapi tak aku hiraukan, sebodo lah pikir ku. Dan aku melanjutkan tidur ku sampai keesokan pagi nya, aku kaget bukan main, ketika jam di dinding kamar ku menunjukkan pukul 6:45 menit, aku buru buru bangun dari tidur ku, dan tak lupa menarik handuk dan juga baju seragam sekolah ku, untuk di bawa ke kamar mandi.

Kamar mandi di rumah ku memang di peruntukkan semua orang, jadi tak ada di dalam kamar aku ya? Lagian mana bisa di bikin kamar mandi di dalam kamar ku yang cuma 2x2 saja.

-Pakek ember dan tirai author,' kata readers.

Aku berpapasan dengan abangku, dia sedang membuat jus Jeruk nipis yang biasa ia minum ketika sedang bekerja di pabrik, namun aku abaikan saja.

''Biar tau rasa dia? lagian suruh siapa juga dia bikin aku marah, di tambah lagi harus jalan kaki membuat kaki ku terasa pegal,'' gerutu ku masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi aku masuk ke dalam kamar untuk menyisir rambut sebahu ku, karena terburu-buru juga aku langsung berangkat ke sekolah, setelah memasukkan semua buku pelajaran ku ke dalam tas punggung yang biasa aku pakek sekolah, hari ini aku membawa sepeda ontel ke sekolah, karena ayah juga sudah berangkat kerja sebelum aku bangun dari mimpi indahku, hanya di dalam mimpi saja aku bisa tersenyum lepas dan bercanda tawa bersama teman-teman halusi nasiku.

Aku bersikap cuek dan nggak bisa bergabung dengan teman teman yang lainnya, aku terlalu marah sama bang Ammar, otakku buntu harus memikirkan kosakata ketika bersama mereka, hari ini aku di katakan sombong? karena tak mau bicara sama teman yang lain nya.

Lagian apa sich yang harus di omongin?tiap hari pasti yang di omongin itu itu saja dan berulang ulang, sampai bosen denger nya, pikir ku.

Dengan nafas ngos ngosan aku masuk ke dalam kelas yang belum ada guru di dalam kelas.

Aku berjalan menuju tempat duduk ku yang berada di pojokan, karena aku lebih suka menyendiri. Aku menaruh kepalaku di atas bangku dan memejamkan mata untuk mengurai rasa lelah yang aku rasakan saat ini.

''Adibah, kamu telat?'' tanya Lisa teman satu bangku nya Adibah.

Aku mengangkat kepala ku dan hanya mengangguk saja. Maaf? hari ini aku sangat malas untuk ngobrol?'' terang ku pada Lisa.

''Kenapa Dibah? kamu lagi sakit, sampai-sampai tak mau berbicara lagi sama kita kita,'' tanya Nemo yang pengen di panggil Ferguso.

''Ech Nemo, diem lhu. Nama kayak ikan saja belagak mau di panggil Ferguso, mimpi lhu ketinggian,'' Ujar Tiara yang membuat seisi ruangan tertawa.

''Gini gini gue ganteng lah, nama bisa kita rubah kapan saja, tapi hati dan sayang ku tak kan pernah aku rubah, masih tetap untuk ayang Dibah?'' jawab nya tak malu.

''Kok ada ya, laki laki item kayak Nemo bilang ganteng?'' yang lain menimpali.

''Iya ganteng? tapi di lihat dari belakang,'' timpal Lusi terkekeh.

''Bener thu Lusi, dari belakang sich bodynya aduhai, tapi dari depan och astaga?'' ledek nya seraya tertawa riang.

Aku tak menanggapi ocehan ocehan dari teman kelasku, karena aku benar-benar sedang marah saat ini. Aku menaruh kepala ku lagi di atas meja seraya memejamkan mataku barang sejenak, karena kelas hari ini tak ada guru nya, jadi aku memutuskan untuk tidur, dari pada mendengarkan ocehan ocehan yang nggak guna, pikir ku.

'Kalau kayak gini, aku benar-benar bisa gila, bagaimana aku menghindari abang ku, yang setiap hari nya bakalan bertemu di rumah, kalau aku meminta sekolah di Pesantren? boleh nggak ya,' batin ku, aku terus memutar otak ku, agar tak bertemu terus dengan bang Ammar.

''Tuhan....??'' lirih ku yang membuat Lisa menoleh ke arah ku.

''Ada apa sich Dibah, cerita dong sama aku, kalau ada masalah? siapa tau kita bisa menemukan solusi buat masalah mu itu,'' Ucap Lisa memegang tangan ku.

Apa aku harus bercerita pada Lisa, teman sebangku ku. Mungkin aku egois yang menginginkan bang Ammar putus dari pacar nya.

''Lisa, apa aku egois kalau aku menginginkan bang Ammar menyudahi hubungan nya dengan pacar nya?'' tanya ku memulai obrolan dengan Lisa.

''Memang nya? apa alasan kamu sehingga minta abang kamu untuk putus dari pacar nya, kalau kamu nggak punya alasan yang kuat untuk abang kamu, ya kamu egois lah? mau memisahkan orang yang saling cinta dan menyayangi nya juga,'' jawab Lisa panjang lebar.

''Aku punya alasan itu Lisa, dia nggak baik buat abang ku, dia sudah memainkan perasa'an bang Ammar selama ini,'' lanjut ku.

''Maksud kamu bagaimana sich Dibah?'' tanya Lisa lagi.

''Dia tidak setia sama bang Ammar? dua kali aku bertemu dengan dia, dia sedang bermesra'an dengan beda beda orang, dan yang terakhir aku juga melihat dia sedang mencium laki laki itu, dan itu bukan bang Ammar Lisa? jadi kalau aku meminta Bang Ammar untuk memutuskan hubungan dia, aku bukan orang egois kan?'' jelas ku pada teman sebangku ku.

''Jadi intinya dia nggak setia dong? sama bang Ammar, sudah kalau githu kamu segera ngomong sama bang Ammar, suruh putusin cewek begajulan kayak gitu, aku denger nya saja sudah geram, apalagi kamu melihat nya sendiri,'' balas Lisa membuat ku menegakkan kepala ku, menatap ke arah Lisa. Sekarang aku mulai tenang, karena aku punya pendukung yang membuat aku sedikit lega.

********

Di pabrik bang Ammar sedang bergelut dengan pekerja'an nya, di tambah sekarang dia sedang tidak dalam baik baik saja, karena sang adik nyuekin dia.

''Kenapa lho Mar?'' tanya teman kerja nya.

''Iya, dari tadi lesu amat nich Ammar,'' sambung teman satunya.

''Aku lagi nggak semangat untuk kerja Mo,'' jawab nya lesu.

''Biasanya lho semangat banget kerja nya, makanya gaji lho lebih banyak ketimbang kita kita,'' celetuk yang lain

''Aku lagi marahan sama adik ku Mo,'' sahut nya lagi.

''Biasanya lho akur akur saja dengan Adibah, kenapa sekarang malah nggak akur githu,'' tanya teman nya penasaran.

''Kemarin aku mengajak dia ke rumah cewek gue, entah kenapa dia nggak suka banget sama pacar ku yang sekarang, padahal dia tak pernah bertemu sebelum nya.'' jelas Mas Ammar pada teman nya.

''Mungkin dia nggak suka sama pacar kamu, kan aku sudah bilang sebelumnya. Agar kamu tidak berhubungan lagi sama dia,'' sahut nya. Membuat bang Ammar menatap teman nya dengan penuh tanda tanya.

Semua teman kerja bang Ammar tidak suka kalau bang Ammar berhubungan dengan dia, mungkin mereka sudah mengetahui sifat pacar dari bang Ammar sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!