Lukas seketika mendapatkan sebuah ide, ia akan meminta bantuan kedua orang tuanya untuk membatalkan keinginan kakeknya itu menikah dengan gadis yang tidak ia sukai. Lukas sangat yakin, ayah dan ibunya tak akan setuju jika ia menikahi gadis buluk dan juga miskin.
Lukas segera menghubungi nomor ibunya.
“Mah, mamah ada dimana?”
“Lagi diperjalanan pulang sayang, ada apa?”
“Ada yang mau aku bicarakan dengan mamah dan papah,” ucap Lukas dengan antusias.
“Baiklah, katakan saja!”
“Tidak di telepon mah, nanti kalau mamah sudah sampai aku akan temui kalian berdua di kamar,” Lukas lalu mematikan ponselnya.
Lukas menunggu kedua orang tuanya di depan pintu kamar mereka. Sekitar sepuluh menit kemudian Leonard dan Vanesa muncul di hadapan Lukas.
“Mah...” Lukas merengek manja pada ibunya. Selain pada Dominic, Lukas juga biasa bersikap manja pada ibunya.
“Ada apa sayang?” Vanesa memeluk putra semata wayangnya itu.
Lukas melihat ke sekeliling, khawatir ada sosok kakeknya di sana. Ia lalu menarik ibunya masuk ke dalam kamar. Leonard hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah manja putranya itu, padahal Lukas bukan lagi anak kecil.
Lukas mengajak Vanesa duduk di tepi ranjang.
“Mah... Apa kau sudah tau kalau kakek mau menjodohkan aku?”
“Sudah,” Vanesa mengangguk.
“Kau sudah tau siapa yang akan kakek jodohkan padaku?”
“Tentu saja kami sudah tau Lukas, sebelum kakek mengatakan padamu. Ia sudah lebih dulu mengatakannya pada kami,” Leonard yang menjawab pertanyaan Lukas.
“Jadi kalian sudah tau? Lalu bagaimana menurut mamah dan papah? Kalian tidak setuju kan?” Lukas menatap kedua orang tuanya dengan tatapan penuh harap.
“Kenapa kami harus tidak setuju? Dia gadis yang baik,” ucap Leonard.
Vanesa mengangguk, setuju dengan ucapan suaminya.
“Mah... Pah... Kalian pasti belum melihat langsung bagaimana rupa gadis itu? Lagi pula dia dari kalangan elit, alias ekonomi sulit. Apa mamah mau punya menantu seperti itu? Apa mamah tidak akan malu nantinya pada teman-teman mamah jika memiliki menantu yang jelek seperti dia?”
Vanesa dan Leonard saling menatap, mereka sudah menebak Lukas pasti akan menolak perjodohan ini.
“Mamah tidak masalah, wajah buruk rupa kan bisa dipermak jadi cantik. Lagi pula mamah yakin, Tamara aslinya cantik. Hanya saja ia tak punya waktu dan biaya untuk merawat wajahnya.”
“Tapi dia bukan dari kalangan seperti kita ini mah, pah...” Lukas masih berusaha membujuk agar orang tuanya juga mau menolak permintaan kakeknya.
“Ayolah Lukas, kuno sekali pikiranmu. Kini sudah bukan jamannya kaum ningrat harus menikah dari kalangan yang sederajat pula,” Leonard menambahkan.
Lukas mendadak menjadi tak bersemangat, ia tertunduk lesu karena tak mendapat dukungan dari kedua orang tuanya.
“Benar Lukas, yang terpenting dia wanita yang baik. Bagi mamah dan papah itu sudah lebih dari cukup,” Vanesa membelai rambut putranya dengan lembut.
“Bagaimana kalian bisa tau kalau dia wanita yang baik?” Gerutu Lukas.
“Tentu saja kami tau, dia itu tulang punggung keluarga. Dia merelakan masa mudanya untuk terus bekerja menghidupi kakeknya. Kalau dia bukan wanita baik-baik, dia pasti tak mau melakukan itu dan menyuruh kakeknya yang bekerja,” jawab Leonard.
“Turuti saja permintaan kakekmu nak, mamah dan papah yakin kakekmu tau yang terbaik untukmu,” Vanesa mencoba memberi pengertian pada putra semata wayangnya itu.
“Tapi aku tak menyukai gadis itu,” ucap Lukas sambil memajukan bibirnya.
“Nak, dengar perkataan mamah. Wajah itu bisa dipoles, nanti kalau dia sudah kenal skin care dia pasti akan kelihatan cantiknya. Dan harta, itu semua masih bisa dicari. Kamu tak perlu mencari pasangan dari orang yang satu kalangan dengan kita, karena kita sendiri juga sudah cukup kaya jadi tak perlu mencari besan yang kaya juga. Tapi yang paling penting dari semua itu adalah attitude, tak mudah menemukan orang yang memiliki etika baik dimasa sekarang ini,” nasihat Vanesa.
Lukas hanya bisa tertunduk lemas, ia sepertinya memang harus menyerah untuk menentang pernikahan ini.
“Lalu apa benar, jika aku tak mau menikahi gadis itu aku akan kehilangan jabatan di perusahaan?” Tanya Lukas dengan wajah yang ditekuk.
“Kalau soal itu, papah tidak tau Lukas. Jujur saja, jangankan kamu. Bahkan papah saja bisa kehilangan posisi papah jika kakekmu mau,” jawab Leonard.
“Benar Lukas, kakekmu masih memiliki pengaruh yang sangat besar di perusahaan. Sudahlah, kamu turuti saja ya permintaan kakekmu itu,” Vanesa dan Leonard lebih memilih untuk menghindari konflik dengan Dominic.
Bukan karena takut kehilangan jabatan, namun bagi mereka berdua rasanya tak etis jika harus bertengkar dengan orang tua hanya karena masalah seperti ini. Lagi pula, Leonard dan Vanesa sudah menyelidiki terlebih dahulu siapa gadis yang akan menikah dengan Lukas.
Bagi mereka berdua, Tamara adalah gadis yang baik, pekerja keras, penyayang, dan juga sangat polos. Sangat susah dimasa sekarang ini mencari gadis yang seperti itu. ditambah lagi, mereka berdua juga sangat kenal dengan Adrian. Ia adalah teman lama Dominic, Adrian adalah orang yang sangat baik tentu saja ia juga akan mendidik cucunya dengan sangat baik.
Lukas dengan wajah kecewa akhirnya kembali ke kamarnya. Ia membayangkan hari-harinya ke depan pasti akan sangat suram. Menikah dengan gadis yang sama sekali tak ia sukai.
Memang selama ini ia tak pernah sekalipun menyukai perempuan, Lukas selalu merasa dirinya terlalu sempurna untuk para gadis-gadis itu. Memiliki wajah yang tampan dan otak yang cerdas serta harta yang melimpah, membuat Lukas tergila-gila dengan dirinya sendiri.
Lukas membaringkan dirinya di atas kasur, ia menerawang jauh ke atas langit-langit kamarnya. Akankah pendiriannya untuk tetap melajang hingga usia empat puluh tahun harus sirna saat ini juga?
“Ah... terserahlah! Biar saja kami menikah, tapi jangan harap aku akan bisa mencintai gadis itu!” Lukas memilih menyerah. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.
“Nanti jika si tua bangka itu sudah meninggal, aku pasti akan menceraikannya. Dilihat dari usianya sekarang, pasti tak akan lama lagi,” Lukas tersenyum licik sejenak. Namun tiba-tiba ia memukul mulutnya sendiri.
“Bodoh, kau malah mendoakan yang tidak-tidak untuk kakekmu. Aku pasti sudah gila, maafkan aku kek. Jika saja kau tidak memintaku untuk melakukan hal sulit ini,” Lukas mengacak-acak rambutnya.
Meski hatinya masih sangat kesal, namun tubuh Lukas memang terasa sudah sangat lelah. Akhirnya ia pun tertidur pulas masih dengan setelan kemejanya. Lukas yang biasanya selalu mandi sebelum tidur, kali ini malah tidur masih sambil mengenakan pakaian kerjanya. Mungkin karena sibuk mencari cara agar terhindar dari pernikahan, membuat Lukas sejenak lupa dengan rutinitasnya sebelum tidur.
Mandi, menggosok gigi, memakai piyama satu set, dan tak lupa memakai rangkaian skincare agar wajah tampannya semakin memukau di pagi hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments