Satu minggu berlalu, setelah pemberitahuan soal perjodohan Tamara. Sampai saat ini gadis itu belum juga mendapat kabar tentang pertemuannya dengan calon suami.
“Benar kan, dia pasti menolak mentah-mentah perjodohan ini,” gerutu Tamara.
“Sabar... dia itu kan orang sibuk, jadi kamu yang tidak terlalu sibuk harus sabar menunggu,” Adrian menenangkan cucunya.
Di lain tempat, Dominic yang tengah menikmati sarapan paginya melihat kursi kosong di sebelahnya.
“Kemana anak itu?” Tanya Dominic pada pelayan yang ada di dekatnya.
“Sudah pergi sejak subuh tuan,” jawab pelayan dengan sopan.
“Hhh... Anak itu menghindari aku?”
Pelayan hanya menunduk, ia sendiri tidak tau pasti mengapa tuan mudanya pergi sepagi itu. Dan ini sudah terjadi sejak beberapa hari terakhir, saat Dominic mengutarakan keinginannya untuk menjodohkan Lukas dengan seorang cucu dari sahabat lamanya.
“Aku belum tertarik untuk menikah,” hanya itu jawaban yang Dominic terima dari Lukas.
Dominic menghela nafas panjang, ia memang kerap kali kewalahan meladeni sifat keras kepala cucunya itu. Tapi kali ini, ia tak boleh kalah. Dominic akan mencoba untuk mengancam Lukas jika ia tak mau menuruti keinginannya.
“Berikan ponselku!” Perintah Dominic pada pelayan di sampingnya.
Dengan sigap pelayan itu menyerahkan ponsel pada Dominic.
“Dimana kamu?”
“Dimana lagi? Jam segini sudah pasti aku berada di kantor,” jawab Lukas.
“Segera temui gadis itu! Jika tidak, akan ku turunkan posisimu menjadi office boy!” Tanpa basa basi Dominic segera mematikan sambungan telepon.
Tentu saja hal itu membuat Lukas merasa kesal, ia memijat keningnya sambil terus menatap layar ponsel yang sudah mati.
“Aishhh... si kakek tua itu,” Lukas melempar ponselnya ke atas meja kerjanya. Ia lalu berjalan keluar dari ruangannya.
“Kosongkan jadwalku sore ini! Dan kau cari tau dimana gadis itu berada sore nanti!” Perintah Lukas pada sekertarisnya, Olivia. Ia lalu kembali masuk ke dalam ruangannya.
“Baik tuan muda,” dengan sigap Olivia segera menghubungi beberapa kolega yang rencananya akan mereka temui sore ini. Olivia juga sudah paham, siapa gadis yang dimaksud Lukas.
Sore hari pun tiba, Lukas sudah selesai dengan pekerjaannya. Sekarang waktunya ia menemui gadis yang akan dijodohkan dengan dirinya. Dengan diantar oleh Olivia, Lukas mendatangi sebuah restoran cepat saji tempat Tamara melakukan kerja sambilan.
“Kita akan bertemu dengannya di tempat ini?” Lukas mengamati restoran cepat saji itu.
“Iya tuan muda, nona Tamara bekerja di tempat ini,” jawab Olivia.
“Bekerja? Apa dia seorang pemilik restoran ini?” Lukas hampir tak percaya pada apa yang dikatakan sekertarisnya.
“Maaf tuan muda, bukankah semua informasi mengenai calon istri anda sudah ada dalam dokumen yang tuan Dom berikan?”
“Kau pikir aku berminat untuk membacanya? Jika tua bangka itu tidak mengancam akan menurunkan posisiku, aku juga tidak sudi datang ke tempat ini!”
Olivia hanya mengangguk, ia lebih memilih diam tak mau berdebat dengan atasannya.
“Jadi cepat katakan padaku, apa gadis itu pemilik restoran ini?”
“Nona hanya bekerja sambilan di tempat ini tuan muda,” dengan sabar Olivia menjawab pertanyaan Lukas.
“Bekerja sambilan? Apa dia tak punya kerjaan sampai harus bekerja sambilan di tempat ini?”
“Maaf tuan muda, tapi memang ini pekerjaannya.”
“Hah... berani sekali si tua bangka itu menjodohkan aku dengan gadis seperti ini,” dengan perasaan kesal Lukas segera menghubungi kakeknya.
Tak butuh waktu lama, kakeknya sudah mengangkat teleponnya.
“Bagaimana? Kamu sudah bertemu dengannya?” Tanya Dominic saat telepon baru saja tersambung.
“Kek, apa benar gadis yang mau kakek jodohkan padaku bekerja sambilan di restoran cepat saji?” Sambil menahan emosinya Lukas berusaha bicara ramah pada kakeknya.
“Memang kamu tidak membaca profil yang sudah kakek beri padamu?”
“Maaf kek, aku sibuk jadi belum sempat membacanya. Jadi benar dia bekerja sambilan di tempat ini? Apa kakek tidak salah?”
“Tentu saja tidak, cepat temui gadis itu! Atau aku akan segera memproses hukumanmu, sehingga besok kamu sudah bisa menikmati hidup sebagai office boy,” ucap Dominic dengan nada lembut namun sangat mengancam.
Lukas menelan air liurnya, ia tak bisa membayangkan dirinya yang tampan ini menjadi seorang office boy.
“Kek, apa tidak ada posisi lain?” Tawar Lukas.
“Ada, berhenti menjadi cucuku!” Dominic segera mematikan sambungan teleponnya.
“Aishh...” Lukas hanya bisa mendesah mendapat perlakuan yang menurutnya sangat kejam dari kakeknya. Dengan terpaksa akhirnya Lukas turun dari mobil dan memasuki restoran cepat saji itu. Sebuah pesan masuk ke ponselnya saat ia baru saja masuk ke dalam restoran.
Jika kamu tidak bersikap ramah padanya, hukuman akan tetap ku berikan meski kau sudah menemuinya!
Begitulah isi pesan dari Dominic, Lukas hanya bisa pasrah. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan berusaha untuk tersenyum dengan ramah. Namun masalah yang baru ia sadari muncul, ia lupa menanyakan pada Olivia nama dari gadis yang harus ia temui di sana.
“Ah, sial... aku lupa siapa tadi namanya?” Lukas berjalan kembali ke mobilnya, namun ia tak menemukan siapapun di dalam mobil.
Lukas celingukan melihat ke sekeliling, mencari keberadaan sekertarisnya.
“Dimana sekertaris sialan itu?”
Saat Lukas tengah sibuk mencari ke sekitar, tiba-tiba seorang juru parkir menghampirinya. Pria yang sudah cukup tua itu menyerahkan kunci mobil dan secarik kertas pada Lukas.
“Apa ini?”
“Seseorang meminta saya memberikan ini pada anda tuan,” jawab juru parkir dengan ramah.
“Kemana orang itu?”
“Sudah pergi dengan taksi tuan,” setelah dirasa selesai dengan tugasnya juru parkir segera meninggalkan Lukas.
“Aish...” Lukas yang kesal mengacak-acak rambutnya. Ia lalu membuka lipatan kertas yang diberikan pada juru parkir tadi.
Maaf tuan muda, tuan Dom meminta saya untuk meninggalkan anda berdua. Tapi sebagai permohonan maaf dari saya, saya akan memberi tahukan nama calon istri anda, yaitu Tamara. Semangat tuan muda, semoga kencannya berjalan dengan lancar! ^^
“Cih, calon istri apanya?” Lukas kembali mendesah. Kali ini ia berusaha mengatur nafasnya, saat emosinya sudah mulai mereda Lukas kembali masuk ke dalam restoran. Ia melihat beberapa pelayan di meja pemesanan.
Lukas memicingkan matanya, membaca satu persatu nama yang tertera di dada para pelayan. Namun tidak ada nama Tamara di sana.
“Apa gadis itu tidak masuk hari ini?” Sejenak Lukas merasa lega.
“Baiklah, karena sudah terlanjur di sini aku akan memesan makanan,” Lukas yang merasa lapar karena ia melewati makan siangnya segera berjalan menuju meja pesanan.
“Selamat sore pak, mau pesan apa?” Tanya pelayan restoran ramah.
“Dua cheese burger dan dua air mineral,” Lukas yang sangat lapar merasa tak cukup jika hanya memesan satu burger saja.
“Baik, ada lagi?”
Lukas terdiam, ia merasa ragu-ragu ingin menanyakan sesuatu pada pelayan itu.
“Bagaimana pak?”
“Ehem... Apa di tempat ini ada pegawai yang bernama Tamara?” Tanya Lukas setengah berbisik.
“Oh, Tamara. Iya ada pak, dia pekerja sambilan kami yang bertugas mencuci piring,” jawab pelayan seraya menunjuk ke area di belakangnya. Terlihat beberapa orang sedang sibuk meracik makanan, dan seseorang yang sedang sibuk dengan cucian yang menumpuk di hadapannya.
Mata Lukas hanya tertuju pada gadis yang sedang mencuci piring itu, karena pelayan tadi bilang bahwa tugas Tamara adalah mencuci piring.
“Apa aku bisa menemuinya sebentar?”
“Bisa, nanti akan saya sampaikan pada atasan kami. Kalau boleh tau dengan bapak siapa ya?”
“Saya Lukas,” dengan penuh percaya diri Lukas menyebutkan namanya.
“Baik pak, ada lagi yang bisa saya bantu?”
“Tidak, cukup!”
“Baik pak, jadi total pesanan bapak seratus dua belas ribu.”
Lukas memberikan uang seratus lima puluh ribu pada pelayan itu, ia menolak menerima kembalian dan sebagai gantinya ia ingin pesanannya nanti dibawakan oleh Tamara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments