[RA] 03 : Lelaki Misterius

Pagi ini, karena Elleandra merasa bosan di kamar, jadi dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit masih dengan pakaian khas pasiennya. Bahkan gadis itu belum mandi pagi.

Namun, Elleandra tidak begitu peduli. Toh, badannya masih wangi.

Elleandra juga tidak lagi membawa tiang infus kemana-mana karena Infus di tangan kirinya telah dilepas. Ya, keadaannya sudah semakin membaik.

"Luas juga rumah sakit ini," kata Elleandra sambil menyusuri lorong rumah sakit.

Elleandra terus berjalan hingga menuju taman rumah sakit. Taman adalah pilihan yang tepat untuk Elleandra menghirup udara segar karena jujur, dia tidak begitu suka dengan bau rumah sakit.

Dia memilih duduk di kursi dekat air mancur yang berada di tengah-tengah taman. Elleandra duduk bersila di kursi sembari mengamati sekitarnya.

Lumayan banyak pasien serta keluarga pasien yang berada di taman ini, dari anak-anak hingga lansia, mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Saat sedang menikmati hembusan angin yang menerpa wajah dan rambutnya, tiba-tiba ada satu hal yang menarik perhatian Elleandra hingga gadis itu terdiam pada satu titik.

Manik Elleandra mengamati seorang nenek-nenek yang duduk di sebuah kursi roda. Nenek itu terlihat kesusahan menjalankan kursi rodanya. Sepertinya, roda kursi tersebut terganjal oleh gundukan batu yang membuat kursi roda itu tidak berjalan semestinya.

Elleandra tidak melihat adanya perawat atau pendamping di sekitar Nenek itu. Dia melihat orang-orang di sekitarnya yang hanya cuek dan terlihat tidak berniat untuk membantu.

Elleandra berdecak ringan. Dia jadi gemas sendiri. Dia segera beranjak dari duduknya dan menghampiri Nenek yang masih berusaha menggerakan kursi rodanya dengan susah payah.

Dengan mudahnya, Elleandra mendorong kursi roda itu hingga rodanya tidak tersangkut lagi. Nenek itu terlihat terkejut dan menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Elleandra.

"Ah. Terima kasih, gadis cantik." Nenek itu mengukir senyum lembut di wajahnya.

Saat Elleandra menatap wajah nenek itu, dia sedikit melongo karena paras Nenek tersebut yang masih terlihat cantik dan menawan. Walau wajah Nenek penuh kerutan, namun kecantikaanya masih begitu memancar. Elleandra langsung menebak jika semasa muda, Nenek ini pasti selalu menjadi incaran para lelaki pada masanya.

'Dunia novel emang beda, ya? Udah nenek-nenek tapi gak kalah good looking sama yang masih muda,' batin Elleandra sambil menggeleng dengan heran.

Elleandra mengangguk sambi mengukir senyum hangat di wajahnya. Dia berjongkok dan memegang lembut tangan yang penuh kerutan itu.

"Nenek yang lebih cantik ini mau kemana?" Elleandra berkata dengan nada yang begitu lembut.

"Kemarin, cucu Nenek bilang kalau dia ingin ke sini hari ini, Nak. Nenek tidak sabar ingin bertemu cucu Nenek. Tapi, sepertinya Nenek tersesat," kata Nenek dengan raut sedih.

"Lain kali, Nenek bisa tunggu cucu Nenek di kamar. Kalau Nenek ingin bertemu seseorang, Nenek bisa bilang ke suster dan jangan pergi sendirian, oke?" Kata Elleandra dengan penuh nasihat.

Nenek cantik itu mengangguk sambil tertawa ringan.

"Sekarang, biar Elle yang antar Nenek ke kamar, ya? Nenek ruangannya ada di sebelah mana?" Elleandra berkata sembari mendorong kursi roda.

"Ruangan Nenek di ma—"

"Nyonya!"

Belum sempat Nenek menyelesaikan ucapannya, seorang Perawat menghampiri Elleandra dan Nenek dengan langkah lebar dan terburu-buru, membuat Elleandra menghentikan dorongannya. Raut panik terpancar jelas di wajah Perawat muda itu.

"Astaga, Nyonya! Nyonya tidak apa-apa?" Perawat tersebut segera memeriksa tubuh Nenek, dari atas hingga ke bawah. Perawat itu menghela nafas lega ketika melihat kondisi Nenek baik-baik saja tanpa lecet sedikit pun.

Elleandra hanya mengernyitkan alis melihat wajah Perawat di depannya yang begitu pucat pasi seakan-akan nyawanya bisa tercabut kapan saja jika Nenek dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Perawat itu menatap Elleandra penuh binar.

"Nona, terima kasih karena telah menjaga Nyonya Reagan. Semua perawat yang menjaga begitu panik ketika Nyonya tidak ada di kamarnya. Saya lega sekali! Sekali lagi terima kasih, Nona!" Tanpa membuang waktu, perawat itu langsung mengambil alih pegangan kursi roda dari tangan Elleandra, membuat Elleandra sedikit mundur ke belakang.

Nenek masih sempat mengulas senyum sambil melambaikan tangannya ke arah Elleandra ketika Perawat itu membawanya pergi. Sedangkan Elleandra masih berdiri terpaku melihat Nenek yang di bawa pergi.

"Makanya, kalo kerja yang bener," lirih Elleandra sambil mendekus pelan. "Untung Nenek gak diculik kakek-kakek nakal."

Elleandra berbalik dan berjalan menuju tempatnya duduk tadi.

Namun, Elleandra langsung menghentikan langkahnya ketika seorang lelaki muda bertubuh tinggi dan berbadan tegap yang terlihat seumuran dengan Elleandra tengah berdiri sambil menatap gadis itu dengan sorot mata yang tajam.

Lelaki itu mengenakan setelan serba hitam yang fashionable. Di mulai dari topi, masker, kaus lengan pendek, celana panjang, sepatu, tas cross body, hingga belt yang membuat penampilannya semakin stylish. Benar-benar gaya anak muda yang begitu trendi.

Elleandra menengok ke belakang untuk memastikan ke arah siapa lelaki itu menatap.

Tidak ada siapa-siapa.

Elleandra menatap lagi lelaki berparas rupawan itu.

Oh, jangan lupakan tatapan beberapa orang di sekitar yang juga tengah mencuri-curi pandang pada sosok rupawan yang berjarak beberapa langkah di depan Elleandra.

Lelaki itu melangkahkan kakinya semakin dekat dengan Elleandra. Dia terus mengikis jarak hingga langkahnya berhenti ketika jarak antara dirinya dengan Elleandra hanya terpaut dua langkah.

"..."

Elleandra dan lelaki itu hanya saling terdiam sambil menatap satu sama lain, sampai lelaki itu mengeluarkan suaranya.

"Elle."

Manik Elleandra membola ketika lelaki itu menyebutkan namanya dengan sebutan Elle dan bukan Lea seperti cara Dr. Angkasa memanggilnya.

Apakah lelaki muda itu mengenal Elleandra?

Secercah harapan muncul pada diri Elleandra yang membuatnya percaya bahwa yang dalaminya semalam tidaklah benar dan hanya mimpi belaka.

"L-lo kenal sama gue?" Elleandra memekik terbata-bata, mencoba menyebunyikan nada antusiasnya. "Lo barusan panggil gue Elle? Gue gak salah denger, kan?"

"Akhirnya! Ada juga orang yang kenal sama gue di sini! Iya, gue Elle bukan Lea! Emang dasar Dokter itu aja yang gak waras!" Elleandra mencebik kemudian tertawa girang.

"Ini cuma mimpi, yuhu~" Elleandra bersenandung kecil sambil melompat-lompat kecil.

"Yuhu, cuma mimp-"

"Maksud kamu apa, Elleanor?"

BRAK!

Seperti tengah ditampar realita, Elleandra mematung dengan posisi tubuh hampir terjatuh ketika lelaki itu menyebutkan satu nama yang membuat Elleanor hampir menjadi bagian dari bangsal rumah sakit jiwa.

"Oke. Ini bukan mimpi." Elleandra berucap lirih dengan raut datar. Dia berdehem singkat lalu kembali menegakkan tubuhnya dengan sedikit kikuk.

Dia malu.

Sumpah.

Elleandra maju satu langkah mendekati lelaki asing itu.

"Lo siapa?" Elleandra mencoba bertanya dengan raut tenang. Maniknya menatap tepat ke arah manik hazel lelaki itu.

Lelaki itu terlihat agak familiar di mata Elleandra.

'Gue pernah lihat dia dimana, ya?' Batin Elleandra.

"Apa kejadian itu membuat sopan santun lo hilang, Elle?" Lelaki itu berucap dengan nada dingin. Ditambah lagi raut wajahnya yang datar serta tatapan matanya yang tajam, begitu menghunus ke arah Elleandra. 

"Sekarang lo udah berani tatap gue, Elle?"

Elleandra langsung menundukkan pandangan.

Tidak! Dia tidak melakukannya! Kepalanya bergerak sendiri seolah-olah ada sesuatu yang mengendalikannya.

'Gue kenapa?' Elleandra membatin heran.

Jujur, Elleandra tengah merasa merinding. Dia menggaruk pelipisnya pelan untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba melanda. Sungguh, ini seperti bukan Elleandra. Elleandra adalah sosok yang tidak mudah merasa terintimidasi oleh seseorang.

'Apa ini adalah efek karena jiwa gue yang berpindah ke raga Elleanor yang punya sifat lemah dan penakut itu?' Batin Elleandra.

'Itu artinya, jiwa Elleanor masih ada di dalam tubuh ini? Apa mungkin satu tubuh bisa dihuni dua jiwa?'

Jika tubuh Elleanor hanya terisi jiwa Elleandra, seharusnya dia tidak merasakan ketakutan dan terintimidasi sekarang. Itu artinya, ada kemungkinan jiwa Elleanor masih berada di dalam tubuhnya. Rasa takut yang dirasakan Elleandra pasti berasal dari jiwa Elleanor.

Elleandra harus segera mencari tahu kebenarannya.

'Lea, dimana pun lo berada, kalau lo dengar gue, tolong, jangan pernah ngerasa takut! Lo harus percaya sama gue, Lea. Gue paling gak suka orang lemah yang gampang terintimidasi!'

Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Bisa saja tebakan Elleandra benar mengenai jiwa Elleanor yang asli masih berada dalam satu tubuh bersamanya.

Perlahan, Elleandra merasakan rileks di tubuhnya. Dia tidak lagi merasa tertekan dan takut karena aura menyeramkan lelaki asing di depannya ini.

'Ya, begitu, Leanor.'

Elleandra langsung menatap lelaki asing itu dengan raut dingin.

Sorot mata Elleandra benar-benar kembali seperti sosok Elleandra yang penuh percaya diri, angkuh, berani dan tidak mudah terintimidasi oleh siapa pun!

Elleandra maju mendekat dan semakin mengikis jarak. Sepertinya, langkah berani Elleandra membuat lelaki asing itu sedikit terkejut, namun, lelaki asing itu sangat pintar menyembunyikan ekspresinya.

Sama seperti Elleandra.

Elleandra menatap tepat ke manik amber milik lelaki itu.

"Gue tanya sekali lagi ...."

"... Lo siapa?"

Terpopuler

Comments

Brilian Eden

Brilian Eden

yaallah kasihan bgt elllllll

2022-10-18

1

Brilian Eden

Brilian Eden

Astaga elleeee, kakek kakek nakal apaan cobaa

2022-10-18

2

Brilian Eden

Brilian Eden

REAGAN? WHAT? JGN JGN

2022-10-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!