Rasa sakit

Apa yang lebih menyakitkan bagi Joya ketimbang harus mendengar dengan telinganya sendiri suaminya mengucapkan kalimat ijab kabul untuk wanita lain?

Lagi-lagi Hamdan tidak mampu menolak permintaan Ibunya, melupakan ada hati yang patah bahkan berserpihan.

Tanpa perduli dengan perasaannya, Hamdan mengelar acara tersebut di kediaman mereka, karena Joya yang bersikeras menolak, pada akhirnya Hamdan hanya menikah siri dengan Ayenir, tetapi apapun itu luka hati yang Joya rasakan tetaplah parah.

Ternyata diamnya di anggap kebodohan. Baiklah jika itu mau mereka, Joya akan menahan diri sebentar lagi, bukan untuk merajut hubungan lagi, namun mencari alasan tepat untuk menggugat cerai suaminya.

Istri mana yang tidak sakit hati, ketika bahkan seusai acara yang mereka gelar kini Suami, Mertua, istri muda berkumpul di ruang televisi tapi tidak mengajak istri tua untuk sekedar menghargai nya.

Jika saja Joya sedikit berpikir egois, sebenarnya bisa saja ia tendang ketiganya dari kediamannya, mamun Joya masih mencoba bertahan sebentar lagi, setidaknya sampai orang tuanya kembali dan Joya bisa pelan-pelan menjelaskan kepada kedua orang tuanya perihal kemelut rumah tangganya.

Disini ia hanya korban ke egoisan Ibu Hamdan, korban ketidak berdayaan suaminya, Joya korban tanpa kesalahan yang tiba-tiba terpaksa menerima takdir poligami, mau tidak mau Joya harus menanggung derita batin. Dan begitu tidak adilnya suaminya malah berbahagia dengan pernikahan yang awalnya tidak diinginkannya.

Lalu Joya?

Bagaimana dengan kehidupan dan juga kebahagiaan nya?

Jika bahkan Hamdan tidak bisa sekedar berkata Tidak' pada Ibunya, akankah Hamdan bisa adil nantinya? Tentu tidak. Lantas haruskah Joya bertahan? siapa yang akan membahagiakannya, sementara sekarang rumahnya sudah terisi orang-orang tak punya hati.

Air mata tak lelah untuk terus mengalir di kedua pipi Joya, meskipun keputusan untuk berpisah sudah ia kukuhkan namun mengingat saat ini ia telah dimadu tidak bisa membuat dirinya pura-pura baik-baik saja.

Tok.

Tok.

Tok.

Tidak menyembunyikan air matanya Joya membuka pintu.

" Lama amat sih?" Sembur Rubiah.

Joya hanya melirik tak perduli.

" Keluar dong, kan kamu tau malam ini malam pertama Hamdan dan Ayenir kok kamu malah enak-enakan di kamar ini, sana kamu tidur di ruang tivi biar pengantin baru masuk kamar!"

Mata Joya menyipit, apakah ia baru saja di usir?'

" Kok malah bengong? ayo..keluar!"

" Kalau ada yang harusnya keluar dari rumah ini itu kalian bukan aku"

Brak'

Tidak perlu menunggu jawaban dari Rubiah, Joya segera membanting pintu, sakit hatinya bertambah sakit ketika mendengar permintaan konyol wanita tak berperasaan itu.

Beberapa menit berlalu kini gantian suara Hamdan yang mengetuk pintu.

Rasa-rasanya Joya ingin menyiram mereka semua dengan air mendidih, apa tidak ada iba sedikitpun untuk wanita yang masih berstatus istri Hamdan juga, apa semua orang buta untuk melihat kini ia tidak hanya terluka namun seperti menghadapi sakitnya kematian. Cintanya di paksa mati, hatinya di paksa mati, dan juga kelembutan dan kepatuhannya terhadap suami pun ikut lenyap.

" Dek, tolong buka pintunya!" Suara Hamdan lagi-lagi terdengar.

Sengaja Joya tidak mencabut anak kuncinya agar tak dapat di buka dari luar mengunakan kunci cadangan, biarlah jika Hamdan mau dobrak Joya benar-benar tidak perduli. Hanya saja Joya merasa haus dan sialnya air di nakas sudah habis, akhirnya dengan terpaksa Joya membuka pintu.

Sempat terkejut mendapati Hamdan yang tidur di depan pintu dengan posisi duduk.

Joya yang akan berlalu di tari tangganya oleh Hamdan.

" Dek, mas minta maaf" ucap Hamdan yang kini bahkan sudah merengkuh tubuh Joya.

" Katakan apa yang bisa mas lakukan agar kamu memaafkan kesalahan mas ini? demi Allah, ini mas lakukan untuk bakti kepada Ibu"

" Aku ingin sendiri mas, tolonglah!" Joya menyentak tangan Hamdan.

" Aku kangen dek." Sesak, hati Joya mendengar ucapan suaminya, karena saat mencoba melihat ke arah suaminya, mata nya tidak sengaja melihat tanda merah dan bekas cakaran di dada Hamdan yang mungkin tak di sadari pria itu ketika kancingnya terbuka.

Sungguh, Hamdan dihadapannya kini sudah tidak sama dengan Hamdan suaminya beberapa Minggu yang lalu.

" Apa masih kurang servis bersama istri baru?" sindir Joya, yang mampu membuat Hamdan menegang.

Tiba-tiba air mata Joya meleleh bersama dengan tubuhnya yang luruh kelantai.

" Jika niatmu ingin pamer kamu sudah berhasil menghisap madu wanita itu, kamu berhasil mas, kamu... berhasil melukaiku"

" Dek," Hamdan tercekat, napas Hamdan tercuri selama beberapa detik, sebelum sesak merasuk rongga dadanya, andai saja sang Ibu tidak memberikan ramuan yang membuat ia khilaf dan kalab, ia tidak mungkin mau meniduri wanita lain selain Joya, meskipun kini Ayenir juga Istrinya, Hamdan bisa melakukannya mungkin di tempat lain, bukan dirumahnya, rumah yang terukir kisah manis bersama Joya, itu sebabnya ia datang kepada Joya, karena ia merasa bersalah dan ingin bersikap adil, namun nyatanya ia tak sadar bahwa keputusannya untuk datang justru semakin membuat Joya tersakiti.

Ya Allah... Seandainya bisa di gambarkan Hamdan juga merasa tidak berdaya, di satu sisi wanita yang teramat sangat dicintainya, di sisi lain adalah wanita yang rela berkorban nyawa demi melahirkannya, menjaganya, mengasuhnya hingga menjadikannya seperti sekarang.

" Tolong tinggalkan aku Mas, aku hanya ingin sendiri" Gunam Joya lirih.

Hamdan mengeleng dan berjongkok duduk di sisi Joya."

" Pukul mas sayang, dimana saja agar membuat sakit hatimu mereda" Hamdan meraih tangan Joya.

" Meskipun ku pukul kamu sampai mati rasa sakit yang kamu torehkan tak akan pernah hilang!"

Hamdan terkejut mendengar penuturan istrinya.

" Dek,"

" Pergi mas!"

" Tapi,"

Joya bangkit dan menuju dapur untuk meneguk air es, setelahnya wanita itu membawa gelas yang terisi air untuk dibawa kedalam kamar.

Ternyata Hamdan masih berada di tempat sebelumnya, berdiri kaku di depan kamar mereka.

" Izinkan mas masuk"

" Tidak" jawab Joya cepat.

Joya melirik sekilas ruang televisi, disana ada orang yang tidur di sofa dengan selimut bergambar bunga Lili, demi memberi tempat untuk putra dan menantu barunya Ibu mertuanya rela tidur di ruang nonton, apa wanita itu lupa bahwa Joya juga memiliki status yang sama yaitu istri Hamdan?

Hamdan memeluk Joya dengan se-segukan, Hamdan akan mencium Joya namun dengan cepat Joya menghindar.

Debaran di dada Hamdan tiba-tiba mengencang, bukan karena penolakan Joya, tapi karena ketakutan yang merajai, Hamdan takut Joya akan selamanya seperti ini, seperti jijik untuk di sentuh, Hamdan tau ia salah, tapi ia juga takut Joya berubah.

Apa Hamdan egois?

Ucapan Joya berikutnya membuat jutaan rasa sakit menyerbunya seketika.

" Pergi dari rumah ini, bawa Ibu dan istri baru mu!"

Terpopuler

Comments

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

alasan apa joy,lha itu nkh lagi g perlu cari2 apalagi kdrt.. wong suami ktauan slgkh aja bs u gugatan, d foto akad nya buat bukti tkt e mengelak

2025-03-09

0

Anih Suryani

Anih Suryani

pisah aja apa susah y s joya jd perempuan tuh harus tegas jgn tkut

2023-07-17

0

wien moel

wien moel

good joya

2022-09-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!