Dalam kesehariannya, dia tidak pernah lepas dari pekerjaannya yang masih dirahasiakan oleh semua orang dirumah.
Tidak ada yang mengetahui persis seperti apa pekerjaan yang dikerjakan oleh pria ini selain pergi pagi pulang pagi tapi kepulangannya bisa terjadi antara seminggu sampai sebulan kemudian.
Setidaknya itu adalah salah satu penyebab semua orang tidak bisa bertanya lebih lanjut. Termasuk kedua anaknya. Mereka berdua lebih memilih untuk tidak bertanya kepadanya apa pekerjaannya karena semua itu terasa tidak berarti lagi bagi mereka berdua.
Kenapa?
Karena bagi Arshel dan Risya, ayahnya hanya mementingkan pekerjaannya demi menghidupi mereka berdua dalam kehidupa mewah, meski imbas dari semua itu Arshel dan Risya tidak bisa mendapatkan apa itu kasih sayang diberikan sang ayah kepadanya.
Vatler sepenuhnya sadar akan satu masalah itu, tapi mau bagaimana lagi?
Semuanya sudah terlanjur untuk memiliki hubungan seperti orang asing.
Karena tiba-tiba dia mengingat ucapan dari wanita tadi yaitu Angie, pria ini akhirnya mengalihkan tujuannya dari sebelumnya untuk pulang kerumah saja.
‘Aku rasa ini sudah sudah hampir dua bulan.’ batin pria ini. Dia masih mengendarai motornya dengan kecepatan lebih dari 100 Km/jam.
Karena jalanan cukup lengang, dia bisa mengendarai motornya sampai angka tersebut.
Tidak sampai sepuluh menit dari tempat tadi, dia sudah sampai di tempat tujuannya.
Setelah sampai di depan rumah, Vatler langsung turun dari motornya dan meletakkan helm tepat di atas motor, barulah dia langsung melangkah masuk ke dalam rumahnya.
“Selamat datang tuan Vatler.“ bibi jeni menyapa majikannya tepat setelah tuannya itu masuk ke dalam rumah.
Vatler berhenti melangkah dan memandang apa yang ada di sekitarnya. “Bagaimana dengan kedua anak itu selama aku tidak dirumah?“
Vatler kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju sofa kosong yang terletak di ruang tamu. Sedangkan bibi Jeni pergi mengikutinya dari belakang sambil menjawab.
“Secara khusus tuan muda dan nona muda tidak ada masalah apapun kecuali pertengkaran kecil yang sering terjadi setiap hari.“ Jelas bibi Jeni sembari meletakkan teh yang sudah disiapkan untuk tuannya ke atas meja.
Vatler sesaat berhenti sesaat ketika tangannya hendak mengambil cangkir teh itu untuk diminum. “Persisnya pertengkaran seperti apa?“ Akhirnya Vatler terpaksa bertanya untuk mengetahui isi dari pertengkaran yang katanya sering terjadi itu.
“Itu, sebenarnya mengingat sifat tuan muda yang seperti anda, nona muda jadi sering terprovokasi karena ucapannya.“ Jelas bibi Jeni dengan sedikit ragu.
“Uhukk…!” Vatler tersedak saat mendengar pernyataan pembantunya yang mengatakan kalau Arshel memiliki sifat persis sepertinya.
“............!“ Bibi Jeni yang merasa baru saja menyinggung tuan nya, dia langsung diam saat tiba-tiba tuannya terbatuk karena tersedak dengan minumannya sendiri.
“ ………..” Vatler yang masih memegang cangkir teh langsung dia tatap isi dari cangkir tersebut. Dia melihat wajahnya sendiri dan membandingkan dirinya yang dulu masih muda dengan anak laki-lakinya yang memang cukup mirip. ‘Arshel mirip denganku?’
Vatler memejamkan matanya dan meletakkan cangkirnya ke atas meja yang ada di depannya.
Dia merasa bahwa Arshel menjadi cerminan dirinya saat muda. Dan untuk Risya sang adik Arshel adalah cerminan dari istrinya. Meskipun kedua anaknya memiliki warna rambut dan mata yang sama, tapi jelas ada yang berbeda dengan mereka berdua.
Selain dari sifatnya, wajah mereka juga termasuk dalam perbandingan antara keduanya.
“Lalu bagaimana dengan hari ini?“
“Ah! Nona memesan bekal makanan pada saya. Mungkin karena sekarang beliau sudah kelas dua, dan musim memasuki usia remaja, nona jadi sedikit terlambat karena sudah mulai berdandan. Jadi itulah kenapa pagi tadi beliau tidak ikut sarapan pagi dengan tuan muda.“ jelas bibi Jeni kepada Vatler lagi.
“Hmm…, begitu ya.“ Jawab Vatler singkat dengan wajah berpikirnya. Tapi tidak lama kemudian, Vatler beranjak dari sana sambil berkata. “Aku akan makan dua jam lagi. Siapkan apapun itu untukku."
Tapi di saat yang sama, ketika hendak pergi menuju lantai dua, seseorang datang dan masuk lewat pintu depan.
Itu adalah Ard, sopir pribadi dari kediaman Elistone yang bertanggung jawab untuk mengantar Arshel dan Risya kemanapun mereka pergi.
Karena curiga dengan apa yang dibawa paman Ard, Vatler pun mengurungkan niatnya untuk pergi ke lantai dua, dan bertanya. “Pakaian siapa yang ada di tanganmu?“
Paman Ard menjawab pertanyaan tuan Vatler dengan sopan. “Ini seragam milik nona yang kotor.“ Sambil menyerahkan seragam Risya kepada bibi Jeni untuk dicuci.
Bibi Jeni yang merasakan aroma yang familiar langsung menyela pembicaraan mereka dengan pertanyaan kepada sopir itu. “Ini? Kenapa dari aromanya terasa seperti makanan yang aku buat untuk nona?“
Terlihat ada bekas minyak, juga nasi yang menempel di rok juga blazernya. Perpaduan dari aroma parfum dengan lauk makanan pun tercampur.
“Seragam nona kotor, karena memang kena tumpah makanannya sendiri.“ Jawab paman Ard kepada mereka berdua.
Yang lantas membuat mereka semua terdiam. Paman Ard yang merasa tidak enak hati kepada tuan Vatler karena semua kesalahan terasa ada pada dirinya, dan sekaligus tidak tahu apa yang mau dijawab jika bibi Jeni bertanya lebih lanjut, paman Ard hanya diam menunggu.
Sedangkan Vatler yang terdiam itu hanya memandang seragam Risya yang sedang di jembreng oleh bibi Jeni. Dia juga sama-sama mencium aroma perpaduan yang saling berkontradiksi meski ada di jarak dua meter dari seragam yang sedang di pegang oleh pembantunya.
Karena itu, Vatler lebih memilih tidak bertanya lebih lanjut karena kedua orang ini akan mengurus masalah soal apa yang terjadi dengan Risya.
Vatler pun berbalik, dan meninggalkan mereka berdua dalam keterdiaman.
Dia pergi menuju kamarnya sendiri yang terletak di paling ujung.
Hal yang pertama dia lihat saat masuk ke dalam kamar adalah kegelapan. Tapi kegelapan itu tidak bertahan lama, karena tirai jendela utama langsung terbuka secara perlahan.
Tapi karena tidak ingin kamarnya terlalu terang, jadi hanya sebagian saja yang terbuka, dan tirai tipis kedua tetap dipertahankan untuk menghalangi cahaya lebih terang masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di depan kasur, dia langsung membaringkan tubuhnya dengan serta merta.
BRUKK….!
Dengan jaket yang sudah tergeletak di lantai, tangan kanan Vatler digunakan untuk menutup sepasang matanya.
Kini separuh wajahnya pun tertutup dalam ekspresi dinginnya.
Lamanya waktu berlalu, dia terbuai dalam tidurnya.
Sampai sebuah mimpi dari kenangan lama akhirnya datang lagi dan terus menghantuinya. Banyak hal yang sudah terjadi selama lebih dari 13 tahun. Dan itu adalah kenangan yang tidak bisa Vatler lupakan seumur hidupnya.
Kenangan yang hanya bisa dia miliki seorang saja.
Tidak.
Itu adalah kenangan yang dimiliki oleh dua orang yang ditakdirkan untuk terus bersama. Tapi karena suatu alasan, maka semua itu berubah menjadi milik Vatler seorang saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mampir di sini tuk kasih favorit dan taburan like ❤️👍
2022-10-27
1