BRUKK…..
Warna mata yang sama dari kedua pasang mata yang saling pandang satu sama lain membuat mereka seperti sedang bercermin.
Tidak terlihat seperti mata miliki Risya yang bersih dan cerah, mata milik Arshel terlihat lebih gelap.
Dia terlihat seperti seseorang yang ingin melakukan sesuatu yang buruk.
Risya langsung melengos ke arah kanan. Dia tidak bisa melihat sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan dingin.
"A-apa yang mau kau lakukan?!" Tanya Risya dengan wajah gugupnya. Kini tangan dan kakinya benar-benar terkunci setelah Arshel yaitu kakaknya tiba-tiba saja mendorongnya jatuh ke belakang.
Tangannya di tekan dengan kuat, dan kakinya tidak bisa bergerak karena salah satu kaki Arshel benar-benar berada di antara kedua kaki Risya.
‘I-ini memalukan.’ Pikir Risya dengan wajahnya yang sudah memerah menahan sipu malunya sendiri saat melihat lutut Arshel ada di tengah pahanya.
“T-tuan muda! Apa yang anda lakukan?!“ Tanya paman Ard yang panik dengan tindakan yang dilakukan oleh majikan mudanya itu.
“Paman tidak usah berisik.“ Kata Arshel memperingatkan kepada sopirnya yang terlihat mau ikut campur. Dia memberikan peringatannya dengan jelingan matanya yang tajam itu.
Lantas membuat paman Ard tidak bisa melakukan apapun, karena sekarang sedang menyetir di jalan raya. Lalu mobil tidak bisa berhenti sesuka hati mereka jika tidak mau ditilang.
“Lepaskan!“ Pinta Risya. “Arshel! membuatku takut! Lepaskan aku!“
“Ketakutanmu adalah karena kesalahanmu sendiri.“ Kata Arshel, kemudian dia mencengkram wajah Risya dengan tangan kanannya, agar Risya tidak memalingkan wajahnya darinya. “Tapi soal melepaskanmu, aku tidak akan melakukannya sebelum melakukan ini kepadamu.“
“Mela-kukan apa?“ Risya benar-benar takut dengan apa yang akan dilakukan oleh saudaranya yang mengerikan itu. Karena suka melakukan hal diluar perkiraannya.
Risya kemudian menelan salivanya sendiri, saat melihat tangan kiri Arshel terlihat sedang mengambil sesuatu yang ada di dalam saku blazer bagian dalam.
“Menyingkirkan noda.“
Tepat setelah berkata seperti itu, Arshel langsung mengeluarkan benda yang langsung membuat RIsya berteriak keras.
“TIDAK MAU!“
BRUMMMM………..
Suara teriakan tersebut benar-benar lebih mengisi keramaian di jalan raya yang sedang padat dengan kendaraan.
“Hm? Tadi aku seperti merasa ada yang berteriak keras.“ Wanita yang sedang mendengarkan lagu lewat earphone pun menyadari teriakan sesaat tadi. Tapi karena melihat di sekelilingnya tidak terlihat apapun kecuali kendaraan yang berlalu lalang, wanita ini kembali memasang earphone ke telinganya.
___________
“Hahaha…!“ Sebuah tawa keluar dari mulut wanita ini.
“Apa yang kau tertawakan?“ Tanya pria berambut hitam, yang kini masih duduk di atas motornya sambil berbincang dengan wanita di depannya itu.
“Apalagi kalau bukan karena ada sesuatu yang lucu.“ Wanita ini mencoba menata hatinya agar tidak tertawa lagi. Tapi sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan dalam sekali coba, karena sekarang ini dia masih tersenyum-senyum sendiri dengan apa yang baru saja dilihatnya. “Tadi aku baru saja melihat sesuatu yang langka sedang melihat kearah kita. Tebak, siapa coba?“
Dia mencoba menarik rasa penasaran dari pria dingin di depannya. Tapi apa responnya?
“Memangnya siapa?“ Tanya balik pria ini. Meski berkata demikian, tapi tidak dengan ekspresi wajahnya yang tidak menyiratkan orang yang sedang penasaran.
“Vatler, apa kau benar-benar tidak bisa bertanya dengan ekspresi selayaknya orang yang sedang penasaran?“ Wanita ini mengeluh kepada pria ini. Laki-laki yang dari luar terlihat dingin, yaitu Vatler.
“Apa aku harus melakukan hal konyol seperti itu?“
Gemas dengan respon yang didapatkan dari laki-laki ini, wanita ini langsung mencubit kedua pipi Vatler yang selalu berekspresi datar seperti dinding. “Ayolah! Kau harus bersikap seperti itu agar kau terlihat normal.“ Sedikit menarik pipi Vatler agar terlihat seperti sedang tersenyum.
Tapi usahanya justru membuat wajah milik pria ini terlihat konyol.
Karena itu tidak bagus di matanya, wanita ini pun menyerah. Dia menghela nafas sambil memberitahu soal apa yang baru saja dilihatnya tadi.
“Kelihatannya anak perempuanmu tadi melihat kita berdua. Apa kau benar-benar tidak akan pulang dan melihat mereka? Mereka pasti merindukanmu. “ Jelas wanita ini dengan wajah prihatin.
“Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Dengar Angie, mereka berdua saja terlihat enggan denganku saat aku pulang dan berpapasan dengan mereka.“ Jawab Vatler. Dia kembali memakai sarung tangan hitamnya lagi, dan menautkan sisi jaketnya kembali.
“Ishh!” Wanita bernama Angie ini langsung menepuk keras bahu Vatler dan berkata. “Mereka enggan dekat denganmu karena ulahmu sendiri yang jarang sekali pulang. Singkirkan egomu dan sesekali berikan perhatian kepada mereka. Yah, sekalipun mereka tidak terlihat seperti kekurangan sesuatu, tapi bukannya dari awal mereka sudah kehilangan itu?“
“................” Seketika Vatler menjeling Angie dengan tajam karena berani mengungkit satu hal yang sudah tidak ada didunia ini.
Di jeling oleh pria dingin ini dengan cukup tajam, Angie langsung mengangkat tangannya dari bahu pria ini.
Setelah Vatler sudah memakai helm, dia tiba-tiba angkat bicara kepada Angie sebelum pergi. “Beritahu aku jika kau sudah siap.“
“Ok.“ Seolah tidak ada yang terjadi apapun dengan pembicaraan tadi, Angie menjawab ucapan pria ini dengan senyuman cantiknya.
“............? Apa matamu kelilipan?“ Tanya Vatler, melihat Angie menutup satu matanya ke arahnya.
Tapi Angie hanya menggeleng sambil mempertahan ekspresinya.
“Aku pergi dulu.“ Ujar Vatler, lalu menurunkan kaca helm yang akhirnya menutupi wajah rupawannya.
“Dadah!“ Angie melambaikan tangannya saat melihat pria itu kini akhirnya berlalu pergi dengan motornya dengan cepat.
Selepas melihat pria itu sudah tidak ada di dalam jangkauan matanya, Angie langsung memperbaiki ekspresi wajahnya. Dan berganti ekspresi dengan sebuah tatapan sayu sambil mengulum senyum simpul.
Itu adalah tatapan penuh simpati. ‘Jika kau bersikap seperti itu terus, kau akan mendapatkan penyesalan untuk kedua kalinya, Vatler.' Pikir Angie.
TIN...TIN!
Suara klakson yang datang itu seketika membuat Angie langsung menarik segala pikirannya tadi. Dia menoleh ke arah kiri, sebuah mobil sedan hitam yang sudah dihias dengan cantik oleh pita besar juga bunga putih berpadukan pink, menjadi sorotan utama untuk Angie yang langsung membuat senyuman mencibir.
Setelah mobil itu berhenti tepat di depannya, pintu depan mobil langsung terbuka dan mengeluarkan seorang laki-laki yang kini sudah berpakaian setelan jas berwarna serba putih.
“Aneh? Kenapa kau yang menjemputku dengan mobil ini?“ Tanya Angie penasaran.
“Karena mobil pengantin yang sudah siap di bawa ke tempat acara tiba-tiba saja terjadi masalah dengan remnya, mau tidak mau aku meminjamkan mobil baruku ini kepada mereka. Jadi karena ini mobilku, jadi bukannya sekalian saja menjemput pasangan bridesmaid ku tempat acaranya?“ Jelas pria ini sambil memperhatikan tubuh Angie dengan teliti.
“....................? Kenapa kau melihatku seperti itu?” Tanya Angie lagi, melihat pasangan bridesmaid di depannya itu menatapnya begitu seriusnya, meski hanya untuk beberapa detik saja.
“Karena kau tidak ada waktu untuk mengukur baju, jadi aku terpaksa membandingkan baju baru yang sudah aku bawa. Tapi aku pikir karena tubuhmu cukup ideal, ukuran baju yang aku pilih secara acak pasti pas.“
“Jika kau berniat menggodaku, itu tidak akan mempan.“ Celetuk Angie, lalu berjalan turun dari trotoar dan membuka pintu mobil bagian penumpang. “Oh! Desain juga warnanya ternyata berubah.“ Gumam Angie setelah melihat satu stel gaun berwarna biru berpadukan putih sudah tergeletak rapi di kursi mobil. Dia kemudian langsung masuk ke dalam mobil, dan menghiraukan uluran tangan dari pria yang masih berdiri di trotoar itu.
“ ………….. “ Pria ini hanya tersenyum tawar saat uluran tangannya benar-benar diabaikan. Padahal ingin menyambutnya dengan sangat hormat, tapi yang mau dihormati justru diabaikan begitu saja.
“Hoi! Apa aku mau berdiri disitu terus? Kalau iya, maka aku sendiri yang akan membawa mobil ini ke tempat tujuan.“ Peringat Angie pada laki-laki itu.
Lalu laki-laki berjas putih ini langsung berbalik dan berjalan masuk ke dalam mobil.
“Kita berangkat.“ Masih memperlihatkan senyuman paksa, pria ini pun langsung menginjak pedal gas, dan membawa mobil yang mereka berdua naiki melaju membelah jalanan kota metropolitan yang padat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments