"Kurang ajar, sekarang Murti sudah berani melawanku, mentang mentang sudah banyak uang, dengan seenaknya dia merendahkan harga diriku." geram Sugeng tak terima. Laki-laki bertubuh tegap dengan kulit kuning Langsat itu tidak terima, jika mantan istrinya hidup lebih baik darinya. Segala macam cara dia lakukan untuk menjatuhkan mantan istrinya, tapi selalu saja gagal. Padahal Sugeng sudah menikah siri dengan janda yang menjadi teman mesumnya. Sebelum mereka ketahuan selingkuh, Sugeng dan Ana adalah pasangan Zina sejati, mereka berhubungan tanpa status sudah bertahun tahun, hingga Ana hamil sebelum ada ikatan halal diantara mereka.
Namanya juga bangkai, serapat apapun dikubur, bau busuknya pasti akan tercium juga.
Saat Murti memergoki perselingkuhan suaminya, saat itulah, perempuan yang dikenal pendiam, kalem dan taat itu berubah menjadi sosok yang berbeda. Dia menjelma menjadi wanita mandiri yang tangguh dan penuh dengan kejutan. Karena perempuan jika sudah kecewa dan sangat terluka, dia akan bisa melakukan apapun demi menyelamatkan harga dirinya yang terkoyak oleh keegoisan makhluk yang bernama suami. Murti bangkit dengan tekad yang luar biasa. Tak ingin meratapi bahkan menangisi laki-laki bajingan seperti suaminya yang dengan sengaja sudah mengkhianatinya bahkan tak memberinya nafkah dengan layak.
Sejak perceraian dengan suaminya, Murti seolah mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Jalan yang ditempuh untuk menggapai rezeki demi menghidupi anaknya terbuka lebar, meskipun tak banyak yang tau, pekerjaan apa yang ditekuni Murti, karena Murti banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Tapi perempuan tangguh itu, memiliki penghasilan yang tak sedikit, setiap bulan Murti mengantongi berjuta juta hasil dari dia menulis di beberapa platform berbayar.
Melihat hidup Murni yang semakin terlihat cukup, membuat Sugeng mantan suaminya itu meradang, segala fitnahan dan kata kata kotor dilontarkan laki laki itu untuk memfitnah Murti. Tapi tidak membuat Murti sedikitpun perduli, justru semua itu dijadikan Murti sebagai cambuk untuk menyemangati dirinya agar makin bekerja keras lagi, membungkam mulut jahat mantan suaminya.
"Kenapa kamu marah marah geng?" sapa Lilis kakak perempuannya Sugeng yang sama sama tinggal dikontrakkan yang ada di Surabaya. Lilis menjadi istri siri dari laki laki asal Madura. Suaminya bekerja jadi supir truk besar dan sudah memiliki dua orang anak. Anak perempuannya seumuran dengan anaknya Sugeng dan Murti. Tapi justru Sugeng lebih menyayangi anak dari kakaknya ketimbang anak kandungnya sendiri. Itulah kenapa Murti tidak pernah suka dengan keluarganya Sugeng yang dari awal pernikahan sudah merong-rong rumahtangga nya.
"Murti sudah mulai berani melawanku, bahkan sekarang dia sudah memblokir semua kontak milikku. Hidupnya makin mapan saja, aku tidak terima dia hidup nyaman sedangkan aku pontang panting disini dengan pekerjaan yang tak jelas. Aku harus bisa membuatnya tunduk dan mau menerimaku lagi. Apa yang harus aku lakukan mbak? bantu aku mikir buat mendapatkan Murti kembali." keluh Sugeng pada kakak perempuannya. "Dukunin saja, besok minta antar sama cak Ali, dia tau tempat orang pinter buat melancarkan keinginanmu itu." jawab Lilis santai, dia memang suka sekali bermain dengan dunia perdukunan, dikit dikit Lilis dan keluarganya akan menyambangi dukun untuk meminta pertolongan atas masalah yang sedang menimpa, padahal dukun adalah orang sesat yang mengatasnamakan orang pinter dan itu hanya akan di datangi oleh orang orang bodoh yang mempercayainya. Mereka tidak sadar jika perbuatannya itu sudah masuk dalam kemusyrikan dan Alloh melaknat orang orang yang demikian, naudzubilahmindalik.
"Memang bisa mbak? Nanti aku harus bawa syarat apa saja?" balas Sugeng yang langsung berbinar dengan dukungan kakak perempuannya.
"Paling juga kamu ditanyain namanya dan buat jaga jaga bawa fotonya Murti. juga siapkan rokok dan amplop sebagai ucapan terimakasih." Lilis dengan lancar menyebutkan apa apa yang harus disiapkan, karena memang Lilis sering mendatangi dukun tersebut dengan dalih melancarkan usahanya, naudzubilahmindalik.
"Sudah satu Minggu tapi kok gak ada reaksinya, apa Mbah Sanbo membohongiku ya mbak? nanti dia hanya dukun abal abal saja." keluh Sugeng pada kakaknya, karena merasa usahanya belum membuahkan hasil, Murti yang di guna guna nyatanya masih tetap cuek dan baik baik saja, sikapnya sama sekali tidak berubah saat Sugeng datang berkunjung kerumahnya dengan dalih menjenguk anak perempuannya, padahal niatnya semata untuk menaburkan syarat dari dukun yang di datanginya. Murti perempuan yang taat pada agamanya, ibadahnya kuat, mulutnya tak lepas dari berzikir dan bersholawat, Murti tidak hanya melaksanakan sholat wajib lima waktu, tapi dia juga tidak pernah absen dengan sholat Sunnah, seperti Dhuha dan tahajjud. Jadi apa yang dikirimkan dukun tidak akan mempan di tubuh Murti, tidak ngefek sama sekali. Itu semakin membuat Sugeng kepanasan karena kesal usahanya gagal.
"Hati hati kamu kalau ngomong, wong aku saja sering minta bantuan ke Mbah Sanbo untuk melancarkan usahaku, buktinya juga lancar lancar saja. Mungkin belum merasuk saja, tunggu dulu saja." balas Lilis santai dengan mengunyah makanan di mulutnya. "Geng, Ana kemarin telpon, bilangnya kamu gak pulang, terus gak kasih uang belanja, bener gitu?" lanjut Lilis menatap lekat pada adiknya yang diam dengan wajah kesal.
"Iya, gak tau kenapa, aku muak saja dengan sikapnya Ana, dia selalu merendahkan aku akhir akhir ini, selalu protes, uang yang aku kasih tidak cukup, padahal dia tau sekarang aku sudah tidak punya gaji bulanan, hanya kerja jadi kuli kasar di gudang, dia selalu menuntut ini itu, makanya aku males pulang."
"Itu kan juga salahmu sendiri, dulu kamu lebih memilih dia, ternyata dia cuma mau uangmu saja kan? sekarang pas hidupmu susah, baru sifat aslinya keluar. Dari gayanya saja aku sudah gak suka dengan istri siri kamu itu, karena itu pilihanmu, yowes terpaksa menerima, sekarang ya kamu tanggung sendiri saja apa yang sudah jadi jalanmu."
"Sudahlah mbak, gak usah dibahas, bikin sesek saja di dada. Aku pingin kembali pada Murti, dia kelihatan lebih cantik dan putih sekarang, tubuhnya terawat, semakin kelihatan seksi."
"Terserah kamu lah geng, tapi Murti nya pasti tidak Sudi kembali sama kamu, wong kamu wes buat dia kecewa dan lupa tanggung jawab gitu "
"Itulah, sekarang aku ingin memperbaikinya, aku kemarin sudah kasih uang jajan seratus ribu ke Lala, biar Murti tau kalau aku juga punya tanggung jawab pada anakku."
"Ya ampun geng, seratus ribu kamu bilang, uang apa itu? uang segitu cukup untuk apa? jelas saja Murti membencimu, uang seratus ribu saja kamu bangga " oceh Lilis pada adiknya yang memang pelit dan sangat perhitungan pada anak dan istrinya.
"Sudahlah mbak, setidaknya aku masih mau memberi nafkah untuk anakku dan apa gunanya Murti punya uang banyak kalau tidak untuk keperluan anaknya. Tapi kenapa aku jadi curiga, jangan jangan Murti jadi selingkuhan suami orang, buktinya dia semakin cantik dan banyak uang. Kalau memang itu benar, awas saja."
" Memang, kamu mau ngapain? kalaupun Murti jadi selingkuhan suaminya orang, itu sudah bukan urusanmu, wong Murti sudah bukan istrimu, aneh kamu itu."
"Tidak terima aku, enak saja dia mau kasih makan anakku dengan uang haram, dan dari pada tidur dengan laki laki gak jelas, jadi simpanan Lak laki beristri, ya mending sama aku saja, awas saja aku akan membuat nya nangis darah kalau sampai dia berani selingkuh dengan suaminya orang."
"Owalah geng, yowes terserah kamu, wong kamu itu aneh, Murti sudah bukan istrimu, tapi kamu masih aja terus mengurusi hidupnya, urusi itu Ana, istrimu, biar gak macam macam, aku justru punya pikiran buruk sama istrimu itu, kelakuannya liar kayak gitu."
"Kenapa sih mbak, selalu saja nuduh Ana seperti itu? memang mbak punya bukti?" sungut Sugeng tak terima.
"Gak ada sih kalau bukti, tapi aku pernah melihat istrimu itu dengan laki laki, dan suatu saat nanti pasti kamu sadar, siapa perempuan itu. Lihat saja." Sugeng menghembuskan nafasnya kasar, tiap kali bicara soal istri sirinya, selalu saja kakaknya itu memperlihatkan ketidak sukaan nya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Asalamualaikum." Sugeng mengetuk pintu yang tertutup rapat, dan terlihat tidak ada penghuninya dari rumah yang ia sambangi. Setelah sekian menit tetap tidak ada tanda tanda kehidupan di dalamnya. Sugeng memilih duduk di kursi yang ada di teras sambil menunggu yang punya rumah pulang. Ting, bunyi pesan masuk di ponselnya terdengar, nampak kontak dengan nama Ana muncul.
[Mas, kamu dimana, kenapa semalam kamu gak pulang lagi? jangan bilang kamu sekarang ada di rumah mantan istrimu itu, awas saja kalau iya.] Sugeng hanya sekedar membacanya saja, tanpa mau membalas, lelaki itu sudah muak dengan istri sirinya itu, yang tiap hari hanya bisa menuntut dan marah marah. Tanpa ingin diganggu Sugeng akhirnya me non aktifkan ponsel miliknya. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Murti dan Lala, muncul juga, mereka tampak membawa kantong belanjaan dan turun dari montor matic milik Murti.
"Ada apa Mas? bukankah sudah aku bilang, tidak usah datang lagi ke rumahku, apakah kamu sudah tuli?" geram Murti dengan mantan suaminya yang sampai saat ini masih saja terus menganggu ketenangannya.
"Aku hanya ingin menemui anakku, apa tidak boleh? Jangan egois kamu!" balas Sugeng tak terima.
"Baiklah, kalau kamu ingin bertemu dengan Lala silahkan! Tapi tunggu saja disini, jangan masuk ke dalam, biar Lala bersih bersih dulu, setelah itu dia akan menemui kamu disini." tekan Murti yang masih kesal dengan sikap Sugeng yang selalu merasa dirinya masih punya hak terhadap dirinya.
"Aku tamu loh, gak sopan! tamu kok tidak dipersilahkan masuk." protes Sugeng dengan sedikit meninggikan suaranya.
" Maaf, rumahku tidak menerima tamu sepertimu, kalau kamu masih ingin menemui anakmu, tunggu saja disini, jangan pernah lancang masuk kedalam sebelum pemiliknya mengijinkan kamu masuk. Paham?" tanpa takut Murti menatap nyalang laki laki yang berstatus mantan, karena Murti sudah sangat gerah dengan kelakuan yang ditunjukkan Sugeng, selain suka bicara kasar, Sugeng juga sering ingin menyentuhnya, seolah memperlakukan Murti seperti perempuan murahan, padahal sudah jelas jelas mereka sudah bukan lagi suami istri, Sugeng bahkan dengan terang terangan minta untuk dilayani berhubungan badan. Itulah kenapa Murti tidak lagi mengijinkan Sugeng masuk ke dalam rumahnya.
"Jangan sombong kamu, perempuan murahan saja sok, kamu melayani suami orang saja mau, kenapa tidak mau melayaniku hah?" Sugeng mencekal lengan Murti kasar, dan membuat Murti kesakitan. "Lepaskan Mas! kamu sudah gila! jaga mulutmu itu, atau aku akan teriak biar kamu di usir warga." hahahaaa Sugeng tertawa, bukannya takut dengan ancaman Murti tapi justru bersikap makin gila, dengan kasar Sugeng mendorong tubuh Murti masuk kedalam rumah, lantas menyeretnya masuk ke dalam kamar, melihat ibunya dalam bahaya, Lala yang sudah mulai paham dengan apa yang terjadi langsung berlari keluar rumah untuk meminta pertolongan warga.
Sugeng berniat untuk memperkosa mantan istrinya, pikirannya kalap melihat sang mantan semakin cantik dan mempesona di matanya, apa lagi Murti tidak sedikitpun menganggap dirinya, semakin membuat Sugeng hilang kendali, tanpa pikir panjang Sugeng tak lagi bisa menahan nafsu bejatnya, tapi saat akan melakukan aksinya, beberapa warga datang menyergap dan menyeret Sugeng keluar, sedangkan Murti menangis ketakutan dan langsung ditenangkan ibu ibu yang ikut datang menolong.
"Bunda, bunda gak papakan?" Lala ikut menangis melihat bundanya menjerit histeris, wajar Murti shock dengan apa yang menimpanya, laki laki yang pernah menjadi orang yang dia cintai telah berbuat kasar dan hampir melecehkannya, untung saja, Lala cepat mencari pertolongan, sehingga niat bejad Sugeng bisa di gagalkan oleh warga. Dan di bawa ke kantor polisi untuk di laporkan.
#Hidup itu selalu memiliki ritmenya sendiri di setiap insani, jadi tak pantas kita menghakimi atau melihat kehidupan orang lain hanya dengan kaca pandang dari mata saja, karena mata punya batasan dalam melihat. Begitu pula dengan cara kita menyikapi setiap permasalahan yang ada, tidak serta Merta harus dengan meluapkan emosi dan berbuat anarkis, karena itu hanya akan merugikan diri sendiri. Dan itulah yang terjadi pada hidup Sugeng, yang telah menerima karmanya dari perbuatan yang sudah dia lakukan, yang ada hanya penyesalan bahkan kata maaf sudah tak mampu lagi membuat Murti mau memaafkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
harie insani putra
banyak kejadian spt ini, entah kenapa mantan menjadi lebih menarik
2022-10-01
1