"Mbak Sanah, tolong pinjami aku uang dua ratus ribu saja, buat bayar les anakku. Nanti kalau aku udah gajian, aku kembalikan. Insyaallah tanggal dua mbak." dengan memberanikan diri, aku datang kerumah mbak Sanah, yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal ku. Terpaksa aku mencari pinjaman, karena sudah sangat terdesak, Dini anakku sampai menangis karena uang les nya belum terbayarkan, padahal sudah akhir bulan. Kasihan dan tentu tak tega, sebagai ibu yang masih berstatus istri tapi tak pernah di perlakukan sebagai seorang istri oleh suamiku. Aku harus pontang-panting mencari uang sendiri demi bisa memenuhi kebutuhan kami, aku dan anakku yang kini sudah kelas lima SD.
Suamiku kerja di Surabaya sebagai satpam di salah satu perusahaan swasta disana. Gajinya lumayan besar, jika dia mau memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah. Tapi sayangnya, laki-laki itu tidak punya perasaan sama sekali. Bahkan aku sendiri tidak tau bagaimana cara berpikirnya. Muak dan benci, itulah yang aku rasakan untuknya. Status istri hanyalah sekedar status saja, nyatanya aku tak lebih seperti seorang janda. Bagaimana tidak, Sugeng sama sekali tidak mau tau tentang kebutuhanku juga anaknya, dia hanya bisa menuntut dan memfitnah. Menjijikkkan.
"Iya mbak, ini aku ada uang dua ratus ribu tapi buat bayar angsuran koprasi besok hari Senin, gimana?" sahut mbak Sanah ramah, akupun menarik nafas ini dengan kasar, bingung gak tau harus kemana lagi mencari pinjaman. Sedangkan tanggal gajian ku masih seminggu lagi.
"Ikut gabung kelompokku saja mbak, hutang koprasi, bayarnya tiap Minggu sekali. Mudah kok, gak pakai syarat apa-apa, cuma foto copy kartu keluarga dan KTP saja. Kalau mbak Murti mau, hari ini aku ajukan ke petugasnya, Insyaallah besok Senin cair." terang Sanah panjang lebar. Aku yang sudah buntu tidak tau harus bagaimana, akhirnya mengiyakan tawarannya.
"Bisa pinjam berapa mbak, dan berapa angsuran tiap minggunya?"
"Murah kok mbak Murti. Kalau mbak Murti pinjam dua juta, nanti mbak Murti tiap Minggu cuma lima puluh ribu bayarnya, tiap hari Senin."
"Yasudah mbak aku mau."
Sejak saat itulah, pertama kali aku terjerumus dalam hutang piutang yang kian mencekikku. Bahkan hampir satu Minggu penuh aku memiliki tanggungan angsuran di koprasi yang berbeda. Itu aku lakukan karena beban semakin berat yang aku tanggung. Menafkahi seorang anak gadis sendirian dengan ekonomi yang dibilang pas Pasan. Sugeng yang seharusnya memikul beban itu seolah lepas tangan. Justru di Surabaya dia sudah menikah lagi dan bahkan memiliki seorang anak laki laki dari janda yang dinikahi siri olehnya. Sakit, tentu saja. Tapi hati ini sudah terlanjur terluka dan hancur oleh perlakuannya. Kebencian dan amarah yang terpendam menjadikan aku wanita yang harus di paksa kuat untuk menghadapi segala sendirian.
Disaat aku ingin menyerah, dan hampir putus asa, bahkan berpikir untuk mengakhiri hidupku. Disaat itulah keajaiban datang menghampiriku. Ada teman lama yang datang menawarkan bantuan, aku dimintanya bekerja di balik layar untuk usahanya sebagai EO yang sudah melejit namanya dikalangan pejabat. Dengan telaten Kang Samudra mengajariku bahkan tanpa segan menuntun langkah ini yang masih belum mengenal dunia bisnis. Bertahap, berlahan tapi pasti. Alhamdulillah sedikit demi sedikit, aku mulai mengerti dan menguasai pekerjaanku. Dari uang bonus yang diberikan oleh kang Samudra , berlahan aku bisa menutup satu persatu hutangku. Bahkan aku juga sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, karena tidak ada gunanya bertahan dari lelaki minim adab dan akhlak seperti Sugeng. Tidak mencukupi tapi selalu menyakiti.
"Murti, kamu kan suka banget nulis, coba deh nulis di salah satu platform berbayar. Siapa tau tulisanmu banyak yang melirik, lumayan bisa buat tambahan beli sembako." Siang itu, aku sedang ngobrol dengan kang Samudra setelah mengadakan meeting.
"Gimana caranya, kang? Aku tidak pernah tau kalau ada aplikasi tersebut."
"coba deh, kamu download salah satu aplikasi ini, dan pelajari dulu, setelah itu coba kamu nulis disana. Tulis saja kisah kisah nyata yang kamu alami dengan sedikit memberi fiksi di dalamnya, tentunya dengan nama nama samaran. Karena dari semua kisah kamu, menurutku sangat menarik dan luar biasa. Tidak ada salahnya mencoba." Tutur kang Samudra yang langsung ku Amini.
Sejak saat itu aku mulai belajar menulis dengan mengangkat cerita cerita orang sekitar, bahkan kisah ku sendiri. Dan Alhamdulillah, pendapatan dari menulis bisa buat merenovasi rumah dan mencukupi kebutuhan sekolah anakku. Masya Allah, tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak.
Setelah hampir dua tahun perpisahan ku dengan Sugeng, sejak saat itu, dia sama sekali tidak pernah menemui darah dagingnya. Bahkan sekedar menanyakan kabar lewat telpon pun tidak. Astagfirullah, aku hanya bisa membalas dengan doa, dan berharap gadis kecilku selalu diberi kesehatan dan kecukupan.
"Asalamualaikum." terdengar suara pintu diketuk yang disertai salam dari seseorang, aku yang masih sibuk mengetik cerita di depan laptop terkesiap dengan suara yang tidak asing di telinga ini. Saat kaki ini akan beranjak, terlihat Lala gadis kecilku sudah lebih dulu membukakan pintu. Lalu, dia terlihat langsung membeku dengan ekspresi datar, saat sosok laki laki yang hampir dua tahun lebih menghilang dari kehidupannya, sekarang tiba-tiba muncul.
"Lala, kamu sudah besar nak. Ayah kangen." Sugeng terlihat berkaca kaca dan hendak memeluk Lala, namun anakku itu langsung memundurkan kakinya beberapa langkah, dengan sorot mata yang menyiratkan kekecewaan yang teramat dalam. Apakah hati anakku seluka itu?
"Loh, Lala! Ini ayahmu, kok gak mau dipeluk. Kangen loh." terdengar suara mbak Lilis tak suka dengan sikap anakku yang menghindari ayahnya. Dengan jantung yang berdegup kencang, aku mencoba menahan amarah oleh kehadiran orang orang yang tentu tak aku inginkan sama sekali.
"Jangan menyalahkan anakku, berkaca lah dengan sikap kalian selama ini, apakah kalian menganggap ada kehadiran Lala? Apakah kalian ingat kalau Lala juga bagian dari keluarga kalian? Tidak bukan! berapa tahun kalian melupakan dan tidak perduli pada anakku? Dan sekarang tiba tiba kesini berani bicara dengan nada tinggi pada anakku, memalukan." herdikku panjang lebar, dengan melipat kedua tangan di dada, satu persatu mata ini menatap nyalang ke arah mereka bergantian.
"Boleh kami duduk dulu Mur, kita bicarakan baik baik." Sela Sugeng sok bijak, cih muak sekali melihat wajahnya yang sok tersakiti.
"Baiklah, silahkan duduk. Dan jangan pernah membuat anakku bersedih karena ulah kalian." aku bergegas mengambil laptop yang masih menyala diatas meja, dan membawanya ke dalam kamar, lalu kembali duduk dihadapan mereka yang sudah berjejer di satu sofa panjang. Dan Lala lebih memilih naik ke lantai atas, tempat kekuasaannya dirumah ini, katanya disana dia bisa menemukan kenyamanan dan ketenangan.
Aku memilih diam, menunggu apa yang ingin mereka sampaikan, bahkan diri ini tak Sudi membuatkan mereka minuman. Hanya ada air putih di gelas kemasan yang memang sengaja aku sediakan jika sewaktu waktu ada tamu.
"Mur, maksud kedatangan kami, hanya ingin bertemu Lala, kami semua kangen sama dia." Aku tersenyum miring dengan apa yang di ucapkan mbak Lilis barusan, satu kata Munafik. Kemana saja mereka selama ini, kenapa baru sekarang bilang kangen dengan anakku.
Aku masih diam, menunggu maksud sebenarnya kedatangan mereka kembali kerumah ku, aku yakin ada maksud tertentu dengan kedatangan mereka, karena bertahun tahun aku sudah hafal sifat keluarga Sugeng, yang pasti tujuan utamanya bukan ingin bertemu anakku.
"Lalu?" dingin dan tetap memasang wajah tak ramah pada manusia manusia di depanku yang mulai terlihat gelisah.
"Gini, sebenarnya aku sama Ana sudah cerai enam bulan lalu, dia selingkuh dengan tetangganya. Aku ingin kita rujuk Mur. Kita perbaiki hubungan kita yang sempat hancur, Lala butuh figur seorang ayah yang bisa menjaganya. Aku janji, akan jadi suami yang baik buat kamu. Aku juga sudah tidak bekerja di Surabaya, jadi aku bisa tinggal disini, dan membantumu mengurus Lala. Bahkan kamu juga bisa beli sapi atau sawah di Blitar biar adik dan ibuku yang urus disana. Gimana, kamu mau kan?" Ya Tuhan, kenapa masih ada manusia menjijikkan seperti mereka, setelah menelantarkan kami dan mengabaikan anak kandungnya demi perempuan murahan itu, kini tanpa wajah berdosa dan tanpa tau malu meminta untuk kembali bahkan berani menyuruhku memberi modal usaha membeli sapi atau sawah untuk keluarga. Benar benar menjijikkan.
"Sudah bicaranya?" tanyaku dengan suara ejekkan dan mata yang masih menatap tak suka ke arah mereka, manusia manusia aneh di depanku.
"Terima aja loh Mur, lagian gak baik lama lama jadi janda. wong kamu juga sudah enak gini hidupnya. Rumahmu sekarang bagus, pasti uangmu banyak. Bulan depan Roy menikah, kamu bantu uang dapurnya ya, sama saudara jangan perhitungan." ingin sekali aku meremas mulut mantan kakak iparku itu, bisa bisanya dia bicara seenak udelnya setelah apa yang dilakukan oleh adiknya, dasar satu keluarga sama saja, sakit semua.
"Maaf, sampai kapanpun aku tidak akan sudi kembali pada laki laki kayak kamu Geng. Dan satu lagi jangan urusi hidupku lagi, karena kita sudah bukan siapa siapa lagi, aku tidak punya urusan dan tidak ada sangkut pautnya dengan hidup kalian. Silahkan saja nikmati hidup kalian yang sekarang. Dan untukmu pak Sugeng yang terhormat, gimana? menyenangkan bukan, di hianati oleh perempuan murahan itu?, aku langsung mengucap syukur loh saat kamu bilang wanita murahan itu selingkuh, kan memang dia dari dulu obral tubuh kesana kemari, jadi wajarlah, dia pergi ninggalin kamu pas kamu sudah kere gini. Luar biasa bukan? Jangan pernah bermimpi untuk aku Sudi kembali padamu lagi. Hidupku dan anakku sudah sangat bahagia. Jika tidak ada yang akan dibicarakan lagi. Silahkan pergi. Pintunya ada disebelah sana."
"Dasar perempuan sombong."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
yuli Wiharjo
sama kayak mantan Suami. masih kecil kecil anak anak aku ditinggalin tanpa menafkahi , Skrg udh pada gadis mau ngambil alih hak asuh.istrinya pula yg ngomong, "katanya gantian ngurus " Astaughfirullahaladzim sesak Dada ku Thor. tp aku sabar aja jawabnnya. tanya aja ke anak anak apakah mau. Kalo mau silahkan bawa. dengan detal jantung yg berdegub Kencang seandainya anak ku mau. apalah jdnya aku, tp alhamdulillah anak anak jawab ga mau. Allhamdulillah.
2023-02-15
1
harie insani putra
Datang lagi di sini
2022-09-30
1