terjerat hutang Riba 2

"Maaf, sampai kapanpun aku tidak akan sudi kembali pada laki laki kayak kamu Geng. Dan satu lagi jangan urusi hidupku lagi, karena kita sudah bukan siapa siapa lagi, aku tidak punya urusan dan tidak ada sangkut pautnya dengan hidup kalian. Silahkan saja nikmati hidup kalian yang sekarang. Dan untukmu pak Sugeng yang terhormat, gimana? menyenangkan bukan, dikhianati oleh perempuan murahan yang sudah kamu banggakan itu?, aku langsung mengucap syukur loh saat kamu bilang wanita murahan itu selingkuh, kan memang dia dari dulu obral tubuh kesana kemari, jadi wajarlah, dia pergi ninggalin kamu pas kamu sudah kere gini. Luar biasa bukan? Jangan pernah bermimpi untuk aku Sudi kembali padamu lagi. Hidupku dan anakku sudah sangat bahagia. Jika tidak ada yang akan dibicarakan lagi. Silahkan pergi. Pintunya ada disebelah sana."

"Dasar perempuan sombong." cerca Salim adiknya Sugeng yang dari tadi masih terlihat diam saja. Wah wah, satu keluarga sepertinya ingin menyerang ku nih.

"Sombong itu harus, tapi juga harus dengan bukti nyata, buktinya aku mampu berdiri dengan kedua kakiku sendiri. Membesarkan anakku tanpa kekurangan apapun. Dan bisa membangun rumah juga dengan kerja kerasku sendiri. Kenapa, kalian tak suka melihatku lebih hidup enak dari pada hidup kalian?" tanpa rasa takut aku sengaja menantang amarah mereka, biarlah sekalian jatuh harga dirinya, itupun kalau mereka masih punya harga diri. Enak saja, setelah menghilang dan tidak ada tanggung jawab pada anakku, sekarang kembali hanya ingin numpang hidup, dikiranya aku bodoh apa, sorry.

"Lancang mulutmu, perempuan kok ngomongnya kasar kayak tidak pernah sekolah. Pantesan saja, Sugeng gak betah sama kamu." sekali lagi mbak Lilis mengeluarkan kata-kata pedasnya, bentuk rasa kecewanya atas penolakan ku. Aku sangat tau karakter perempuan satu itu, gaya hidupnya terlalu tinggi dan selalu ingin di pandang kaya. Padahal tinggal di Surabaya hanyalah ngontrak dirumah susun.

"Benarkah? justru aku loh yang bersyukur banget pisah dan cerai dari adik mbak yang gak ganteng itu tapi sok kegantengan. Buktinya, semenjak aku pisah darinya, hidupku semakin membaik, itu artinya dia hanya membawa sial di hidupku. Tidak mencukupi tapi hanya bisa menyakiti, luar biasa sekali. Harusnya kalian itu malu. Mikir dong dengan menggunakan otak jangan dengan dengkul kan jadi tumpul. Masak setelah dengan bangga memilih wanita murahan itu dan pergi begitu saja tanpa ingat tanggung jawab pada anak kandungnya, kini datang datang meminta rujuk, juga meminta untuk dibelikan sapi juga sawah. Hello, emang aku sebodoh itu."

"Cukup!" Sugeng terlihat sangat tersinggung lantaran aku merendahkan harga dirinya, matanya menatapku nyalang. Namun aku hanya bisa menutup mulutku dengan kelima jariku sambil menahan senyum.

"Kenapa, apa ada yang salah dengan ucapanku Geng?"

"Jaga mulutmu, perempuan murahan seperti kamu tidak pantas menghinaku bahkan keluargaku. Aku tau, kamu bisa seperti sekarang itu lantaran kamu jadi simpanan suami orang, memalukan. Murah ya murah tidak perlu sombong seolah kamu mendapatkan uang dari cara halal saja." Astagfirullah, berkali aku mengucap istighfar dalam hati agar tidak hilang kendali dengan laki-laki yang ada di hadapanku saat ini. Fitnahannya sangat keterlaluan. Tapi aku tidak akan terpancing karena hanya akan mempermalukan diri sendiri. Membalas orang gila tidak perlu ikut menjadi gila.

"Buktikan ucapanmu geng! tunjukkan siapa laki laki yang kamu tuduh menjadi selingkuhan ku. Bawa kemari sekalian dengan istrinya. jika terbukti benar, akan aku kasih sepuluh juta untukmu. Perlu kalian tau, aku bukan Piana, wanita murahan yang hanya bisa mengobral tubuhnya kesana kemari demi rupiah. Aku masih punya otak yang cerdas, masih punya tangan yang kuat dan masih punya pikiran waras dalam mencari nafkah untuk anakku. Jadi jaga omonganmu. Aku bisa menyeret kalian ke penjara dengan tuduhan pencemaran nama baik."

Seketika Sugeng langsung gelagapan, bahkan terlihat ibunya sudah menangis melihat perdebatan kami. Mbak Lilis pun tiba tiba juga diam membisu, hanya ada tatapan nyalang yang dihujamkan dari laki laki pendek hitam yang duduk diujung sana, Salim, nampak sekali dia sangat membenciku. Bodoh amat, bahkan akupun tak perduli dengan keberadaannya.

"Jika sudah selesai, lebih baik pulang lah, karena aku harus mengantar anakku les tari. Dan jangan pernah mengusikku lagi." lanjut ku dengan sengaja mengusir mereka secara tak langsung.

"Aku ingin bertemu dengan Lala, sebentar saja " lirih Sugeng pada akhirnya.

"Baik, akan aku panggil Lala kesini, tapi jangan paksa kalau dia tidak Sudi menemui kalian, karena hatinya sudah terlanjur kamu kecewakan."

Akupun memanggil Lala dari tangga bawah, dan tak berselang lama, anakku itu muncul dengan pakaian seragam menarinya sambil menggendong tasnya di punggung.

"Temui ayahmu dulu, bicaralah. Setelah itu kita berangkat ke sanggar." Lala hanya mengangguk malas, langkah kecilnya menuju tempat dimana keluarganya Sugeng berada. Tak ingin meninggalkan putriku sendirian, aku tetap berdiri mengawasi interaksi mereka di samping tangga. Jika sedikit saja mereka ada yang bicara keras pada anakku, maka aku gak akan segan untuk menendang mereka keluar dari rumahku.

Terlihat kecanggungan antara Lala dan ayahnya. Bahkan Lala hanya menjawab setiap pertanyaan dengan datar dan singkat, seolah enggan menanggapi kedatangan mereka. Mungkin sakit hatinya sudah teramat dalam, tidak ada lagi rasa antara orang tua dan anak yang tersambung jika sudah begitu. Bukan salah Lala jika dia harus kecewa, tapi semua juga karena sikap tak perduli nya Sugeng pada anaknya selama ini, dia sibuk mengurusi perempuan selingkuhannya dan anak hasil zina nya, jadi terima saja akibat dari sikapnya itu.

"Bund, sudah jam tiga, ayo berangkat, nanti kita terlambat." Lala seperti ingin menghindari semua orang yang menjadi tamu tak diundang dirumah ini. Biasanya dia akan senang senang saja kalau harus ijin tidak masuk pas les menari.

"Baiklah, bunda ambil kunci mobilnya dulu, nanti sekalian kita pergi beli alat tulis dan keperluan sekolah yang sudah habis." balasku yang sedikit menyombongkan diri.

Setelah mengambil tas dan kunci mobil di dalam kamar, aku kembali keluar dan menghampiri anakku yang terlihat menunduk, sepertinya dia tertekan dengan kedatangan ayahnya.

"Ayo nak, bunda sudah siap." Dan maaf, saya akan pergi jadi silahkan keluar. karena saya akan mengunci pintunya."

"Loh, biar kami tunggu disini saja, kamu antar Lala sama Sugeng ke tempat les." akupun mengernyit heran, bisa bisanya mbak lilis meminta tetap disini sedangkan dia sadar posisinya siapa saat ini dirumah ini, menjengkelkan.

"Maaf, saya tidak suka ada orang lain di rumahku saat aku tidak ada dirumah, jadi tolong silahkan tinggalkan rumah ini, sebelum kesabaran ku habis." dengan penuh tatapan kebencian akhirnya satu persatu mereka keluar dari rumahku, dan aku segera mengunci pintu dengan rapat. Tapi terlihat mereka masih enggan meninggalkan tempat ini.

"Ada apa lagi mbak? tolong minggir, aku juga mau kunci pagarnya, takut ada maling."

Dengan sedikit kasar aku menutup pagar lantas menggemboknya. Saat aku mau memasuki mobil, tiba tiba Sugeng menghentikan niatku. "Mur, tolong pinjami aku uang, tidak banyak, lima juta saja, buat modal buka usaha di Blitar. Nanti kalau usahaku sudah jalan, aku janji akan kembalikan uangmu." ucap Sugeng dengan entengnya, bahkan uang lima juta dia bilang tidak banyak, wah wah.

Belum aku sempat menjawab, tiba tiba mbak Lilis menimpali. "Aku juga mau di pinjami uang buat nikahannya Roy, gak banyak lima juta atau sepuluh juta juga boleh." Sumpah demi apapun, aku tidak tau manusia model apa yang aku hadapi saat ini, tidak punya malu sama sekali.

"Maaf, aku bukan bank jadi cari saja pinjaman ditempat lain. Permisi." tanpa mau menghiraukan manusia-manusia aneh itu lagi, aku langsung masuk ke dalam mobil dan melajukan nya cepat, tak perduli cacian dan makian yang mereka lontarkan. Enak saja, setelah berbuat dzalim mereka seenaknya datang dengan tujuan ingin menguras uangku, tapi aku tidak sebodoh itu. Maaf aku sudah tidak kenal dengan kalian lagi . Byeeee mantan meresahkan.

Selesai.

Terpopuler

Comments

harie insani putra

harie insani putra

semangat thoorrr

2022-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!