Setelah ibunya meninggal hidup Nila sudah mulai berantakan, terutama saat papanya menikah lagi dengan mamanya Monik.
Setiap hari hidup Nila seperti di neraka, mama dan kakak tirinya tidak pernah berhenti menghukumnya. Karena di mata mereka Nila itu adalah beban.
Padahal Nila adalah satu-satunya pewaris Handoko. Tetapi, karena hasutan mama dan kakak tirinya, Nila selalu salah di mata papanya.
"PA..." teriak anak perempuan itu kepada papanya yang sedang sibuk mengurus berkas-berkas kerjanya.
"Ada apa sayang..." jawab Handoko dengan lembut.
"Pa tadi Monik di hukum di sekolah." lapor Monik pada papanya itu.
"Kok bisa?"
"Ini semua karena Nila pa, buku Monik pasti diambil sama Nila. Dia pasti sengaja ambil buku aku biar aku di hukum." Lapor Monik.
"Jangan asal nuduh dulu, siapa tahu keselip bukunya" jawab Handoko dengan santai.
"Monik gak asal nuduh kok pa, kemarin Monik lihat sendiri kok Nila keluar dari kamar Monik. Terus lagaknya juga seperti mencurigakan gitu. Nila kayak bawa sesuatu yang dimasukin di bajunya, aku pikir itu bukan apa-apa. Tapi taunya Nila ambil buku Monik. Kayaknya Nila cemburu deh pa karena Monik kemarin baru aja di beliin ponsel baru sama papa. Kalau papa gak percaya silahkan aja cek kamarnya Nila" jelas Monik panjang lebar.
Setelah sedikit berfikir, Handoko langsung beranjak dari meja kerjanya dan segera menuju keluar untuk pergi ke kamar Nila.
"Mampus lo upik" bisik Nila.
Handoko telah sampai di kamar Nila, namun kamar Nila terkunci sehingga Handoko harus mengtuk pintunya.
Nila yang sedang sibuk mengerjakan tugas rumahnya langsung menghentikan aktivitasnya, karena mendengar ketukan dari pintu kamarnya. Ia pun langsung membuka pintunya.
"Ada apa pa?" Tanya Nila yang mendapati papanya berada di depan kamarnya.
Papanya tidak berkata apa-apa dan langsung masuk ke kamar Nila tanpa permisi, ia tampak seperti mencari sesuatu di meja Nila.
Nila masih bingung dengan tingkah papanya itu. Tidak lama kemudian Handoko menemukan sesuatu yang ia cari.
"Nila ini kenapa buku Monik ada di meja kamu." tanya Handoko sambil menunjukkan sebuah buku yang sudah berada di tangannya
"I..itu." ucapan Nila terpotong oleh Monik yang tiba-tiba datang.
"Itu kan bener pa, kalau Nila yang ambil buku Monik." sela Monik.
"Enggak pa, itu semua gak bener." bantah Nila.
"Jadi maksudnya buku itu aku yang naruh, buat apa? Udah jelas-jelas lo yang ambil, lo iri kan karena gue dibeliin ponsel baru sama papa" jelas Monik.
"Eng.. enggak..." ucap monik terbata-bata.
" BERHENTI" teriak Handoko kepada kedua anaknya.
Handoko berjalan ke arah Nila.
"Papa gak nyangka sama sikap kamu, kamu udah berubah sekarang Nil. Udah bukan seperti Nila yang papa kenal dulu. Kenapa kamu masih tidak mau menerima mama dan kakak tiri kamu. Papa kurang apa selama ini sama kamu." Ucap Handoko.
"Pa... tapi Nila beneran gak ambil buku kak Monik." Ucapnya membela diri.
"Udah cukup... mulai hari ini uang jajan kamu papa kurangin, sampai kamu bisa merubah sikap kamu itu." Pungkas Handoko.
Handoko pun langsung pergi meninggalkan kamar Nila. Dengan terpaksa Nila menerima hukuman yang seharusnya tidak ia dapatkan.
"Uluh.. uluh.. semangat ya.. gak boleh nangis, Nila kan anak kuat." ejek Monik yang langsung meninggalkan Nila.
"Sampai kapan Tuhan, kenapa aku lemah... kenapa aku gak berani bela diri aku sendiri" rintih Nila dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Nila kangen sama mama...."
\*\*\*
Karena hukuman kemarin Dika harus bersedia membawa salah satu orang tuannya untuk datang ke sekolah.
Tetapi Dika tidak melaksanakan perintah itu. Dika sudah sangat kebal dengan hukuman, bahkan ia sudah sering sekali bolak balik ruang BK karena ketahuan bolos dan juga sering tidak masuk sekolah.
Sebenarnya guru sudah berulang kali meminta Dika untuk membawa orang tuanya, tapi tetap saja ia tidak pernah membawa orang tuanya ke sekolah. Seakan ia benar-benar menyembunyikan keadaan keluarganya.
Hari ini ia datang sendiri ke kantor untuk menemui guru yang kemarin menghukumnya.
"Kamu ini gimana sih... kan saya mintanya orang tuamu yang temui saya bukan kamu." Bentak guru itu. Namun, Dika hanya terdiam.
"Ya udah kalau begitu gini saja... Hari ini kamu dapat hukuman lagi dari saya karena tidak bisa bawa orang tua kamu hadir di sini. Kamu saya suruh untuk ke perpustakaan dan rapikan semua buku yang ada di sana sekaligus bersihkan ruangannya" perintah guru itu panjang lebar.
Dika pun langsung menerima hukuman itu, dan segera beranjak ke perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan, Dika segera membereskan buku-buku yang tidak tertata.
***
Sementara di kelas Randana hari ini, guru bahasa Indonesia menyuruh mereka untuk merangkum Novel yang harus dipinjam di perpustakaan. Mereka semua pun segera beranjak ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Saat sedang mencari buku Randana melihat laki-laki yang kemarin menabraknya yaitu Dika. Randana heran kenapa Dika malah berada di perpus dan bukannya berada di kelas, lalu secara perlahan ia mendekati Dika dengan berkedok seolah-olah sedang mencari buku. Kini mereka hanya berjarak 70 cm saja.
"Setelah menata buku jangan lupa kamu bersihkan debu yang berada di atas rak, dan sekaligus menyapu lantainya" ucap guru yang tiba-tiba menghampiri Dika dan langsung beranjak pergi.
Randana baru paham jika ternyata Dika sedang dihukum. Tanpa sadar sedari tadi ternyata Dika juga memperhatikan Randana, dan Randana pun sadar jika sedang diperhatikan oleh Dika.
"Kenapa kakak lihatin saya? tanya Randana pada Dika.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
anggita
like👍 ae thor.
2023-09-18
1