Berlanjut dengan cerita kemarin, Mawar tak kunjung lelah untuk sesuatu yang ingin ia dapatkan. Ia pun menelfon seseorang untuk datang. "Hallo cepat kamu ke sini, saya akan bayar berapa pun supaya semua akan selesai," suruhnya lalu mematikan ponselnya.
Ia menunggu di kafe dengan memesan minuman terlebih dahulu. Ia merasa tak tenang kalau semuanya tak berhasil. Membuka galeri yang ada di album. Beberapa foto proyek yang akan di rencanakan atau di laksanakan akan rilis dan itu berkaitan langsung dengan proyek milik Antoni. Antoni sama sekali tak mengetahui saham-saham yang Mawar atau keluarganya tanam di perusahaan.
Tak berapa lama, datang dua orang laki-laki yang tegap dan berisi di hadapan Mawar mereka langsung duduk. "Silahkan duduk." Suruh Mawar.
"Apa yang akan kita lakukan?" Ucap salah satu di antara mereka.
"Awasi laki-laki ini dan cari tau siapa perempuan yang ada di foto ini?" Tunjuknya yang memperlihatkan foto perempuan yang di samping Antoni. Siapa lagi kalau bukan Elsa, namun ia tak pernah bertemu sekali pun ia ingin mengetahui bagaimana Elsa itu.
"Paham?"
"Itu gampang bu kita mengerti, tapi---"
"Bayaran?"
"Tenang." Ia mengambil amplop berwarna cokelat di dalam tasnya lalu menaruh dengan cepat di atas meja.
"Ini separuh dahulu kalau sudah saya akan bayar dua kali lipat." Tegasnya. Mereka pun langsung melihat isi yang ada di amplop tersebut.
"Apa yang akan kita lakukan?"
"Ini adalah tempat dia bekerja. Cari tau dia dulu dari keluarga mana, dan bikin dia tak merasa nyaman dan putus dengan Antoni. Cukup itu saja! Selebihnya saya yang akan mengaturnya!"
"Baiklah. Kita mengerti."
"Ya sudah kalian bisa pergi sekarang." Mereka pun pergi setelah Mawar menyuruhnya untuk pergi dari hadapannya. Akhirnya lega juga bisa menyelesaikan apa yang ingin ia lakukan. Di dalam hati "Gue bakalan dapatin yang gue mau!"
Ia menetap foto candid Antoni yang sedang sibuk memainkan ponselnya di kala istirahat siang. Ia semakin tertantang dan semakin penasaran dengan sosok dingin namun bukan semakin mundur melainkan semakin terpacu untuk bisa mendapatkan apa yang ia mau.
***
"Maaf mba saya gak sengaja!" Ucapnya yang tak sengaja menabrak Mawar, tepat di bagian bajunya. Ia menumpahkan es jeruk bukan karena sengaja melainkan jarak jalan yang berlawanan sangat dekat sekali sehingga tak ada ruang untuk melintas.
"Apaan sih kalau jalan tuh pakai mata jangan pakai dengkul. Bukan cuma minta maaf, lo harus bersihin baju gue.. gue gak mau tau!" Suruhnya. Ia pun mengambil tisu yang sudah ada di atas meja. Mengelapnya asal ke permukaan baju Mawar.
"Ya ampun kasar banget sih jadi cewek pelan-pelan dong gimana sih?" Karena suara Mawar nyaring mereka yang awalnya sibuk dengan masing-masing pun melihat apa yang terjadi kedua wanita tersebut.
"Terus aku harus apa?"
"Ya udah ya udah pergi sana. Gue gak mau lagi lihat muka lo. Bikin riweh aja." Kesalnya yang menyuruh pergi, baginya tak ada guna juga dan gak bakalan bersih karena bakalan seperti ini dan mungkin semakin parah.
Gue gak nyangka untung aja dua orang tadi sudah pergi, dan gue gak nyangka waktu berjalan begitu cepat dia bisa ada di sini. - Batin Mawar.
Elsa pun bergegas untuk mengaitkan kembali tasnya ke bahunya, ia pergi begitu saja ketika membayarnya. Mawar sudah menebak kalau apa yang di lakukan Elsa kali ini adalah ia akan bertemu dengan Antoni. Namun ia membiarkannya saja, ia sesantai itu.
Ia menaiki ojek online yang sudah ia telfon. "Jangan sampai telat ya pak."
"Iya neng." Sahutnya.
15 menit kemudian..
Ia sampai dan langsung membayar dengan nominal pas kepada ojek online tersebut. Rupanya ia salah alamat, ternyata kafe yang di maksud oleh Antoni salah dan keliru. Dengan napas yang naik turun mencoba untuk menstabilkannya dengan cepat. "Kok bisa telat?"
"Silahkan duduk dulu, kasihan sih kasihan amat hahaha. Mau minum?" Tawar Antoni yang mengusap tangan Elsa yang gemetar dan keringetan.
"Maaf ya aku telat. Soalnya aku tadi salah kafe." Ia mengecek ponselnya ternyata ia telat satu jam. Antoni tidak marah sama sekali bahkan ia geli dengan tingkah pacarnya ini yang lucu banget, ia juga tau kalau Elsa tak mungkin terlambat kalau dia tidak salah kafe.
"Antoni pun memesan makanan dan minuman."
Pertemuan ini di ganti dari pertemuan malam itu.
"Maaf banget yah kalau aku salah."
"Aku yang salah sayang, aku yang telat dan kamu nunggu di sini. Maafin aku yah?" Cara menenangkannya dengan cara membalas usapan tangan Antoni.
"Em bukan itu...." Tidak tau kenapa lidahnya terasa kaku ketika mengatakan yang sebenarnya, mungkin di lain waktu saja. Baginya ini terlalu cepat mengatakannya.
"Terus apa?"
Makanan pun datang beserta minumannya dan di taruh di atas meja. "Makasih ya."
"Kamu mau bilang apa tadi? Kok serius amat?"
"Enggak, aku pengen bilang kalau makanannya lama amat."
"Oh kan antri sayang."
Senyum Antoni seakan di paksa. Ia pun menarik napasnya dengan cepat lalu menghembuskan ya pun dengan cepat pula. Padahal di dalam kafe ini dingin tapi hawanya seakan panas dan jantungnya pun berdebar lebih kencang. Tak lupa Antoni pun mengeluarkan sesuatu dari kantung saku celananya. Ia menaruhnya ke atas meja, membukanya secara perlahan. "Apa ini?"
"Coba kamu buka, pasti kamu suka? Iya kan?"
"Wah apa ini? Cincin?"
"Mau pake? Aku pakein yah." Perlahan memasukkan cincin putih tersebut ke jari manis sebelah kanan Elsa. Wajahnya bahagia banget keduanya.
"Senang gak?"
"Senang banget. Aku suka deh lihat kamu kayak gitu. Aku kasih ini sebagai anniversary kita lima tahun, selama ini mungkin aku bukan yang terbaik untuk kamu. Dan semoga ke depannya kita semakin langgeng yah. Dan sampai kapan pun menua bersama. Gak perduli sama orang-orang yang ingin jatuhin kita."
"Aamiin, aku juga seneng banget kok apapun itu. Semoga kita bahagia dan sehat selalu. Tapi aku boleh nanya sesuatu gak?"
"Kenapa kamu batalin malam itu? Padahal aku udah datang."
"Kamu sakit gak? Kamu kehujanan?"
Elsa menggeleng pelan lalu tersenyum. "Enggak kok aku nunggu hujannya udah reda. Kamu belum jawab pertanyaanku." Cemberut Elsa.
"Aku mau di jodohkan." Ia pun menduduk menjawab pertanyaan dengan jujur. Elsa menarik napas segera, menghapus air matanya yang seketika jatuh dengan cepat. Ia tak mau terlihat sedih dan terlihat terluka, ia harus tersenyum.
"Terus kamu mau? Apa maksud kamu kasih aku cincin?"
Antoni menggenggam erat tangan Elsa menatap kedua matanya dengan tatapan tajam tak berkedip sama sekali. Lalu tersenyum, mengeluarkan kata-kata yang sangat lembut sekali. "Kamu tenang, aku akan memilihmu!"
"Aku siap untuk mundur! Dan aku siap kalau ini bikin kamu bahagia." Jawab Elsa dengan lemah lembut. Keduanya pun menjawab dengan sama-sama dewasa, tidak menggebu. Mengatakan dari hati ke hati.
"Kok jadi drama begini sih? Bukannya bahagia juga." Mereka pun tertawa kecil bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments