"Pah menurut papah Mawar itu cantik gak?" Ucap mama yang menanyakan langsung pendapat suaminya. Ia ingin kalau Antoni dekat dengan Mawar. Papah mengangguk paham, ia tau kalau istrinya lebih dominan.
"Terus hubungannya dengan Elsa gimana? Mereka udah lama banget menjalani hubungan?" Wajah mama seketika cemberut mendengar suara Elsa terdengar di telinganya.
"Pah gak usah nyebut nama itu lagi mama gak suka."
"Mah seharusnya kamu harus menghargai kedatangan Elsa kemarin malam. Kenapa kamu langsung pergi gitu aja ke kamar?" Tanyanya membuat papah seakan tiba-tiba membuat mama langsung terdiam.
"Mama pengen punya menantu yang kayak Mawar, dia kan merupakan salah satu anak pemilik aset jadi kita bakalan kaya raya."
"Mah papah tau, tapi kebahagiaan anak kita juga penting." Ucapnya yang memberikan pengertian kepada mama, ia tau maksud mama tapi ada hal lain yang harus diperhatikan yaitu kebahagiaan Antoni.
"Malam hari ini kita akan ke rumah Mawar."
"Mah.." Sahutnya. Namun tak di urungkan oleh papah ia langsung menuju ke kamarnya.
Gani dan Roy bingung dengan sikap mamanya yang bersikeras dengan kemauannya sendiri. Begitupun dengan hubungan Gani dan pacarnya yang juga diam-diam, ia takut ceritanya akan berulang seperti Antoni kakak pertamanya. Yang ia tau calon mantu dari keluarga ini adalah harus dengan senada menurut mama. Papah sama sekali tak pedulikan hal itu, mama yang keras kepala. Maka dari itu Gani tak pernah mengajak pacarnya untuk mampir atau bertamu ke rumah.
Suara ketukan terdengar dari luar, sepertinya Antoni baru saja pulang kantor. "Assalamu'alaikum." Senyumnya yang begitu semangat. Ia melihat papah yang mengusap kedua keningnya dengan satu tangan ke atas dan ke bawah.
"Kenapa?"
"Kok tegang begitu?"
"Mending kamu mandi dan ganti baju yah." Suruh papah dengan santai, ia tak mau membuat Antoni semakin lelah.
"Pah Antoni sudah pulang? Terus papa bilang apa ke dia?" Mama menghampiri papah di ruang tamu, ia baru saja mendengar samar dari dapur.
"Papah gak ngomong apa-apa. Papah cuma bilang mandi dan ganti baju."
"Oh." Angguk yang lega.
***
"Mah beneran bakalan berangkat?" Bisik papah yang tidak yakin dengan sikap Antoni nanti.
"Papah diam aja. Pokoknya semua terkendali."
Sementara itu Gani dan Roy hanya bisa melihat drama malam ini. Apakah berhasil atau tidak! "Lo bakalan kayak kak Antoni!" Cekikik Roy di telinga Gani.
"Gue gak mau! Hati gak bisa di paksa!" Sahutnya dengan cepat.
*
"Nah sebenarnya kita tuh kau kemana sih?" Tanya Antoni yang tak tau mereka akan kemana. Mama sibuk dengan ponselnya dari tadi, sahutannya pun sedikit lebih lama dari biasanya.
"Oh iya, iya. Sebentar lagi yah. Jangan lupa kamu belok ke kanan."
"Hah? Mau kemana sih kita." Gerutunya dalam hati yang bingung. Jalan yang di arahkan pun tak pernah ia ketahui. Ia hanya mengikuti kemauan dari mama, perasaannya seakan tak enak dan ada hal yang janggal.
Ia pun teringat tentang janji sebelumnya, ia rasa mungkin sebentar. Ia pun menaruh kembali ponselnya ke kantungnya. Ia tak ingin membatalkan janji dengan Elsa. "WA siapa kamu?"
"Kerjaan mah."
"Oh." Jawab mama singkat.
"Kalau gue bilang Elsa, pasti mama langsung marah." Batinnya dalam hati.
*
"Mah ini rumah siapa? Rumah teman mama yah?"
"Bukan, ini bukan rumah teman----"
"Oh iya ya. Teman mamah. Ayok buruan kasihan mereka sudah menunggu kita." Mama lebih dulu masuk ke dalam. Ia memencet dua pintu besar putih di depan.
Tak berapa lama pintu yang di tutup pun di buka, penghuni yang ada di dalam pun menjamu dengan baik. Terkejutlah Antoni ketika melihat Mawar. "Loh kok ada Mawar? Ini rumah Mawar?"
Mereka pun masuk ke rumah Mawar, mereka di jamu dengan begitu hangat. Antoni bingung apa yang akan di lakukan oleh mamanya ini. Mawar terlihat berbeda sekali, namun tak membuat hatinya tergoda atau berkata di hati kecilnya. Ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar sejak tadi ia sudah ada janji dengan Elsa, ia takut Elsa menunggu. Ia merasa gelisah dan merah cemas kalau Elsa sendirian. Ponselnya sana sekali tak ada notifikasi pesan, Elsa memang seperti itu kalau mereka janjian maka janjian itu yang terakhir kalinya saja tak ada kabar sama sekali. "Anton kamu kenapa?"
"Ada janji mah sama Elsa." Tegas Antoni tanpa senyum sama sekali. Mamanya hanya mengangguk paham. Ia sama sekali tak menyuruh untuk menyusul Elsa yang sedang menunggu, baginya tak penting sekali. Obrolan mereka semakin berlanjut membahas untuk pertunangan mereka. Kedua mata Antoni seakan langsung membulat dan menegang, yang awalnya bersender ke belakang langsung duduk tegak ke depan. Menandakan refleks dari tubuhnya menolak.
"Mah siapa yang akan tunangan?" Tanya Antoni.
"Ehem, kamulah yang akan tunangan. Tapi tidak sekarang hanya rencananya saja. Iya kan beb?" Ia melirik ke arah mamanya Mawar. Dan hanya di balas dengan anggukan saja. Rasanya ingin menolak sekeras-kerasnya, apa mamanya tak tau kalau anaknya sudah mempunyai kekasih? Dan hubungannya tidak sebentar tapi lama!
"Emang pak Anton bakalan mau
tunangan saya?"
"Bukan saya yang mau!" Sahutnya yang ketus.
"Maafkan Antoni ya, dia memang seperti itu." Mama yang tersenyum. Ia mengambil ponselnya dan khawatir sekali, tiba-tiba saja di luar hujan dari yang awalnya ringan berubah menjadi lebat. "Permisi saya keluar sebentar!" Pamit Antoni.
Ia keluar dan melihat cuaca di luar. Ia menelfon Elsa dan menyuruhnya untuk pulang saja, ketemu malam ini batal dan bisa di ganti di hari lain. "Hallo kamu masih di sana?"
"..."
"Bisa gak malam ini kita gak ketemu dulu? Maaf banget yah aku gak bisa kesana buat ketemu kamu, karna ada acara yang mendadak banget. Kamu gak marah kan? Kamu gak kecewa kan?"
"..."
Raut wajahnya yang awalnya sedih berubah menjadi tenang dan mengelus dada.
"Ya udah kalau gitu, aku janji bakalan ketemu sama kamu yah. Pokoknya apapun yang kamu mau aku bakalan kabulin. Ya udah I Miss You."
".."
Telfon pun di tutup, mama sudah berada di samping Antoni. "Mama?"
"Nelfon siapa kamu? Tidak sopan sekali!" Ia melipat tangan di atas dada.
"Em, Elsa. Aku udah janji sama dia terus mama yang tiba-tiba ngajak ke sini. Untung dia gak marah. Makin sa-----"
"Ayo masuk! Banyak bicara sekali kamu!"
Antoni hanya mengangguk paham, kalau saja ini rumah ia tak akan mengikuti kemauan mamanya. Mereka kembali duduk dan merubah aura wajah mereka yang sudah tak nyaman.
"Aset yang akan dikembangkan kayaknya bakalan besar kalau keduanya menyatu. Salah satunya masalah perjodohan ini. Kayaknya proyek akan jalan."
"Nah betul sekali, apalagi kalau misalnya satu pekerjaan kan jauh lebih enak dan gampang kan?" Pembahasan semakin mendalam, ia pun merasa gerah dan tak nyaman. Minuman yang ada di hadapannya saja sudah beberapa kali ia tuang.
"Bersikaplah yang sopan Antoni, Mama malu sama kamu." Bisik mama.
"Iya Mah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments