3. Canggung

Antoni sedang sibuk memeriksa berkas yang harus ia tanda tangani satu persatu. Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk dari luar. "Silahkan masuk." Suruhnya. Setelah di buka ternyata Mawar. Ia pun bersikap seperti biasa.

Kedua mata Mawar tak pernah berkedip melihat Antoni yang menurutnya seperti salah tingkah. Namun ia tak berani untuk bertanya. "Ini sudah saya tanda tangani, kamu boleh keluar!" Angguknya.

"Permisi Pak."

"Ya."

Setelah keluar dari ruangan Antoni, ia merasa jantungnya berdebar lebih kencang. Rasanya bercampur aduk, antara senang, bahagia dan gugup juga.

Revan yang melihat Mawar keluar ruangan pun tersenyum saja, menyerngitkan kedua matanya dengan aneh. "Ehem." Godanya.

"Hai Mawar."

"Kenapa Revan? Kasih tau sama temen lo jadi orang jangan jutek begitu hahaha."

"Kenapa lo gak tanya langsung sama orangnya? Kenapa harus sama gue?" Kedua tangan Revan melipat di atas dada lalu setelahnya menyilangkan kaki kanan yang menumpu di sebelah kiri.

"Gak papa sih, gue males aja. Dan gue juga pengen tau aja sejauh apa dia kayak gitu. Dan gue yakin bakalan luluhin dia."

"Oh iya?" Tanya Revan dengan santai namun menantang.

***

Jam istirahat pun tiba.

"Boleh nanya sesuatu gak?"

"Hem."

"Lo kalau sama karyawan atau sama rekan kerja jangan jutek begitu dong. Kenapa sih?" Ucap Revan dengan cepat. Ia adalah sahabat dari Antoni sejak SMA, ia tau sekali tentang hidup Antoni. Bahkan tentang percintaan Antoni dengan Elsa pun juga tau, intinya dia adalah juru kunci hidup Antoni. Walaupun ketus seperti ini ia sangat maklum sekali dengan Antoni, baginya itu hanyalah orang yang mengenal sosok Antoni. Ia tau Antoni sosok yang baik dan perduli sekali dengan sekitar. Namun apa? Orang-orang selama ini salah sangka dengan sikap Antoni, menurut mereka yang tak kenal secara dekat dengan Antoni dia adalah arogan, jutek dan cuek. Padahal tidak sama sekali.

"Kenapa emang?"

"Si Mawar kayaknya suka sama lo deh."

"Loh kok jadi bahas si Mawar? Ada apa dia? Gak ada hubungannya banget. Kenapa lo suka sama dia? Ya udah deketin dia. Ngapain tanya ke gue."

Tak lama Revan langsung menepuk di bahu Antoni sambil tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, santai aja bro. Tadi tuh kan gue lihat si Mawar keluar dari ruangan lo. Terus gue godain kan? Dan ternyata gue kaget banget pas gue tau kalau dia ternyata suka sama lo? Dan gue yakin dia bakalan ngerusak hubungan lo sama Elsa." Bisik Revan dengan santai.

"Hah suka sama gue? Gak percaya banget. Ngarang bebas yah! Gue bakalan gak terima dan marah banget kalau sampai dia merusak hubungan gue sama Elsa. Liat aja entar!"

"Hahaha enggak dong, mana gue ngarang coba aja lo tanyain sama dia."

"Ish ogah banget. Dia ke rumah gue kemarin malam."

"Hah seriusan? Nah kan kalian ada hubungan." Suaranya sedikit meninggi.

"Hus apaan sih lo! Berisik banget jangan keras-keras dong! Entar kalau yang lain denger terus salah paham gimana?" Tegur Antoni dengan cepat. Revan menutup mulutnya seketika.

"Ngapain dia ke rumah lo? Loh bukannya lo udah punya Elsa? Terus kalau dia tau gimana?"

Antoni memegang keningnya dengan mengusap maju mundur. "Huh gue juga gak tau nih. Gue juga bingung sama nyokap gue! Nyokap gue yang undang dia ke rumah. Terus gue baru sadar kalau mereka sudah saling mengenal padahal gue sama sekali tidak mengenalkan mereka berdua."

"Ya itu pilihan di tangan lo sih kalau menurut gue! Rumit juga yah hidup lo!"

"Saran lo gimana nih? Kasih solusi ke gue! Gue gak mudeng banget sumpah! Gue bingung juga sama pola pikir nyokap yang kayak gitu."

"Ya lo ajak aja si Elsa ke rumah lo! Gimana tanggapan nyokap lo terutama. Apakah dia sebaik memperlakukan Mawar atau tidak!"

"Dia belum pernah masuk ke rumah. Dia cuma nunggu di depan doang. Ya udah gue ajakkin buat ke rumah malam ini."

"Nah gitu dong!"

"Ya tapi gimana?"

"Gimana apanya? Coba aja dulu. Masa belum di coba udah nyerah aja."

***

"Ayo masuk ke dalam." Suruh Antoni masuk ke dalam rumahnya. Elsa merasa tegang dan gugup sekali, bibirnya tiba-tiba terasa kering dan tangan yang gemetar. Selama ini ia sama sekali tak pernah ke rumah Antoni kalau pun ke rumah ia selalu menunggu Antoni di depan pintu gerbang. Ada mama Antoni sedang duduk di sofa memainkan ponselnya begitupun papah, Gani dan Roy juga lengkap ada di ruang tamu utama. Pandangan mereka langsung saja ke arah Elsa yang berdiri di samping Antoni. Mata mamanya Antoni langsung mengarah ke arah tangan Antoni dan Elsa yang bergandengan dengan spontan ia langsung melepaskan. "Mah ada Elsa." Ucap Antoni. Mamanya Elsa sama sekali tak menghadapkan ia hanya mengangguk paham. Terlihat sekali kalau ia tak sudah dengan kehadiran Elsa. Papahnya Antoni tersenyum dan menyuruh untuk duduk bersama-sama mereka. "Kamu duduk dulu yah." Suruh Antoni dengan cepat.

"Mau minum apa?" Tawarnya.

"Apa aja hehe." Elsa menatap kedua mata mamanya Aldo seperti tak suka terhadapnya. Jarak duduk mereka saja tak beraturan.

"Ada apa dia kesini?"

"Mah kok ngomong begitu sama... Elsa ya namanya?" Tanya papahnya Antoni dengan cepat, Elsa hanya mengangguk paham. Mama Antoni langsung berdiri dan memberi kode kepada Antoni untuk mengikuti ke dapur. Ia menanyakan sesuatu kepada Antoni "Kenapa bisa ada dia ke rumah kita?"

"Loh kok mama gitu sih? Dia kan pacar aku! Bukannya selama ini mama suka----" Belum selesai menjawab mama langsung memotong ucapan Antoni.

"Mama gak suka sama dia!" Cepatnya dengan nada yang sedikit tinggi.

Antoni pergi begitu saja ia pun kembali ke ruang tamu, ternyata dugaan tak nyaman ternyata tidak terlalu buruk. Gani dan Roy ternyata mengobrol dengan Elsa. Mereka ternyata menyambut hangat Elsa dengan baik. Ia pun juga ikut tersenyum begitupun papah juga ternyata. Tak lama minuman pun datang dan di taruh di atas meja. "Makasih." Senyumnya.

Terlintas mama masuk ke dalam kamar, papah hanya menggeleng saja. Ia tak enak dengan tamu malam ini. "Elsa... Gimana sama Antoni baik-baik aja kan?"

"Maksudnya lah?" Tegang Antoni.

"Alhamdulillah baik kok pah."

"Rencananya sih mau menikah pah. Jangan sampai duluan gue yah nikahnya gue gak mau! Lo harus duluan gue gak mau kasih lo hadiah."

"Iya gue tau kok! Nikah gak segampang ucapan lo! Lo pikir langsung kelar? Ya enggak lah!" Bahas Antoni dengan gas. Mereka pun tertawa dengan ekspresi Antoni yang seperti itu.

"Kamu tuh kenapa jadi serius gitu sih? Hahaha!" Sindir Elsa menaikkan alisnya sedikit naik ke atas.

Antoni pun baru sadar kalau ia terlalu serius dalam menanggapi ucapannya sendiri. Suasana pun semakin membaur tanpa kehadiran mama di hadapan mereka. Antoni yakin kalau kehadiran Elsa bisa membuat sesuatu berwarna di rumah mereka. "Kenapa baru sekarang ke rumah sini? Kan bisa kenal sama kita lebih jauh iya kan?"

"Iya." Jawab serentar antara Gani dan Roy.

"Em iya." Senyumnya.

"Ternyata keluarga Antoni gak seserius itu, mereka baik kok sama aku! Dan aku yakin aku bakalan di terima di keluarga mereka." Gerutu Elsa dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!