TOK TOK
“Assalamualaikum!”
“Waalaikumussalam, masuk,” jawab Mama yang duduk di sofa.
CLEK
“Mamaaaaa,” ucap tamu tersebut yang tak lain adalah Ayu.
Sesuai dengan pembicaraan antara Irene dan Mama tadi, akhirnya juru penyelamat itu datang atas permintaan sang Mama. Ayu Asyari adalah Anak dari Avina dan Alek yang mana kedua orang itu adalah teman seangkatan dari Mamanya Airene waktu kuliah, hingga pertemanan para orang tua ini turun ke anak-anak mereka. Yakni Ayu dan Airene sendiri. Dan sebab itu juga Ayu memanggil Tya dengan sebutan Mama, sanking dekatnya hubungan mereka.
“Akhirnya sampai juga, udah dari tadi Mama tungguin kamu, sama siapa kesini?” Mama mendekati Ayu yang baru saja sampai.
Sebelum menjawab pertanyaan Mama Tya, Ayu lebih dulu menyalami Mamanya ini. “Sendiri Ma, tapi diantar kok Ma , tenang aja,” ucap Ayu sambil terseyum kemudian.
“Awas aja Zaid tidak mengantar kamu, akan Mama maki nanti dia,” Omel Mama Tya sambil mengajak Ayu duduk.
“Ahhh, Mama jangan begitu, kesian Mas kalau di Maki terus sama Mama.”
“Tapi Zaid tahukan kalau kamu kesini untuk bantu Airene!”
“Tahu kok Ma, Aku udah jelaskan sama Mas tadi waktu mau pamit kesini.”
“Dia ada tanya-tanya nggak soal Airene?”
“Hmmmmh” Ayu menggelengkan kepalanya. “Tapi katanya salam buat Mama.”
“Waalaikumussalam, berhari-hari nggak ketemu mantu Mama itu, Mama jadi kangen, apalagi nggak ketemu si imutnya Mama, huhhhh, tapi tak apalah ini demi kebaikan kita semua.”
Melihat Mama yang merindukan Menantu dan Cucunya itu, Ayu berpindah duduk di samping Mamanya. “Maa yang sabar ya kita sekeluarga bisa lewati ini,”
Mendapat kekuatan dari anaknya itu, Mama Tya tersenyum.
“Oh iya Ma! Papa mana Ma?” memutar sedikit kepalanya untuk mencari posisi Papa.
“Papa! Kalau Papa dari pagi tadi udah pergi, Bahkan sebelum Airene bangun, katanya kalau tunggu Airene bangun takut macet, dia mau cek gudang, apalagi kan sejak Airene sakit Papa jadi terbagi fokusnya dan bahkan Papa lebih banyak disini buat temanii Mama, makanya dia mau kesana hari ini, Papa juga bilang kalau dia kasihan membiarkan Zaid sendirian mengurusnya.”
“Kalau Airene Ma, dari tadi aku nggak liat dia?” Ayu lalu memutar lehernya ke arah ranjang tidur Airene.
Seiring dengan pertanyaan dan gerakan Ayu, Mama lalu ikut melihat ke arah yang sama “ Oh, Dia di kamar mandi, katanya buang air, Mama coba Panggil ya?” Mama pun hendak beranjak dari kursinya.
“Ma, maaa, biar Ayu aja.” Pinta Ayu sambil menahan Mama Tya agar tak meneruskan niatnya untuk memanggil Airene.
“Ya sudah, Kamu panggil dia!” Mama pun kembali duduk.
Ayu Bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati pintu kamar mandi yang ada disana, saat hendak menuju pintu seketika muncul rasa gugup dalam benak Ayu, sesekali ia melihat Mama Tya hanya sekedar untuk kembali meyakinkan dirinya sendiri.
Ayu menyatukan kedua tangannya dan menggenggam sangat erat “Huuuh, Kok aku jadi gugup ya! .... apakah ini karena aku terlalu kangen sama dia ya.” Seketika kelopak mata Ayu di penuhi oleh genangan air. Ayu mendongakkan kepalanya dan juga menekan-nekan area kantung matanya agar genangan itu tak jatuh ke pipinya.
“Bissmillah, kuatkan aku Ya Allah … huuuuh ” Ayu tak bisa menutupi rasa gugupnya , saat hendak mengetuk pintu, ia tarik lagi tanganya, itu Ayu lakukan sampai dua kali dan Mama Tya yang melihat itu pun mendekati Ayu.
“Kamu kenapa Ayu?”
“Nggak tahu Ma, mungki- ”
“Sudah, jangan dipikirkan! Panggil dia dan bersikaplah seperti biasa.” Mama mengelus pundak Ayu untuk memberikannya kekuatan dan hal itu membuat Ayu tersenyum.
“Aku takut tapi aku juga bahagia Ma!” Ayu langsung memeluk Mamanya, Ia seketika terisak di pangkuan Tya.
Ini adalah Perasaan yang tak bisa Ayu jelaskan, ia dilema dan hanya bisa menangis, siapa yang tidak bimbang menghadapi situasi ini, situasi dimana dua perasaan muncul secara bersamaan.
“Kita lewati ini sama-sama ya,” ucap Mama.
“Oke Ma … huts!”
Setelah memberi Ayu waktu untuk kembali kuat, Mama Tya lalu melepaskan pelukan itu dan memegangi wajah Ayu yang sudah banjir duluan.
“Sayang, jangan berpikir terlalu jauh. Keberadaan kamu di sini adalah yang terbaik buat kita semua. Ini semua masih jauh, ini masih awal Ayu, hari esok kita tak ada yang tahu, jalannya masih terlalu panjang, jangan berpikir yang bukan-bukan dulu, jangan mendahului takdir-Nya”
“Hutsss..! Oke Ma. Maafkan aku, aku terlalu parno dengan semua ini.” Air mata Ayu tak bisa di bendung, meskipun Ayu tak ingin menangis tapi perasaanya berkata lain.
“Ya sudah, hapus air mata kamu jangan sampai Airene melihat ini, dan panggil dia, sudah dari tadi dia di dalam, hhmmm Mama jadi khawatir, takut dia pingsan di dalam,” celetuk Mama.
Ayu lalu mengangguk menuruti perintah Mamanya itu dan membersihkan wajahnya yang basah.
TOK! TOK!
“Airene … ini aku, Ayuu!” sedetik kemudian Ayu melihat ke Mama Tya. “Kok nggak ada suaranya Ma?”
“Coba panggil sekali lagi yang keras”
TOK! TOK! TOK!
“Aireneeee, Ini aku, Ayu!”
Lagi-lagi suasana hening, sebab Airene tak kunjung menjawab panggilan Ayu, Ayu kembali menatap Mama Tya namun kali ini dengan perasaan takut, matanya kembali berkaca-kaca, matanya seakan menggambarkan bahwa telah terjadi sesuatu dengan Airene di dalam sana.
“Tunggu ya, jangan panik!” ucap Mama
Mereka pun bertukar posisi.
TOK! TOK!
“Airene, sayaaaaang” Mama pun menempelkan kupingnya pada pintu, mana tahu Airene sudah menjawab tapi tak kedengaran sebab suaranya kecil namun tetap tak ada balasan.
CKCK CKCK CKCK CK
Tak lupa Mama menggoyangkan gagang pintu untuk mengecek pintunya apakah di kunci atau tidak oleh Airene, dan itu terkunci.
“Bagaimana Ma!” Ayu semakin panik.
“Coba kamu dengarkan, apakah ini hanya pendengaran Mama.”
“Maksud Mama” Ayu lalu ikut menempelkan telinganya di pintu, saat ayu melakukannya ia akhirnya paham apa yang Mama dengar tadi, Ayu dan Mama hanya mendengar seperti suara air yang jatuh dalam jumlah yang banyak ke lantai
“Itu suara showerkan?” Tebak Mama.
Ayu mengangguk. “Iya Ma, Ma jangan-jangan Airene!” Wajah Ayu tegang, entah apa yang ada dipikirannya kali ini. Yang Jelas itu bukan pertanda baik menurutnya.
“Huhtts, jangan-jangan apa! kamu kebiasaan Ayu suka panik duluan … ya sudah minggir, biar mama dobrak aja.”
Ayu pun lekas menajuh dari pintu dan memberikan Mama Tya ruang untuk mengambil ancang-ancang
“ Ya Rabb, Selamatkanlah anak hamba. Bissmillah!”
CREK
“Astagaaaa Aireneeee” Teriak Mama.
...Bersambung...
...****************...
Apa yang terjadi pada Airene?
Cek bab 3 ⬇️⬇️⬇️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments