Airene (Diary Ku)
3 tahun yang lalu....
“Sayang tunggu! Ini sudah malam.” Pria itu mencoba menahan tangan wanitanya.
“Lepaskan!, Aku tidak peduli, dari pada aku sakit hati lebih baik aku dan Ai pulang dan tidur di rumah, silahkan kalian lanjutkan aku sudah tak sanggup.”
“Ini tidak seperti yang kau pikirkan Airene!” ucap wanita lain sambil menenangkan sahabatnya yang lain.
“Kau bela saja dia, aku percaya apa yang mataku lihat, jangan pedulikan aku, aku mau pulang titik.!”
“Sayang-Sayang tunggu!” tahannya lagi. “Kita pulang sama-sama.”
Airene menggeleng. “Menjauhlah Kau dari hadapanku!” tunjuknya.
Pria itu terdiam, perasaan marahnya seketika muncul kala harga dirinya sebagai suami di rendahkan di depan semua teman-temannya, rasa tak percaya itu ada, tapi apa yang telinganya dengar dan matanya saksikan, itu jelas dan nyata kalau wanita yang genap setahun di nikahinya itu berani menunjukkan belangnya, kecewa berselimut amarah menggumpal di hatinya, namun bermodal sedikit perasaan dan iman membuatnya tak main tangan atas perbuatan yang baru di terimanya, Ia mundur dengan gemetar, matanya basah dan memilih mengalah.
Wanita bernama Airene itu, langsung masuk ke mobil dan berusaha menjalankannya.
“Kak, kejar Airene cepat, Jangan biarkan dia menyetir sendirian!”
“Dia mau pulang, biarkan saja!”
...****************...
【Di sebuah Ruangan… saat ini....】
NIIIT … NIIIIT … NIIIIT.
“Timang–timang anakku sayang, jangan tertidur,” ucap Mama bersenandung dengan merubah sedikit lirik lagu legendaris itu.
“Maaa…!” Tegur Papa.
“Mama hanya ingin Ai bangun Pa, Papakan tahu Ai suka dengan lagu ini waktu dulu.”
“Papa tahu, tapi dengan Mama begini suasana pagi kita bisa terus-terusan buruk, sudahlah jangan terlalu berlebihan.”
“Maaf Pa, Mama hanya ingin Ai cepat sadar, apalagi kata Dokter sentuhan dan doa tulus bisa membantu Ai cepat sadar, apalagi ini sudah begitu lama.”
Ucapan adalah doa, dan doa adalah pedangnya orang beriman, belum lagi doa seorang Ibu yang tak memiliki persyaratan untuk tuhan mengabulkannya, cukup sebait kalimat terucap dari mulutnya maka hal itu akan di kabulkan, meskipun sudah berlangsung lama baru di kabulkan, tapi Allah tetap mengabulkannya.
Tiba-tiba jari anaknya itu bergerak.
“Airene!”
“Kenapa Ma?” Sang Papa meletakkan ponselnya dan mendekat.
“Pa, Pa lihat, Airene beregerak… Alhamdulilah, Airene!”
“Mama tunggu disini, biar Papa panggil Dokter.” Pria setengah abad itu pun bergegas lari.
Wanita yang masih lemah ini belum sadar seutuhnya tapi Ia dapat mendengar kalau ada yang bersuara, telinganya menangkap suara itu dengan jelas, ada kebisingan tapi kemudian berganti dengan suara yang terdengar pilu.
“A-a-akhhh!” Cobanya bersuara sekaligus Ia menggerakkan tanganya lagi namun rasanya sama saja tak ada kemajuan. Tangan juga berat untuk di gerakkan, Ia hanya bisa melakukan gerakan -gerakan kecil. Ia tak bisa melihat dengan jelas dan pita suaranya juga tak bisa bekerja seutuhnya.
Satu yang dapat ia sadari adalah bahwa ia dapat merasakan ada beberapa lempengan bulat sebesar uang logam yang menempel di area tubuhnya.
“Paaa … cepaaat, masya Allah Airene! Alhamdulilah nak! Anakku! Ya Allah, Alhamdulillah terima kasih ya Allah, Kau Ijabah doaku.” Jerit wanita itu dengan nada lirih.
Isakannya ini juga bisa dirasakan oleh wanita yang terbaring itu, orang itu berucap sambil menahan rasa harunya, dan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat penuh syukur.
Sedetik kemudian wanita yang terbaring itu merasakan hangat di telapak tangannya, Ia hanya bisa merasakannya dan masih belum bisa melihat dengan jelas, semuanya masih sama, tapi ada sekilas bayangan yang dapat ia tangkap, yaitu adanya sesosok bayangan berwarna putih sedang berada di dekatnya. Kemudian bergantian hawa panas itu kini menyelimuti tubuhnya.
“Masya Allah, subhanallah, Ya Allah engkau ma-ha ba-ik. Anakku!” Suaranya tak henti-hentinya mendominasi telinga perempuan lemah ini, isakan penuh haru dan di tambah ucapannya yang terbata-bata itu seketika membuat wanita yang terbaring ini merasa kalau dia dan orang yang menangis itu memiliki hubungan erat, dia memeluknya dan sekali lagi hawa tubuhnya membuat wanita yang terbaring itu merasa nyaman
Wanita lemah itu hanya terpejam dan merasakannya, moment ini seakan ia pernah merasakannya dulu tapi ia sendiri tak tahu kapan itu. Ia pun kemudian bingung karena ia tak tahu wanita yang menangis itu siapa, dan dia tak tahu dia siapa .
Lalu berselang beberapa menit, terdengar bunyi pintu yang terbuka dan disertai derap langkah yang kembali ramai, dan suara langkah itu semakin dekat, saat penglihatan wanita ini semakin membaik, terlihat bayangan yang samar, orang pertama mengenakan kaca mata dan sebuah tali hitam melingkar di lehernya, dan di sisi kanan ada wanita yang sejak tadi tak berhenti menangis dan mengucap syukur, bahkan wanita itu juga menggenggam erat tangan wanita yang lemah ini, dan di belakang wanita itu ada pria yang bersama dua orang tadi. Ia juga tak henti-hentinya mengusap pelan pundak wanita yang ada di depannya seakan memberikan kekuatan.
“Kapan dia sadar?”
“Baru saja dok, sekitar lima belas menit yang lalu.”
“Baiklah saya periksa dulu ya.”
“Bagaimana Airene Dok?” tanya pria yang lebih tua itu.
Wanita itu menatap Pria yang bersuara barusan, nada yang hampir serupa dengan wanita tadi, bedanya kini nada suara pria itu sedikit rendah dan terdengar parau, Ia merasa suaranya juga tidak asing di telingannya.
Wanita lemah itu menatap dalam kedua pasangan yang berada disampingnya “Kenapa kau menangis,” gumamnya.
Kini semua menatap gadis itu lagi, dan orang yang di panggil Dokter itu mengajak pria yang bertanya barusan untuk menjauh agak ketengah ruangan.
“Alhamdulillah, setelah saya periksa-”
Hal itu membuat wanita yang baru saja sadar itu sedikit menggerakkan kepalanya karena penasaran..
“Nak kamu lihat apa? Jangan di paksakan ya,” ucap wanita yang di sampingnya ini.
Ia mengabaikannya sebab Ia merasa perlu tahu apa yang sedang dua orang itu bicarakan.
“Pergerakan pupilnya bagus, yang saya khawatirkan tadi matanya tidak merespon terhadap cahaya, tapi berkat doa kita semua Airene kini sudah sadar sepenuhnya walaupun ia masih perlu istirahat, Oh ya pesan saya, jangan biarkan ia banyak bergerak dulu dan satu lagi jangan biarkan Airene banyak berpikir keras, dan jangan beri ia pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya berpikir, Jika dia bertanya tentang siapa Bapak dan Ibu maka jelaskan sebaiknya, tapi nanti ya pelan-pelan! beri Airene waktu untuk mengenali dirinya dan lingkungan sekitar dulu.”
“Baik Dok saya mengerti.”
“Airene, Airene, Airene apakah itu namaku?” Ia berbicara dengan hatinya, otaknya tak bisa mengingat apapun, semuanya kosong. dan Ia memegangi kepalanya karena merasa sakit. “Akkkgh ”
“Dokter! … Kamu kenapa nak, jangan banyak bergerak dulu ya!.”
Dokter dan Pria tadi kembali mendekat.
“Kenapa?”
“Airene Dok!”
Wanita bergelar Airene itu masih memegangi kepalanya. “Stttttth sakit” keluhnya.
“Airene, turunkan tangan kamu ya, saya harap kamu jangan banyak bergerak dulu ya, apalagi berfikir terlalu keras tentang banyak hal karena itu sangat pantang untuk kamu saat ini, saya harap kamu bisa mengerti ucapan saya.”
“Apa terjadi sesuatu Dok?”
“Ibu, Airene tidak apa-apa! itu hanya reaksi kecil dari otaknya, mungkin dia baru saja menggunakan otakanya untuk mengingat atau menyimpan hal baru, seperti yang kita ketahui semua akibat kejadian itu membuat otak Airene tak bekerja, jadi seperti yang saya bilang ke bapak tadi, kalau Ibu juga jangan terlalu memaksa Airene untuk berfikir terlalu jauh mengenai hal baru, paham Ibu, Ini demi kesembuhan Airene.”
“Baik Dokter, saya mengerti.”
Setelah mereka bicara Pria bergelar Dokter dan itupun pergi, kini hanya ada mereka bertiga, wanita itu masih diam seribu bahasa. ia tak tahu harus berucap apa. Dia hanya menatap tanpa berani berfikir, karena ia takut rasa sakit itu kembali menghampirinya
“Kamu kenapa sayang, kenapa menatap kami begitu?” tanyanya lembut.
Mendapat pertanyaan itu, entah kenapa seketika membuat wanita bernama Airene itu ingin menangis sebab kata“ Sayang ” yang wanita ini transfer begitu mengena di hatinya, suaranya juga amat damai untuk Airene, mata Airene kini berlinang tanpa sebab.
“Kalian siapa?” cobanya bertanya sebab hati kecil Airene berkata dia adalah orang yang dekat dengannya, sejak membuka mata. Suaranya, tangisannya bahkan suhu tubuhnya begitu nyaman untuk Perempuan bernama Airene itu. tapi Airene tak mengingat apapun tentangnya.
Pertanyaan Airene itu membuat wanita tua tersebut menutup mulut dan matanya sekali lagi meneteskan butiran air yang mengalir di pipinya, dan Airene kembali dapat merasakan kalau ia tersakiti dengan pertanyaannya tadi, kemudian ia melihat pada pria di belakangnya.
“Ma sudah Ma, kita sudah tahukan!”
“Hutss, hikssss … tapi Pa-”
“Ma tenanglah, kita sudah tahu bukan apa yang ia alami, jadi bersabarlah jangan emosional begini, kasihan dia. Lihat dia, Airene jadi ikut sedih. Jangan bebani dia.”
“Baik Pa Mama hanya tak kuat melihat anak kita begini.”
“Sudahlah kita bisa melawati ini bersama.”
Kemudian Suami Isteri itu berpelukan, wanita yang ia sebut dirinya Mama itu terisak menahan tangis di dekapan sang Suami, Suaminya hanya bisa mengelus pelan pucuk kepala wanitanya ini. Walaupun tak dapat di pungkiri hati Pria setengah abad itu juga sakit melihat anaknnya begini.
“Kalian orangtua ku?”
...----------------...
...Selamat menikmati cerita ini, semoga kalian suka. Lanjut Bab 1 Ya. Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Liana Syahroni
Ceritanya selalu bagus.... Semangat menulis author💪👍
2023-11-29
1