Cekrek
Melihat itu Mama langsung mengambil ponselnya dan tak menyiakan moment bersejarah ini, Ia memfoto mereka berdua dan segera mengirimnya pada Papa Wisnu. Sambil mengetik Mama menyeka matanya yang ikut banjir karena terharu.
“Pa ! .. lihat anak kita, Dia memeluk Ayu duluan Pa!” Tak lupa Mama menambahkan emoticon terharu.
TWING📱
^^^“Alhamdulillah Ma, ada kemajuan, oh iya Ma kalau ada kabar terbaru Airene kabari Papa ya, mungkin Papa akan pulang telat hari ini.”^^^
“Oke Pa, betul ya pulang lambat karena pekerjaan jangan sampai ngelakuin yang bukan-bukan ya, AWAS.”
TWING 📱
“Iya cantik (Emot Love)”
Mendapat balasan dari Papa Wisnu yang memujinya, Mama merasa tersipu dan Ia memegangi pipinya yang merah. “Ahh Papa bisa aja.”
Saat asik berbalas pesan dengan pujaan hati tanpa Mama sadari kalau Ayu dan Airene telah menyelesaikan ritual temu kangen mereka, dan kini kedua orang itu menatap gelagat Mamanya yang seperti ABG dimabuk asmara itu.
“Mama kenapa senyum–senyum sendiri?” tanya Airene dengan mata yang disipitkan, Ia menatap Mama dengan rasa penasaran.
“Eh anu, ituuuu, apaaa!. Shhhht ini.” Mama gelagapan di hadapan kedua putrinya ini.
“ Mama mau ngomong apa Ma , yang Jelas,” ujar Ayu.
“Ini, eeeeee Mama dapat arisan.”
“Kok dapat Arisan mukanya merah begitu!, Mama bohong ya?” Airene pun duduk di dekat Mamanya, dan memasang mimik wajah mencurigai.
“Nggaklah ... mana mungkin Mama bohong, orang Mama benaran dapat Arisan,” jawab Mama lagi sambil memainkan bola matanya, hingga matanya berhenti di Ayu yang masih berdiri. “Eh Ayu sini, kenapa berdiri aja, sini duduk sama-sama, kita udah lama lo tidak duduk bertiga.” Lanjut Mama untuk mengalihkan pembicaraan serta rasa penasaran putrinya itu, namun Airene masih menatap Mamanya dengan tatapan yang sama, sesuai perintah Mama, Ayu lalu duduk namun berseberangan dengan mereka.
Setelah mereka semua duduk dalam satu tempat yang sama, timbullah kecanggungan, tak ada satu pun yang membuka mulut untuk memulai topik pembicaraan. Akhirnya Mama dan Ayu saling tatap dan kemudian Mama beralih menatap Airene.
“Gini aja! supaya kemistri kalian dapat lagi, gimana kalau Ayu sama Airene kalian Mama tinggal, biar kalian bisa ngobrol berdua puas-puas, tapi Pesan Mama satu, jangan bicarakan hal yang berat–berat dulu dan Airene ingat ya jangan terlalu di paksakan, untuk Ayu kamu sudah pahamkan maksud Mama jadi Mama serahkan sama kamu, oke!”
“Oke Ma, Ayu paham.” di sertai Anggukan kecil, Ayu menerima tugas itu dengan yakin.
“Ya udah Mama tinggal ya” Mama pun bangkit, dan menyodorkan tanganya pada Airene
“Tapi Mama mau ke mana?” tanya Airene di sela-sela menyalami Mama Tya.
“Mama mau cari udara segar di luar, Mama gerah.” Mama mengibaskan bajunya dan Mama pun berjalan mendekati Ayu untuk menyalaminya juga.
“Hati–hati ya Ma,” ucap Ayu.
“Oke, kalian juga hati–hati ya! Selamat bersenang–senang ya, Assalamualaikum.”
“WAALAIKUMUSSALAM!” Balas kedua putrinya bersamaan.
Mama lalu meninggalkan kedua putrinya itu di ruangan Airene, sambil berjalan Mama mengepalkan tanganya, “Ini semua gara–gara Papa, awas ya Pa”. Wajah kesal Mama tak terbendung lagi.
Crekk
Setelah pintu kembali tertutup, De javu part dua kembali terjadi, tapi kini pemerannya hanya Ayu dan Airene, mereka kaku satu sama lain.
“Hmm mau mulai dengan apa ni!, Kenapa jadi bodoh gini coba, Ayo Yu mulai. Yaa aku yang harus mulai pembicaraan ini,” gumam Ayu
“Ayo Ren, jangan canggung sama Ayu, tanya cepat, tapi nanya apa?, Hmm apa ya ? yaudah tanya ajalah, sahabat sendiri juga,” gumam Airene pula.
“Aaaa,” ucap mereka bersamaan
“ Eh samaan, duluan aja Ren?” ujar Ayu.
Airene pun menggerakkan kedua tanganya,“ Eh nggak nggak Yu, duluan aja, aku juga nggak tau mau mulai dengan apa!”
“Ya udah hmm, aku duluan ya! ... hmm gini, aku boleh pindah?” Pinta Ayu pada Airene sambil menunjuk tempat duduk kosong di samping Airene.
“Ihh nggak usah sungkan, pindah aja Yu. kitakan sahabatan, ya walaupun aku nggak ingat kenangan kita, sini pindah duduk sebelah aku.” Tepuk Airene sofa yang ada disampingnya untuk mempersilahkan Ayu duduk di dekatnya.
Mendengar kata Sahabat yang Airene ucapkan, Ayu merasa kembali haru, kata itu sudah lama tak ia dengar. Ayu tersenyum pilu.
“Kenapa Yu?” Airene mengerutkan dahinya. Ia bingung.
“ Nggak tau, saat kamu bilang “Sahabat” rasanya hatiku kayak-” Ayu Nampak sulit menjelaskan situasinya, Ia menatap ke atas untuk menahan air matanya kembali jatuh untuk kesekian kalinya. “ Hutsss.. nggak tau aku , aku nggak bisa jelaskan, mungkin aku terlalu merindukan moment kita ” Ayu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Ia kembali menangis.
Melihat sahabatanya itu menangis, Airene juga ikut berlinang, situasi yang Ayu rasakan kini ternyata membuatnya dapat merasakan kerinduan yang Ayu rasakan, Airene menyetuh dadanya “ Serindu itukah Yu kamu dengan pertemanan kita !, Airene lalu menghapus air matanya yang ikut terbentuk dengan jarinya, dan beralih mengusap punggung Ayu “ Huuts, Yu sudah yu, sekarangkan aku sudah disini, jadi jangan menangis lagi ya.”
Ayu mengangguk “ Iya Rin, Maafkan aku, entah kenapa aku jadi emosional begini.”
“Nggak apa Yu, mungkin kalau aku di posisi kamu juga akan begitu, apalagi karena kamu merindukan sahabatmu dan untuk itu tidak perlu meminta maaf, karena tidak ada kesalahan kalau berbicara soal perasaan, itu normal.”
Ayu tersenyum dan menatap Airene “ Makasih Ren, kamu nggak berubah dari dulu, selalu bisa menguatkan saat sahabatmu yang bersedih.”
“Sama-sama, ya sudah jangan sedih lagi ya, mulai hari ini kita mulai dari nol lagi ya.” Airene tersenyum lebar.
Ayu dan Airene kembali berpelukan namun itu tak lama karena Ayu lebih dulu melepaskannya, dan segera merogoh tasnya, mengeluarkan sesuatu.
“Aku punya sesuatu buat kamu Ren?”
“Hah.. Apa?”
“Tebak!”
“Hmm Coklat!”
Ayu menggeleng. “Salah.”
“Benda?”
“ Ya ”
“Apa ya! Kisi-kisi donk.”
“Sesuatu yang bisa bantu kamu buat Ingat lagi.”
“Hmmmm” Tiba–tiba Airene mengigit ibu jarinya saat sedang berfikir.
Sontak Ayu kembali di buat Kaget dengan pola tingkah Airene. “ Asatagaaaa Airene, kamu nggak berubah ya!” Ayu bertepuk tangan kegirangan.
“Haaah…! nggak berubah, maksudnya?” Airene Bingung.
“Itu!” Tunjuk Ayu pada jari Airene yang masih menempel di bibirnya
“Apaaaaa?” Airene tambah bingung.
“Upss maaf, aku lupa, aku nggak boleh buat kamu terlalu banyak berpikir apalagi bingung, jadi begini, dari dulu itu kamu kalau berfikir atau bingung suka gini-” Ayu lalu menirukan kebiasaan Airene.
“Gini maksudnya” Airene kembali melakukanya.
“Iya,… waaah walaupun kamu sedang hilang ingatan, tapi kebiasaan kecil itu masih menempel kuat ya, aku seneng.” Ayu kembali bertepuk tangan kegirangan.
“Aku juga nggak tahu Yu, tiba–tiba.”
“Ya udah, itu pertanda bagus, setidaknya kamu masih Airene yang dulu … Oh iya jadi lupa, iniiiii!” Ayu langsung memberikan hadiah yang ia sembunyikan dari tadi.
“Ini Apa?” Dengan segera Airene mengamati hadiah tersebut.
... Bersambung ...
...****************...
Apakah hadiah yang Ayu berikan?... Adakah ini sesuatu yang bisa membantu Airene untuk mengingat masa lalunya?
Cek eps 5 ⬇️⬇️⬇️⬇️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments