Beberapa saat sebelumnya, di dalam kamar mandi.
“Aduuuh, mules banget” Airene lalu memasukkan salah satu tangannya ke bagian perut, ia melakukannya untuk membantu agar sakit perutnya bisa cepat berakhir. Namun lain tujuannya maka lain pula hal yang terjadi, sebab tangannya tak sengaja menyetuh bekas luka yang ada di perutnya, dan saat tertekan itu masih menimbulkan nyeri.
“Aduuh!”Kemudian Airene menyingkap bajunya untuk melihat penyebab rasa nyerinya itu. “Oh iya ! garis ini tapi bekas apa ya!” setelah mengamati bekas luka itu dan tak mendapatkan jawabannya, Airene kembali mengabaikannya.
Saat masalah perutnya yang mules sudah berakhir, Airene lalu ingin beranjak dari kamar mandi namun Ia tak sengaja memandang ke sudut ruangan itu, Ia merasa penasaran dengan barang–barang milik Mamanya yang ada di kamar mandi ini, disana terpampang puluhan produk wanita yang membuat Airene terkesima.
Airen membatalkan niatnya meninggalkan kamar mandi, dia lebih tertarik untuk mengamati semuanya.
“Semua ini punya Mama … hmmm ini … Ini semua apa ada fungsinya ya?” Airene lalu iseng membaca produk tersebut.
“Menghilangkan kerutan . Membersihkan sel kulit mati … Wajar wajah Mama kencang dan muda, Obat wajahnya saja sebanyak ini, bahkan wajahku saja kalah muda dari Mama.”
Airene lalu beralih melihat ke cermin, “Hmm Belum tua tapi udah kendor” Ia memijat- mijat wajahnya sendiri namun seketika sebuah ide muncul di benaknya.
“Kalau aku pakai sedikit mana tahu wajahku juga bisa seperti wajah Mama, Hmm kembali kencang, Haaa” Airene terkekeh geli, Ia tampak senang hingga menaikkan kedua bahunya sangking senangnya dengan ide ini.
Airene lalu membaca petunjuk penggunaan Crim Pencerah wajah itu, “Hmmm, caranya . Pertama taruh Krim di telapak tangan yang sudah di basahi ………ok …….Begini …. Lalu. Putar – putar hingga menimbulkan busa dan aplikasikan ke wajah secara merata.. Begitu rupanya ” Airene pun mencoba mengikuti arahan tersebut , Ia kemudian mengusap–usap wajahnya dengan busa crim tersebut sambil menatap cermin. Saat sedang asik meratakan krim wajah itu tanpa sengaja busanya mengenai matanya sendiri.
“Aduh-aduh perih, Au…. Auuuu….. au…... Air air, aaaaa mataku. Haaaaaa ” Dengan matanya yang tertutup Airene meraba tembok disana untuk mencari kran Air, tak lama ia menemukannya tapi bukannya keran air yang ia putar, Airene malah memutar keran untuk shower .
Ssssssssssssss
“Eh eeh eh salah, aduh-aduh basah bajuku, tapi mataku.” Airene langsung mendongak ke atas tepat di bawah shower itu untuk membersihkan sisa sabun yang ada.
TOK! TOK!
“Sayaaaaang.”
Airene lalu menyeka wajahnya. “Sebentar Ma!” jawab Airene namun sayangnya suaranya kalah besar dari Air shower kamar mandi yang menyala itu.
CKCK CKCK CKCK
Airene menoleh pada pintu “ Aduh Mama pasti panic karena aku udah lama di toilet,” gumamnya, dan dengan segera ia mematikan keran lalu beranjak keluar.
“HUH selamat, periiiiih.” Airene mengibaskan kedua tangannya untuk mengurangi rasa perih akibat sabun dan air yang langsung terjun kematanya dan ia pun berjalan ke pintu.
CREK!
Dengan santainya Ia membuka pintu, dan mendapati Sang Mama sudah mengambil ancang – ancang untuk melakukan sesuatu, tapi karena panik dengan penggilan sang Mama ia lupa untuk mengeringkan lebih dulu bajunya yang basah kuyup dan jadilah Aerin seperti tikus kecebur got.
“Astagaaaa Aireneeeee!” Mama tercengang. Sedangkan Ayu hanya menutup mulutnya
“Heeeee” Airene malah tersenyum bodoh, ia tidak tahu kalau orang di luar ini sedang mengkhawatirkannya.
Mama dan Ayu heran, kedua orang ini saling bertatap mata sesaat, mereka tampak bodoh karena telah mengkhawatirkan orang yang jelas-jelas masih sehat wal-afiat.
“Kamu kenapa basah kuyup sayang, bukannya kamu tadi mau buang air. Apa kamu lupa bagaimana cara membersihkan diri setelah buang air? makanya jadi basah begini!” canda Mama untuk menutupi rasa khawatirnya dan mendekati Airene.
“Mama! bukan begitu, jadi tadi… ” Airene lalu menceritakan ulang kejadian yang sebenarnya pada Mamanya dan juga Ayu yang ada disana.
Setelah insiden basah kuyup itu di jelaskan secara rinci, Mama tertawa terbahak-bahak, ia menertawai kesialan yang menimpa anaknya itu. Berbeda lagi dengan Ayu, Ayu hanya tersenyum setelah mendengarkan penuturan Airene. Bukanya tidak ingin tertawa bersama Mama Tya, tapi ia takut Airene merasa terkucilkan jika ia juga melakukan hal yang sama, Jadi Ayu menempatkan dirinya sebagai orang yang baru dalam hidup Airene yang sekarang ini.
......................
“Ha ha ha, aduuh-aduuuh ha ha ha … perut Mama sampai kram begini, udah lama sekali rasanya Mama tidak sebahagia ini.” Mama Tya benar-benar puas atas insiden itu.
“Maa udah ma, nanti Airene dengar dia bisa merajuk, Mama nggak lupa sifat diakan.” Coba Ayu mengingatkan.
“Tapi Yu, Ha… haa. Papa harus tahu soal ini, kalau Papa tahu dia pasti ketawa sama persis kaya Mama, coba aja nanti liat, Kalau Papa datang Mama akan langsung cerita,” ucap Mama bersemangat.
Saat Mama dan Ayu asik membicarakan Airene, tanpa kedua orang itu sadari kalau Airene mendengar semua rencana Mamanya tadi, Airene menatap dalam ke arah Mama dan Ayu yang sedang duduk di sofa.
“Mama udah selesai sama rencananya? Mama happy,” ucapnya dengan nada serius.
Ayu dan Mama sedikit terkejut dengan nada bicara Airene. Ayu kembali menatap Mama Tya.
“Tuh kan Mama, dia marah!, apa Ayu bilang.” Ayu bicara pelan.
“Ah.. santai aja, pura-pura dia itu,” sahut Mama dengan nada serupa.
Ayu lalu bangkit dari Sofa dan menghampiri Airene. “ Eh, Airene kamu udah ganti baju! ... Oh Iya, Kenalkan aku Ayu.” Ayu melempar senyum dan sifat ramahnya pada sahabat lamanya itu.
Airene hanya diam dan memandangi Ayu secara rinci, raut wajahnya yang dongkol tadi pun berubah, matanya turun naik hanya untuk mengamati Ayu dan akhirnya matanya berhenti pada senyum manis yang Ayu berikan untuknya.
Mama yang melihat suasana canggung itu membiarkannya saja, Ia ingin melihat bagaimana reaksi Airene tentang orang baru yang muncul di hadapannya. namun secara mengejutkan Airene memeluk Ayu erat dan tanpa aba-aba apalagi perintah, Airene menumpahkan air matanya.
“Airene!” Ayu ternganga dan mematung cukup lama sampai ia tak membalas dekapan Airene, Ayu tak menyangka akan mendapat reaksi mengejutkan ini dari Sahabatnya itu, orang yang dulu hampir di vonis meninggal dan menemui ajalnya kini memeluknya terlebih dahulu.
Matanya seketika berkaca-kaca dan jatuh ke bahu Airene begitupula sebaliknya, Ayu akhirnya bisa menumpahkan rasa rindunya yang selama sebulan ini ia simpan dalam benaknya sejak ia tahu Airene sudah sadar dari koma. Baik Ayu dan Airene mereka tak ada satupun yang bersuara, keduanya sedang menikmati moment ini, Ayu kembali menutup mulut dengan tangannya dan menatap ke atas. “ Terima kasih Ya Rabb, Kau kembalikan Sahabatku.”
...Bersambung...
...****************...
Cara apakah yang Ayu lakukan untuk membantu Airene?
Cari di eps 4 ⬇️⬇️⬇️
Jangan lupa komentarnya ya guys !
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments