"Kalian ngapain ada di rumah gw?" tanya Jani bingung.
"Juna titipin lo ke gw dan kebetulan tadi gw lagi di rumah Revin. Jadi sekalian aja gw ajak mereka ke sini. Nggak papakan?" tanya Vino.
"Nggak papa sih. Tapi kenapa lo harus ajak dia juga!" ucap Jani dingin sambil melirik ke Revin.
"Emangnya kenapa kalo gw ajak Revin?" tanya Vino bingung.
"Gw males aja berurusan sama dia,apa lagi pacarnya itu." ucap Jani males.
Karena mendengar perkataan Jani,mereka pun menatap Revin. Tatapan mereka seperti mengatakan meminta penjelasan pada Revin. Tapi yang di tatap malah diam saja seperti orang yang tidak tahu apa-apa.
"Ya udah kalian duduk,gw mau balik ke kamar. Kalo kalian butuh apa-apa minta tolong sama Vino aja." ucap Jani dan berlalu pergi meninggalkan mereka
"Siap Jan..." seru Aldi semangat.
"Sering-sering aja kayak gini. Iya nggak Al?" tanya Fero dan di balas dua jempol oleh Aldi.
"Vin ambil camilan dan minumannya dulu sono." suruh Fero pada Vino.
"Ambil aja sono di dapur" ucap Vino males.
Mereka pun duduk di ruang TV,tidak lupa dengan minuman dan camilannya.
* * *
Langit nampak cerah,Jani memasuki mobil yang sudah di siapkan di depan rumahnya. Jani mengendarai mobilnya dengan kecepatan standar. Dan setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit,mobil mewahnya memasuki area parkiran sekolah SMA HARAPAN BANGSA.
Dan seperti biasanya,banyak tatapan yang di berikan oleh siswa-siswa yang berada di parkiran sekolah. Dengan langkah santainya,Jani berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya.
Jani memang lebih senang bepergian sendirian. Bahkan tidak jarang para siswa di sekolahnya menganggap kalau ANJANI SYAVIRA bukan kembarannya ARJUNA SYAVINO. Sifat mereka yang sangat berbanding terbalik,membuat ke duanya terasa sangat berbeda di mata orang lain.
Saat sudah sampai di depan ruang kelasnya. Jani langsung memasuki kelas tersebut. Langkahnya tertuju pada bangku yang biasa ia tempati. Namun belum sempat ia sampai di kursinya.
Pandangannya terpaku pada seseorang yang saat ini tengah duduk di kursinya. Mereka nampak sedang membicarakan sesuatu. Perlahan Jani berjalan mendekati mereka.
"Hey Jan,baru dateng?" tanya Mia.
"Iya" jawab Jani singkat.
"Lo nggak bareng sama adik lo?" tanya Fani.
"Mana mau dia bareng gw kak." jawab Juna sambil melirik ke arah kakaknya.
"Lho kenapa? Kalian berduakan saudara,kembar pula?" tanya Fani bingung.
"Gw lebih suka sendiri" jawab Jani males dan teman-temannya hanya ber oh ria mendengar jawaban Jani.
"Awas,gw mau duduk" usir Jani tanpa menoleh ke arah orang yang di tuju.
Belum ada respon sama sekali. Revin yang memang duduk di kursi Jani tidak bergeming sedikit pun.
"Rev,Jani mau duduk tuh. Lo minggir" ucap Fero yang melihat tidak ada pergerakan apa pun dari sahabatnya.
Revin akhirnya menoleh dan beranjak dari tempat. Setelah itu Jani segera menduduki kursinya dan tanpa di duga oleh siapa pun,Revin kembali duduk di kursi sebelah Jani. Tentu saja hal itu membuat Jani terkejut. Jantungnya kembali berdetak hebat setiap saat di dekat Revin.
"Lo ngapain di sini?" tanya Jani dingin.
"Duduk" jawab Revin singkat.
Shiit,,
Jani tidak habis fikir dengan jawaban Revin yang teramat singkat.
"Ya elah,si es batu mau PDKT. Mending kita-kita pergi aja,percuma di sini cuma ganggu." sindir Aldi sambil keluar di ikuti yang lainnya.
"Kalian ngapain ikut keluar?" tanya Jani saat melihat sahabat-sahabatnya juga ikut keluar.
"Nggak ada guru sampai istirahat. Dari pada di sini cuma jadi nyamuk,mending kita ikut mereka." seru Mia sambil berlalu pergi meninggalkan kelas.
Sekarang hanya tersisa Revin dan Jani,serta murid yang ada di kelasnya. Sebenarnya sudah jam tujuh lebih,namun tidak ada pelajaran. Banyak siswa yang memilih di luar kelas.
Karena merasa tidak nyaman berlama-lama di kelas. Apa lagi berdekatan dengan Revin,Jani memilih untuk menyusul teman-temannya. Tapi karena posisinya di dekat tembok,membuatnya tidak bisa keluar.
"Minggir,gw mau keluar." pinta Jani pada Revin yang masih setia dengan handphone nya.
"Awas woyy... Gw mau keluar" ulang Jani kembali dengan nada kesal.
Revin hanya menoleh sebentar dan kembali fokus dengan handphone nya. Jani berdecak kesal melihat sikap Revin yang seperti ini.
"Mau lo apa?" tanya Jani datar.
"Apa maksud dari omongan lo?" Revin balik tanya.
Mendengar ucapan Revin,Jani mengkerutkan keningnya. "Omongan gw yang mana?" tanya Jani bingung.
"Lo bilang ke gw. Kalo lo nggak mau berurusan sama gw,apa lagi sama pacar gw?" tanya Revin sambil menatap Jani pekat.
"Lah iya,gw emang males berurusan sama lo dan pacar lo itu." jawab Jani santai.
"Ckk,,lo tau dari mana sih kalo gw punya pacar?" tanya Revin.
"Pacar lo sendiri yang ngomong ke gw." jawab Jani males.
"Siapa??" tanya Revin bingung.
"Sarah" jawab Jani singkat.
Mendengar ucapan Jani tadi membuat Revin tak sanggup untuk tertawa.
"Lo percaya sama dia?" tanya Revin di tengah tawanya. Jani hanya mengedikkan bahunya.
"Dia bukan pacar gw,jadi lo nggak usah percaya omongan dia." ucap Revin serius.
"Nggak penting buat gw" kata Jani males. Jani pun keluar kelas meninggalkan Revin.
Niatnya mau ke kantin menyusul teman-temannya. Namun langkahnya terhenti saat melihat Sarah and The Gank menghadang jalannya.
"Mau sampai kapan lo jadi pelakor?" tanya Sarah sambil berjalan mendekati Jani.
"Gw bukan pelakor." jawab Jani dingin.
Sarah tersenyum miring saat mendengar jawaban Jani.
"Lo itu bego atau gimana sih. Udah jelas-jelas lo itu deketin Revin terus." bentak Sarah sambil mendorong pundak Jani hingga ia terjatuh.
"Gw nggak ngedeketin Revin." ucap Jani sambil berusaha berdiri.
"Kalo nggak deketin terus apa? Lo selalu ada di dekat Revin. Lo itu licik!" Sarah semakin membentak Jani dengan kata-kata pedas.
Jani sendiri tak habis fikir jika hanya karena Revin akan memunculkan masalah serumit ini.
"Udah gw bilang kalo gw..."
PLAK,,
Satu tamparan mendarat di pipi kiri Jani.
"Aww,," rintih Jani sambil memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Sarah.
"Kenapa? Sakit? Itu nggak seberapa sama apa yang udah lo lakuin ke gw." bentak Sarah.
"Jangan salahin gw kalo Revin nggak sama lo karena dia emang nggak suka sama lo." ucap Jani mulai emosi.
"Jadi lo salahin Revin?" tanya Sarah.
"Nggak ada yang salah Sar. Perasaan nggak bisa di paksa. Kalo emang Revin nggak suka sama lo,ya lo harus terima." ucap Jani sinis.
Sarah makin emosi mendengar perkataan Jani. Ia berjalan mendekati Jani dan tangannya sudah siap melayangkan tamparan ke dua. Namun....
"CUKUP" bentak dari seseorang menghentikan aksi Sarah. Jani sedikit lega karena ia tak lagi merasakan tamparan itu.
Wiih,,,wiih... Siapakah itu yang menghentikan aksinya si Sarah..???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Titha ItChu Itha
kirain udah SMA cz udah pada bawa mobil trnyata msih Smp
2021-01-19
0