Bab 4 Paket komplit

William baru saja Keluar dari kamar mandi. Ia memandangi Luna yang sedang menyiapkan kemejanya di tempat tidur. Luna dengan cekatan menyiapkan semuanya. William kagum dengan sosok gadis yang saat ini menjadi pasangan kontraknya. Seolah paham jika dirinya membutuhkan bantuan di saat hampir terlambat berangkat ke kantor.

“Tuan! Keperluan Anda sudah saya siapkan.” William mengangguk dan tersenyum lalu ia berjalan menghampiri Luna.

“Terima kasih! Kau pasangan kontrakku yang pertama yang melakukan ini seperti seorang istri melayani suaminya."

“Terima kasih, tuan.”

William kemudian mengenakan kemejanya sedangkan Luna keluar untuk menyiapkan sarapan. Walau ia tahu William sudah pasti tidak sempat sarapan. Namun, ia berinisiatif membuatkannya bekal agar William bisa memakannya nanti di jalan atau di kantor.

Luna membuatkan sandwich dan kopi lalu menaruhnya di kotak makanan dan kopinya ia masukan ke dalam termos khusus. Tak lama William keluar dengan dasi yang masih menggantung di kerah bajunya.

“Luna!"

“Iya tuan!" Luna segera menghampiri William sambil membawa kotak makanan serta kopinya dan ia taruh di tas khusus bekal.

"Tolong pasangkan dasiku,” ujar William saat Luna di hadapannya. Luna meletakkan tas bekalnya di meja lalu memasangkan dasinya.

“Sudah, tuan!” Luna tersenyum sambil masih sedikit merapikan dasinya. William mengecup kening Luna dan mengusap pipinya.

“Aku berangkat!”

“Oh ya! Ini untuk tuan. Jangan lupa sarapan tuan.” William memandang Luna penuh arti lalu sekali mengecup kening Luna.

“Terima kasih. Kamu menginginkan sesuatu.”

“Iya tuan!”

“Apa itu! Katakan.”

“Aku ingin tuan memelukku sebelum berangkat ke kantor.” William mengerutkan dahinya dan hanya pasrah saat Luna sudah memeluknya lebih dulu.

‘Cup.’ Luna mengecup pipi William dan tersenyum.

“Aku berangkat. Hati-hati berangkat kuliah.” Luna mengangguk kemudian William keluar dari apartemen.

Jantung William tiba-tiba berdetak tidak seperti biasanya. Ada rasa yang menggelitik di dalam dadanya. Apakah ia mulai jatuh hati dengan pasangan kontraknya kali ini? Entahlah.

“Aluna Shera!” gumam William tersenyum saat berada di lift.

William terus tersenyum dalam hati saat mengingat wajah Luna. Gadis yang beberapa hari ini memberikannya kehangatan dan sudah sukses membuat dirinya takjub dengan sikapnya yang pintar memuaskan dirinya, saat di atas tempat tidur, bahkan memanjakan perutnya dan kebutuhan lainnya.

William tiba di lobby apartemennya dan melihat Mark serta sopir pribadinya yang sudah menunggunya dari tadi. William hanya berdehem memberi tanda agar segera berangkat. Keduanya bergegas berlari kecil mengikuti langkah William. sang sopir keluar lebih dulu dan membukakan pintu mobilnya.

“Mark! Apa saja jadwal ku hari ini?" tanya William sebelum masuk kedalam mobil.

“Meeting di grand tower green bersama tuan Daniel.”

“Oh! Oke.”

William masuk kedalam mobil di ikuti Mark masuk di bagian depan di samping. kemudian sang sopir masuk di bagian kemudi lalu menekan pedal gas mobilnya menuju kantor.

sepanjang jalan William tersenyum sendiri, sampai-sampai Mark dan sopirnya saling pandang. Sepertinya bosnya itu sedang bahagia.

“Sepertinya Anda sedang bahagia pagi ini, tuan?” tanya Mark. William tersenyum sekilas melihat Mark.

“Ya, kau benar. Aku sedang bahagia saat ini. Gadis yang dibawa Ronald, kali mempunyai paket komplit.” William Mariah tas kecil berisikan kotak makanan dan termos kopinya dan tersenyum.

Mark paham maksud William. Sudah pasti gadis itu sudah sangat memuaskan bosnya.

Sementara itu Luna membersihkan semua sudut ruangan apartemen William. Mulai dari kamar sampai ruang depan. setelahnya ia merapikan stok makanan dan sayuran di dalam lemari pendingin dan juga mengumpulkan baju-baju kotor milik William dan memasukkan kedalam kantong khusus dan nanti akan ia bawa ke jasa cuci baju.

Luna mandi dan bersiap untuk berangkat kuliah. Luan berangkat kuliah di jemput oleh sopir pribadinya. Luna beralasan beberapa hari ini tinggal di apartemennya hanya ingin fokus mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Sangat kebetulan Luna juga mempunyai unit apartemen yang sama dengan William hanya saja beda lantai.

“Non! Apa hari ini Nona akan pulang ke rumah?" tanya sang sopir pada Luna.

“Belum tau, pak! Kenapa? Apa Papa sudah kembali dari Jerman?"

“Sudah, Non. Tadi pagi, tuan besar menanyakan Anda. Tetapi Maria bilang, Anda saat ini tinggal di apartemen.”

“Ya sudah! Nanti saya usahakan untuk pulang lebih cepat.” Sang sopir hanya mengangguk melihat Luna dari kaca mobilnya. Selang beberapa menit Luna sudah sampai di kampusnya.

“Hai! Luna!” panggil seseorang saat Luna turun dari mobil.

“Andrian? Tumben udah di kampus?"

“Iya nih! Tugasku belum selesai. Lihat Tugas kamu dong!” Rengek Adrian.

Adrian adalah kekasih Luna. Mereka pacaran semenjak sama-sama masuk bangku kuliah. Namun, sifat Adrian yang masih kekanak-kanakkan membuat Luna terkadang jengah dan menambah Luna semakin bosan. Bagaimana ia bisa bermanja sedangkan Adrian justru lebih manja darinya. Sedangkan Luna mencari tempat untuk bisa bermanja.

Luna menghembuskan nafasnya sedikit kasar lalu memberikan buku tugasnya. Adrian begitu bahagia saat Luna masih mau membantunya. Mereka berjalan masuk kedalam kampus menuju kelasnya.

Dari kejauhan salah satu teman Luna memperhatikan cara Luna berjalan yang sedikit berbeda. Luna tampak menahan sakit. Adrian yang berjalan di sampingnya pun merasakan ada yang berbeda.

“Kamu kenapa, Lun?" tanya Salah satu temannya saat Luna dan Adrian sampai di depan pintu kelasnya.

“Gak apa-apa!"

“Terus Kenapa jalan kamu kayak gitu?”

“Em ... lagi ini. Em ... datang bulan. Biasa perut bagian bawah sakit." dalih Luna lalu masuk ke dalam kelasnya.

Adrian dan temannya yang bernama Paula itu juga masuk ke dalam kelas. Luna duduk sambil membaca buku dan membiarkan Adrian menyalin tugasnya.

Waktu terus berjalan hingga saatnya Luna dan Teman-temannya pulang kuliah. Luna berjalan di samping Adrian sambil mengirim pesan untuk William. Bahwa ia akan pulang sedikit terlambat.

"Tuan. Maafkan saya, mungkin saya pulang sedikit terlambat. Saya harus mengerjakan tugas bersama teman-teman di kafe. Sekalian makan malam di sana.” begitu isi pesan Luna untuk William.

“Di cafe mana?" balas William.

“Kafe DAPUR MAMI.”

“Ok!"

Luna tersenyum, Rupanya tuannya itu sangat pengertian. Jika dirinya juga mempunyai kegiatan selain memuaskannya. Luna sengaja berbohong jika ingin mengerjakan tugas, Sebab ia ingin menemui sang Papa yang baru saja pulang dari Jerman dan sudah menunggu di cafenya.

“Adrian! Aku pulang dulu ya!” Pamit Luna.

“Aku antar ya!”

“Gak usah … Aku mau ke toko buku.” bohong Luna yang tidak ingin tahu jika dirinya ingin ke kafenya.

“Ya sudah! Hati-hati ya!” Adrian hendak mencium pipi Luna. Namun Luna menghindar.

“Maaf Adrian, aku buru-buru! Bye." Luna buru-buru berlari kecil menuju mobilnya. Sedangkan Adrian hanya menghela nafas panjang Luna menolak ia cium. Karena selama pacaran mereka tidak pernah saling berciuman.

Terpopuler

Comments

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

putusin aja Adrian ... cowok koq manja, bikin repot ✌️🙏

2022-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!