Luna dan William duduk di sofa sambil menonton televisi. Luna menyandarkan kepalanya di pundak William sesekali mengusap lembut pipinya.
“Kenapa kamu diam, ceritakan kegiatanmu padaku,” ucap William meraih pinggang ramping Luna.
“Tidak ada yang istimewa tuan, saya kuliah dan kebetulan takdir mempertemukan saya dengan Anda.” Luna merebahkan kepalanya di pangkuan William.
Luna hanya ingin lebih dekat dengan William, entah mengapa di dekat William ia merasa diperhatikan. Perhatian yang tidak pernah ia dapatkan dari Papanya. Ia sadar perhatian yang di dapat dari William pastilah berbeda ada imbalan yang harus ia bayar dengan tubuhnya.
“Tuan! Boleh saya tahu tentang Anda?”
Luna melihat mata William begitu dalam. Rasa keingintahuan Luna tentang kehidupan pribadi William sangat terlihat jelas di mata William. Akan tetapi, William tidak mungkin menceritakan semua masalah pribadinya dan kehidupan pribadinya.William tersenyum lalu membuang pandangannya melihat televisi.
“Jaga batasanmu sayang, cukup dirimu tahu aku tuanmu, tugasmu memuaskanku bukan mengetahui kehidupan pribadiku.”
William melihat Luna yang merasa bersalah tidak menjaga jarak dan tau statusnya. William memaklumi gadis seusia Luna sudah pasti keingintahuannya pasti tinggi.
“Maaf tuan.”
Luna kemudian bangkit dari pangkuan William dan menuju dapur. Sejak kapan dirinya ingin tahu kehidupan orang lain. Apa dirinya sudah tertarik dengan pria yang sudah membayar mahal padanya?
“Bodoh! Kenapa aku harus menanyakan hal itu? Ya ... aku memang bodoh sudah merelakan semuanya untuk dirinya, cukup Luna! tujuanmu hanya mencari kesenangan,” batin Luna sambil membuat coklat panas untuk William.
William menatap gadis yang tengah berdiri di pantry dapur miliknya dan sedang membuat sesuatu, William memperhatikan mimik wajah Luna yang merasa bersalah sudah bertanya tentang kehidupan pribadinya. Akan tetapi William tidak mau tahu perasaan gadis tersebut. Yang terpenting dirinya sudah membayar mahal.
Luna berjalan sambil membawa cokelat panasnya dan meletakkannya di meja di depan William.
“Silahkan tuan, saya minta maaf atas kelancangan saya menanyakan kehidupan pribadi tuan!” ucap Luna memilin ujung kemejanya yang kebesaran karena kemeja yang ia kenakan milik William.
“Pulanglah, Besok sore datang lagi kemari!.” Luna menatap tidak percaya, rupanya laki-laki di depannya ini bisa berubah menjadi dingin tidak sehangat saat di atas tempat tidur. Luna semakin kecewa karena ia berharap William bisa menjadi tempat sandaran keluh kesahnya.
“Baik tuan. Permisi.” Luna kemudian menuju kamar untuk mengganti bajunya. Mungkin Luna memang salah tidak seharusnya menanyakan kehidupan pribadinya, apa lagi mereka baru saja saling mengenal.
“Tuan! saya permisi,” Pamit Luna mengulurkan tangannya. William melihat Luna begitu dalam, selama ini tidak ada yang berani mengulurkan tangan padanya kecuali rekan bisnisnya. Luna merasa uluran tangannya diabaikan ia pun memberanikan diri meraih dan mencium punggung tangan William.
Ada perasaan lain muncul di hati William ketika melihat Luna mencium punggung tangannya. Rasa seperti di hargai dan di hormati.
“Permisi Tuan!” Pamit Luna lagi kemudian melangkah meninggalkan William, namun saat Luna hendak memegang kenop Pintu tiba-tiba William meraih lengannya dan terhempas di pelukannya. William memeluknya dengan erat seolah menemukan sesuatu yang hilang.
“Jangan pergi tetap di sini.”
“Tuan, tolong lepaskan saya, saya tidak bisa bernafas!” Seru Luna yang hampir sesak nafas karena William begitu erat memeluknya.
Luna bingung melihat raut wajah William yang kini menatapnya penuh arti.
“Tuan, tuan kenapa? Apa saya salah lagi?” William justru langsung memeluk Luna.
“Jangan pergi!” Luna tersenyum dan akhirnya mereka berakhir di atas tempat tidur kembali.
Ada perasaan heran di hati Luna kenapa tiba-tiba laki-laki di atasnya saat ini berubah begitu cepat. Apa yang membuatnya berubah. Tatapan begitu lembut tidak seperti pertama kali yang begitu buas.
Pagi hari William bangun dan melihat Luna sedang berjalan ke arah kamar mandi dengan susah payah karena pangkal pahanya terasa sakit, akibat ulahnya. Walau William melakukan dengan lembut, tetapi ini adalah pengalaman pertama bagi Luna dan sungguh menyakitkan.
“Kau bisa jalan?” suara berat itu terdengar, membuat Luna sedikit terkejut dan berhenti melangkah lalu menoleh ke arah William yang sedang tidur miring memperhatikan dirinya.
“Tuan, tuan sudah bangun?”
William tak menjawab iya bangkit dari tidurnya dan menghampiri Luna. Luna menahan tawa melihat William yang tidak mengenakan apapun dan bagian intinya terlihat mengecil.
“Kamu kenapa?” William melihat Luna yang menahan tawa. William melihat dirinya sendiri dan paham yang di maksud Luna.
“Tidak usah tertawa, ayo!” ajak William membopong Luna masuk ke kamar mandi, dan mereka mandi bersama.
Setelah mandi mereka mengganti baju kemudian Luna keluar kamar dan menuju dapur dan membuat sarapan dan tidak lupa membuatkan kopi untuk William.
“Tuan ini sandwich-nya.” Luna memberikan piring berisikan sandwich untuk William.
“Hm.”
William sekilas melihat Luna yang duduk di sampingnya. William memandangi wajah cantik Luna. Gadis muda yang hadir dengan segala keunikannya dan berbeda dengan wanita yang pernah ia kontrak menjadi pasangannya dahulu.
Pasangan kontraknya dahulu hanya mementingkan uang setelah memberikan kepuasan ranjang untuknya. Sementara Luna bukan hanya di tempat tidur bahkan perutnya pun Luna puaskan.
Lamunannya William buyar saat ponselnya berbunyi. William melihat nama yang tertera di layar ponselnya yang ternyata adalah Mamanya.
“Mama,” Gumamnya lalu membuka pesan dari Mamanya.
“Kapan kamu pulang nak, Mama mau kenalin kamu sama anak teman Mama. Namanya Sonya.”
“Nanti sore William pulang Ma, terserah Mama, yang jelas William gak suka dijodohin.”
Begitu isi pesan antara William dan Mamanya. William kemudian memandangi Luna kembali sambil menyeruput kopinya.
“Kenapa kamu diam, ceritakan keluarga dan keseharianmu padaku,” ucap William di sela sarapannya
“Em ... bukankah hubungan kita sebatas saling memuaskan tuan, bukankah tuan sendiri tidak ingin bercerita hal-hal pribadi.”
William terdiam seolah ucapan kemarin berbalik pada dirinya sendiri. Luna melihat William terdiam pun menjadi serba salah. Kemarin tidak ingin membahas masalah pribadi kenapa sekarang justru ingin tahu pribadinya.
“Saya bersedia. Jika tuan tidak keberatan mendengar keluh kesah saya yang mungkin akan membuat tuan bosan.”
William masih diam dan asyik menikmati sandwich buatan Luna dan membiarkan Luna mengoceh, hanya sesekali melihat Luna sambil mengangguk tanda ia siap mendengarkan.
“Saya kuliah tuan, saya mempunyai Kakak laki-laki seusia Anda, Papa Saya bekerja, Saya tinggal di..., di kosan,” ujar Luna sempat memikirkan tempat tinggalnya, tidak mungkin ia membuka semua identitasnya.
“Mama saya sudah meninggal, sebenarnya saya ingin mempunyai Mama lagi tapi, papa tidak mau menikah lagi.”
“Mulai sekarang tidak usah memikirkan Mama baru untuk bermanja-manja. Bermanja saja denganku.”
“Apa boleh, tuan?”
“Tentu. Tapi kamu juga harus memanjakanku seperti tadi malam!”
“Baik tuan! Terima kasih.” Luna begitu bahagia dan langsung mengecup pipi William.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
orang" yang kurang perhatian dan kasih sayang 😒
2022-09-18
1
Firanda Firdaus
Kok sepi komentar se, ayolah habis baca di komentari hhhh, komentar agak nyolot sah sah aja kali ya? penting sesuai alur,
2022-09-18
0
Firanda Firdaus
Salah fokus aku tadi, pas Luna bilangnya seperti kakak saya, aku pikir seperti kakek saya. Eh, jadi setua apa william hhhh,
permasalahan apapun akan selesai di atas ranjang, sudah anu anu beres wes hhhh...
mbayangne Luna lihar anunya William, kalau aku jadi Luna enak dimainin anunya ahahaha... otak mulai konslet, sek aku nulis dulu.
2022-09-18
0