Sudah dua pekan berlalu sejak hari di mana Noah mengucapkan ikrar suci untuk mempersunting Sea sebagai istrinya. Lebih tepatnya istri sebatas status, sebab hingga kini gadis itu belum dipenuhi nafkah batinnya oleh sang suami. Semakin menyedihkan sebab Sea merasa jika dirinya seperti tak dianggap kehadirannya oleh Noah, suaminya.
Mengapa hubungan kita semakin jauh, Mas. Keluh Sea dalam hatinya saat melihat sisi ranjang di sampingnya masih kosong meski jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Setelah menghela napas berkali-kali, menghirup banyak oksigen yang bisa sedikit melegakan sesak di dadanya, hingga kedua netra indahnya terpejam karena kantuk yang tak bisa lagi ia bendung.
Paginya Sea bangun lebih lama dari biasanya. Selain karena semalam ia tidur cukup larut, hari ini adalah hari ke 2 gadis cantik itu kedatangan tamu bulanannya. Dengan perut yang terasa keram sebagai efek dari tamu tak diundangnya, Sea memaksakan dirinya untuk bangun. Sebagai seorang istri meskipun tak dianggap, Sea tak pernah lalai dari tugasnya.
Diliriknya sisi lain dari ranjangnya yang semalam dalam keadaan rapi saat ia tinggalkan tidur, pagi ini sisi ranjang itu sedikit berantakan. Hal ini sukses membuat kedua sudut bibir Sea tertarik membentuk sebuah senyuman.
Syukurlah, Mas Noah semalam pulang. Batinnya bersorak gembira saat tahu pria yang sudah 3 malam ia nantikan kehadirannya akhirnya kembali.
Bergegas ia turun dari tempat tidur, keram di perutnya seakan sirna karena hatinya kini sedang berbunga-bunga. Seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya lalu mengusir rasa sakit itu. Senyumnya lagi-lagi merekah hanya karena melihat pakaian kotor suaminya sudah berada pada tempatnya. Kehadiran suaminya yang sejak hari pernikahan selalu dia nantikan terasa semakin nyata.
Sekarang aku hanya harus bergegas bersiap, jangan sampai Mas Noah menunggu. Tangannya dengan cekatan melepaskan kancing piamanya sembari bertekad dalam hati.
Tak butuh waktu lama gadis cantik itu bersiap. Wajahnya memang tak pernah ia poles secara berlebihan, tampilan sederhananya semakin menambah pesona seorang Sea. Ia patut dirinya sekali lagi di depan cermin, memastikan jika penampilannya sudah cukup menarik untuk meraih perhatian sang suami.
“Ayo Sea, semangat! Yakinlah jika hati Mas Noah akan segera luluh.” Satu tangannya mengepal ke udara guna menyemangati dirinya sendiri.
Tap ...
Tap ...
Tap ...
Bunyi derap langkah kaki Sea yang terburu-buru rupanya menarik perhatian sepasang paruh baya yang sedang menikmati sarapannya.
“Pagi Pa.” Ia kecup punggung tangan Ayah mertuanya, lalu lanjut mengecup pipi Ibu Mertuanya.
“Pagi Ma," sapanya sembari memindai keadaan di sekitar meja makan, tak ada tanda-tanda suaminya di sana.
Apa semua yang kulihat di kamar hanya halusinasiku? Batin Sea dengan tubuh yang berdiri mematung.
Mami Joanna menyadari dan memahami apa yang dicari menantunya.
“Jika kamu mencari suamimu, dia sudah berangkat ke rumah sakit 30 menit yang lalu,” tutur Mami Joanna.
Dengan raut wajah penuh penyesalan, Sea mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang kosong. Entah ke mana semua kupu-kupu yang tadi terus membuatnya tersenyum. Bunga-bunga yang tadi sempat bermekaran di hatinya juga layu seketika. Hilang sudah harapannya untuk bisa sekedar menatap wajah tampan suaminya yang ia rindukan.
......................
Hari ini akan menjadi hari terakhir Sea bisa bersantai di rumah, sebab besok pengantin baru itu akan kembali lagi menjalani jadwal perkuliahan yang cukup padat. Tak ingin hari ini berakhir sia-sia, setelah berperang dengan semua keraguannya akhirnya Sea memutuskan untuk menemui suaminya di rumah sakit tempat pria itu bekerja.
Senja menjelang saat Sea tiba di depan bangunan megah sebuah rumah sakit swasta, Rumah Sakit Pelita Harapan. Keraguan yang tadinya telah sirna kini kembali menahan langkah kaki Sea untuk bergegas masuk dan melepas rindunya pada Noah.
Pintu mobil yang tadinya sudah ia buka kembali lagi ia tutup. “Apa sebaiknya aku pulang saja dan menunggu Mas Noah di rumah seperti biasanya?”
“Ya, sepertinya lebih baik aku pulang,” monolognya. “Menemui suami di tempatnya bekerja, akan memberiku kesan sebagai istri yang posesif,” imbuhnya.
Baru saja tangannya menyalakan lagi mesin mobilnya, sosok yang ia cari tertangkap oleh netranya. Tanpa diperintah, Sea kembali mematikan mesin mobilnya lalu melangkah turun dari sana. Bagai seorang penguntit, ia mengikuti langkah Noah yang berjalan dan mengobrol dengan rekan sejawat dan juga sahabat Noah yang Sea kenal bernama Dokter Sandy Ortis.
Langkahnya terhenti ketika Noah masuk ke ruang UGD. Melihat Noah yang langsung disibukkan dengan memeriksa para pasien yang terbaring lemah di atas bangkar, membuat Sea mengurungkan niatnya untuk menemui suaminya.
Sepertinya aku harus puas hanya dengan memandangnya dari jauh saja, batin Sea.
Meski begitu Sea merasa langkah kakinya teramat berat untuk pergi dari sana. Rindunya teramat besar dan sepertinya tak akan cukup jika hanya memandanginya dari kejauhan.
Tak ingin terlihat begitu menyedihkan, Sea memutuskan untuk pulang lalu menunggu Noah di rumah seperti yang telah ia lakukan 2 minggu terakhir.
Sayangnya baru saja ia berbalik badan, Sea dikejutkan dengan kehadiran Dokter Owen yang tersenyum sangat manis padanya.
“Do-do-dokter,” sapanya terbata-bata.
“Sea ... mau menemui Noah yah?” Tanya Dokter Owen.
Sea menggelengkan kepalanya. “Aku baru saja menemui Mas Noah, dan sekarang akan pulang,” jawab Sea.
“Baiklah, kamu hati-hati yah.” Tangan Owen tanpa sadar mengusap lembut puncak kepala Sea.
Sea hanya mengangguk, merapikan tatanan rambutnya yang baru saja di rusak oleh Owen, sahabat Noah yang lain. Setelah itu ia bergegas pulang ke rumah, Sea tak ingin Noah menyadari kehadirannya di rumah sakit.
......................
Keesokan paginya Sea kembali bersemangat untuk mengawali harinya. Bagaimana tidak, saat ia membuka mata, yang pertama kali dilihatnya adalah wajah tampan suaminya yang sedang terlelap. Tanpa sadar tangannya terulur untuk membelai wajah tampan Noah, bisa ia rasakan ada bulu-bulu halus yang mulai tumbuh di bawah dagu pria yang ia rindukan ini.
Mas, aku merindukanmu. Walaupun sangat sulit, tapi aku akan berusaha bertahan dengan rumah tangga kita. Batin Sea.
Sayang sekali Sea tak bisa lebih lama memanjakan kedua netranya, sebab pagi ini adalah hari pertama ia akan kembali berkuliah setelah izin selama 2 minggu karena pernikahannya. Bergegas ia bersiap, tak ingin terlambat di hari pertamanya kuliah. Selain itu Sea juga sudah merindukan sahabat-sahabatnya.
Betapa terkejutnya Sea, saat ia selesai bersiap di saat yang sama suaminya masuk ke kamar dengan penampilan yang sudah rapi.
Sejak kapan dan di mana Mas Noah bersiap? Tanya Sea dalam hati.
“Jangan melamun!” Tegur Noah.
“Cepatlah bersiap! Mami memintaku mengantarmu ke kampus,” imbuhnya.
Sea merutuki betapa bodoh dirinya yang tiba-tiba saja tak bisa berucap apa pun. Bahkan setelah Noah sudah beranjak pergi, Sea masih mematung. Tak percaya jika hari ini akan tiba, Noah akan mengantarnya ke kampus.
Bodoh! Bodoh! Mengapa kau membisu Sea, harusnya kau bisa mengajak Noah mengobrol! Gerutu Sea dalam hati.
......................
Hening.
Berbeda dengan pengantin baru pada umumnya. Sea dan Noah, pasangan suami istri baru itu terus saja saling diam selama perjalanan menuju kampus Sea. Satu jam waktu yang mereka lewatkan dengan percuma, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Setelah keheningan panjang, mobil yang dikemudikan oleh Noah akhirnya menepi tepat di depan gerbang kampus Sea. Tak lupa wanita itu mencium punggung tangan suaminya saat hendak turun dari mobil.
“Aku kuliah dulu, Mas. Aku akan usahakan berada di rumah sebelum kamu pulang bekerja,” pamit Sea yang tak mendapat balasan dari Noah. Setelah memastikan Sea turun, barulah Noah melajukan kembali mobilnya.
“Permisi Nona,” seru seorang pria yang berhasil menghentikan langkah Sea.
“Ya, ada apa?”
“Ini ...” pria itu menyodorkan selembar kertas. Dari yang Sea baca, kertas itu berisi promosi sebuah kafe.
“Sebelumnya perkenalkan aku Alfio,” tangan pria itu terulur ingin mengajak Sea berkenalan.
“Aku Sea,” balas Sea menyambut uluran tangan pria itu.
“Aku pemilik kafe di seberang. Hari ini adalah hari pembukaan kafeku, jika ada waktu mampirlah siang nanti,” ajaknya.
“Baiklah Alfio, terima kasih atas tawarannya.” Balas Sea dengan senyum yang sangat manis di mata Alfio.
Tanpa Sea atau Alfio duga, dari kejauhan ada sosok pria yang menatap interaksi keduanya. Kening Noah mengernyit saat melihat gadis yang berstatus istrinya itu dihampiri oleh seorang pria yang wajahnya cukup tak asing.
“Apa yang dibicarakan keduanya? Siapa pria itu?”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
kan gue jadi kepo..
2023-02-21
1
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
nah loh penasaran kan apa yg diomongin, sm kita jg penasaran, 🤭
2023-02-20
1
🍒⃞⃟🦅🥑⃟🔥owlucup🦉𝐕⃝⃟🏴☠️
nah kan ada Alfio dn Owen yg skapny lbih lmbut
2023-01-16
0