“Saya terima nikahnya dan kawinnya Seanna Filia binti Septian dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”
“Bagaimana para saksi?” tanya penghulu. “Sah?”
“Sah,” jawab dua orang saksi dari kedua pihak mempelai.
“Alhamdulillah, Sah.” Ucap penghulu pada akhirnya mengundang sorak sorai para tamu undangan yang kebanyakan berseragam perawat dan dokter dari rumah sakit tempat sang mempelai pria bekerja.
Untaian doa-doa pernikahan yang begitu indah memanjakan telinga siapa saja yang mendengarnya, mendamaikan hati siapa saja yang tengah dilanda kegundahan, untaian doa yang berisikan permohonan Ridha dari Ilahi Robbi atas janji suci pernikahan yang baru saja terikrar.
Janji suci Noah Myles untuk menikahi seorang wanita bernama Seanna Filia menjadi istrinya.
Mengambil alih segala dosa Seanna yang seharusnya menjadi tanggung jawab sang ayah, kini akan menjadi tanggung jawabnya.
Tidak hanya itu, Noah pun kini telah berjanji untuk memberi nafkah, membimbing agama, memanjakan wanita yang telah menjadi istrinya, menjaga wanita itu baik di dunia maupun di akhirat, dan janji untuk menjadi pelindung utama bagi Seanna, istrinya.
Kini semua janji itu telah menjadi tugas yang berada di bahunya. Sayangnya janji yang seharusnya suci tanpa paksaan, diikrarkan Noah dengan enggan dan terpaksa.
Hal itu tentu disadari oleh kedua orang tua Noah dan juga si mempelai wanita, hingga luruhlah air mata membasahi pipi Sea yang telah dipoles dengan riasan dan menambah kecantikannya berkali-kali lipat.
Tangisan Sea pecah, terdengar menggugah hati banyak para tamu undangan yang dibuat haru saat momen-momen wanita itu sungkem pada kedua mertuanya.
Semua tahu siapa Seanna, gadis malang yang kehilangan orang tua saat berusia 17 tahun. Putri tunggal pasangan Almarhum Septian dan Almarhumah Namira, satu-satunya pewaris dari Seas Industries.
Tiga tahun lalu gadis ini dijemput oleh kedua orang tua Noah yang merupakan sahabat sekaligus orang kepercayaan mendiang orang tua Seanna. Gadis itu dengan berat hati harus meninggalkan tempat ternyaman di hidupnya, yaitu kediamannya yang berada di pesisir pantai pulau B. Meninggalkan Mbok Sum, pengasuhnya sejak kecil yang harus tinggal di sana demi merawat kediaman yang ia tinggalkan.
Semua karena amanat dari kedua orang tuanya yang meminta Seanna kelak menjadi pemimpin Seas Industries.
Namun di balik semua suasana haru yang tercipta, tak ada yang tahu jika tangisan yang saat ini berlinang dari pelupuk mata Sea adalah tangisan kesedihan.
Bukan tangisan bahagia seperti yang para tamu pikirkan. Bukan pula tangisan haru seperti para mempelai wanita lainnya rasakan.
Benaknya terus mengingat kepada apa yang terjadi tiga hari yang lalu. Selama Sea mengenal Noah, malam itu untuk pertama kalinya ia melihat pria itu membantah ucapan orang tuanya.
“Aku tak akan menikahi wanita pembunuh itu!” begitu katanya.
Telunjuk Noah mengarah tepat ke wajah Sea kala itu.
“Siapa yang kamu sebut pembunuh Mas? Aku?” balas Sea kala itu.
“Aku tak pernah merasa menjadi pembunuh seperti yang kamu tuduhkan Mas, jadi aku tak akan pernah mundur dari pernikahan kita.”
Kedua manik mata Noah menatap Sea dengan tajam kala itu. Namun wanita itu berusaha menguatkan dirinya. Sea tampak tak gentar dengan tekanan yang diberikan Noah. Bukan karena ia keras kepala, tapi jika ia mundur itu berarti dirinya mengakui segala yang dituduhkan Noah padanya.
Semua pikiran-pikiran inilah yang membuat air mata Sea terus mengalir tanpa henti ketika momen sungkeman tiba.
“Mami, maafkan Sea jika belum bisa memenuhi harapan Mami,” Ucapnya pada Joanna, Ibunda Noah yang kini berstatus sebagai ibu mertuanya.
“Ssttt ... jangan menyalahkan dirimu sayang,” balas Mami Joanna. “Mami tahu kamu telah mengorbankan perasaanmu.”
“Sebagai orang tuamu, Mami mohon percayalah pada kekuatan sabar Nak,” nasehat Mami Joanna.
“Mami yakin suatu saat Noah akan bisa menerimamu dan mencintaimu dengan tulus,” imbuhnya.
Sea mengangguk patuh, dua wanita berbeda usia itu larut dalam tangis untuk saling menguatkan.
Sementara dari sudut matanya Sea bisa melihat bagaimana Noah yang diam membisu saat prosesi sungkeman.
Tak ada resepsi pernikahan seperti yang telah direncanakan. Noah menolak dengan tegas karena dirinya masih dalam suasana berkabung setelah kehilangan kekasih untuk selamanya.
Pernikahan yang seharusnya masih dua hari lagi juga terpaksa dipercepat atas keinginan ayah Noah, Peter Myles.
Tamu undangan yang awalnya direncanakan berjumlah ribuan orang, kini merosot hanya sekitar 50 orang saja. Sebagian besar tamu yang hadir hanya berasal dari rekan kerja Noah serta karyawan dari Seas Industries yang kini masih dipimpin oleh Ayah Peter.
Begitu miris nasib Sea sebagai pengantin baru. Setelah semua rangkaian acara selesai, saat semua para tamu sudah beranjak pergi di saat yang sama kesepian kembali menyelimuti wanita itu sebab pria yang sudah berstatus suaminya juga bergegas pergi entah ke mana.
......................
Pagi harinya, di saat lelah masih menguasai tubuhnya bergegas Sea bangun dari tidur lelapnya untuk menunaikan kewajibannya sebagai wanita Muslimah.
Rona merah muda menghiasi pipinya saat melihat ada sosok pria yang ia cintai sedang tidur dengan lelap di ranjang yang sama dengannya. Pria yang sejak kemarin sudah berstatus sebagai suaminya, pria yang telah halal baginya.
Berusaha untuk bergerak sepelan mungkin, Sea berusaha agar tak mengusik tidur suaminya.
“Suami,” gumamnya lirih diiringi senyuman yang sangat manis dari bibirnya.
Setelah menunaikan ibadah Shalat subuh, Seanna duduk bersimpuh memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa agar pernikahannya senantiasa di Ridhoi oleh-Nya.
Sea percaya, jika ia bersungguh-sungguh maka Allah SWT, Yang Maha membolak-balikkan perasaan manusia akan melihat hal itu dan bukan tak mungkin jika atas izin-Nya, suaminya akan mulai membuka hati untuk dirinya.
Maka sebelum suaminya terjaga dari lelapnya, dengan cekatan Sea menyiapkan segala keperluan yang akan dibutuhkan Noah untuk bekerja.
Mulai dari pakaian, tas kerja, hingga sepatu Noah sudah ditata rapi pada tempat yang dapat dengan mudah dilihat oleh pria itu.
Sea juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Sekecil apa pun itu, jika menurutnya hal tersebut adalah tugas seorang istri maka akan ia kerjakan dengan sungguh-sungguh.
“Pagi Mami,” sapanya.
“Pagi cantik, bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanya Mami Joanna.
Sebagai wanita dewasa, Sea tentu tahu maksud pertanyaan Mami Joanna. Jika bertanya pada wanita lain yang juga baru menikah sehari sebelumnya, Sea yakin wanita itu akan tersipu malu saat mendapat pertanyaan seperti itu.
Sayangnya, Sea tak termasuk dalam kategori wanita seperti itu. Sejak kemarin hingga hari ini, belum ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir Noah.
Melihat menantunya melamun karena pertanyaannya, Mami Joanna jadi merasa bersalah.
“Hei ... jangan kamu pikirkan. Hari ini kamu masih libur kuliah kan?” tanyanya.
Sea mengangguk.
“Kalau begitu ikut Mami ...” ajaknya.
“Mami akan ajari kamu bagaimana taklukkan sang raja rimba,” imbuh Mami Joanna.
Wanita paruh baya itu juga mengaum mengikuti auman seekor singa membuat Sea akhirnya tertawa.
Interaksi keduanya mendapat perhatian dari sosok Noah yang sudah rapi dan hendak berangkat bekerja.
“Ekhemm ...”
Sontak saja atensi kedua wanita itu terpusat pada sumber suara.
“Noah, kamu mau ke mana Nak?” tanya Mami Joanna.
“Bekerja, Mi.”Jawabnya singkat.
Sementara Sea, wanita itu kini berdiri mematung menatap suaminya. Ia gigit bibirnya yang bergetar menahan tangis.
Baik pakaian, sepatu, maupun tas yang telah ia siapkan, tak ada satu pun yang digunakan oleh Noah. Jelas sekali jika pria itu sedang menegur Sea dengan penolakan yang ia lakukan kini.
“Bekerja katamu? Bekerja di hari pertama setelah menikah?” pekik Mami Joanna tak setuju dengan apa yang hendak dilakukan putranya.
“Memangnya kenapa Mi? Ada yang salah?”
“Ya tentu saja sal-“ ucapan Mami Joanna terjeda sebab tangannya digenggam erat oleh Sea.
“Tak apa Mi, Mas Noah kan seorang dokter. Ada pasien yang lebih membutuhkan kehadiran Mas Noah,” Sela Sea.
Noah yang mendapat pembelaan dari istrinya bukannya berterima kasih, malah pria itu mendengus kesal pada Sea.
Meski hati Sea sebenarnya enggan untuk menerima, namun ia tak akan goyah. Akan ia tunjukkan pada Noah, jika setinggi apa pun Noah membangun dinding pemisah di antara mereka namun kesabaran akan selalu mampu untuk merobohkannya.
Aku percaya suatu saat kamu akan melihat ke arahku Mas, tidak sekarang tapi semoga secepatnya akan begitu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
semangat Sea.. jangan menyerah
2023-02-20
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Semangat Sea, yakinlah satu saat Noah akan tunduk sm kamu, 😌
2023-02-20
1
🍒⃞⃟🦅🥑⃟🔥owlucup🦉𝐕⃝⃟🏴☠️
hrs stok sbr yg bnyak y Sea 😁
2023-01-16
0