Dengan derai air mata yang luruh sendirinya, Sea mulai melajukan mobilnya menjauhi area rumah sakit.
Langit mendung dengan awan kelabu, diikuti derasnya hujan yang semula hanya berupa rintik-rintik saja sepertinya selaras dengan hati Sea yang sedang dilanda kesedihan luar biasa.
“Lihatlah, bahkan semesta pun mendukungku untuk menangis,” gumam Sea.
Wanita itu merasa iri pada langit yang dengan bebasnya menampakkan petir dan menyuarakan gemuruh yang bersahut-sahutan. Sungguh berbeda dengan dirinya yang tak pernah bisa mengatakan isi hatinya yang sebenarnya.
Mobilnya ia lajukan dengan perlahan karena hujan yang semakin deras cukup mengganggu jarak pandangnya, selain itu alasan sebenarnya sebab kini wanita itu tak punya tujuan hendak pergi ke mana untuk menenangkan hatinya.
Jika biasanya di saat sedang butuh ketenangan Sea akan pergi ke pantai, kali ini hal itu tak dapat ia wujudkan. Derasnya hujan tak mengizinkan wanita itu untuk ke sana.
Hingga ia memutuskan untuk terus mengemudi tanpa tahu tujuannya. Yang pasti ia tak akan pulang sekarang, Seanna belum siap jika harus diberondong dengan berbagai pertanyaan oleh kedua calon mertuanya.
Satu jam mengemudi tanpa arah dan tujuan, entah mengapa Sea mendapati dirinya kini berhenti di depan sebuah kafe yang tak asing.
Kafe yang dua hari lalu ia kunjungi. Kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Aneesa, kekasih Noah yang kini telah tiada.
Berkali-kali ia tarik napas panjang, berharap banyak oksigen yang bisa ia hirup dan berhasil mengurangi sesak di dadanya. Sayangnya semua usahanya itu percuma.
Bagai ada godam yang menghantam tepat di dadanya hingga membuatnya merasakan sesak yang luar biasa menyiksa.
Namun entah mengapa, meski begitu Sea tetap melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kafe dan duduk di tempat yang sama seperti saat dua hari lalu ia kemari.
Aneh, kenapa aku kemari? Tanyanya dalam hati.
Setelah memesan segelas jus juga sepiring roti isi, Sea kembali melamun. Pikirannya menerawang kembali ke kejadian dua hari yang lalu.
Suara rintik hujan dari luar kafe layaknya melodi yang mengiringi langkahnya ke peristiwa 2 hari yang lalu.
......................
Sore itu, Sea baru saja selesai berendam di bathtub guna melepas penat setelah seharian ini ia dan calon mertuanya mempersiapkan segala hal untuk pernikahannya yang akan digelar seminggu lagi.
Saat itu Sea sedang menyusun kembali undangan pernikahan yang rencananya akan ia sebarkan besok di kampus, namun kegiatannya itu harus terhenti saat ponselnya berdering.
“Siapa yah?” gumam Sea saat melihat nomor tak dikenal tampak di layar ponselnya.
Bukan kebiasaan Sea untuk menerima panggilan dari nomor telepon yang tak ia kenali, namun kala itu entah mengapa hati dan pikirannya menginstruksikan Sea untuk menjawab panggilan tersebut.
“Halo,” sapa Sea ramah pada si penelepon.
“Ha-ha-halo,” balas seorang wanita di seberang sana dengan ragu-ragu.
“Benarkan ini nomor ponsel Nona Seanna Filia?” lanjut wanita itu bertanya.
“Ya, aku Seanna. Maaf anda siapa? Dan ada keperluan apa menghubungiku?”
“Bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu,” pintanya.
“Bertemu? Bahkan saya tidak tahu Anda siapa Nona,” balas Sea masih sangat ramah.
“Memangnya ada keperluan apa hingga Anda mengajak saya bertemu?” tanya Sea.
“Saya ingin membicarakan mengenai kekasih saya,” jawabnya.
“Kekasih Anda?” tanya Sea yang semakin tak paham dengan arah pembicaraan wanita asing yang menghubunginya.
“Ya ... kekasih saya, pria yang akan menikah dengan Anda seminggu lagi,” ungkap wanita itu.
Sontak tubuh Sea mematung. Lidahnya pun terasa keluh untuk menjawab ucapan wanita si penelepon tadi. Setetes demi setetes air mata mulai jatuh membasahi pipinya tanpa permisi.
Kekasih? Apa Mas Noah memang telah memiliki kekasih? Lalu bagaimana dengan pernikahan kami? Batin Sea.
“Saya akan memberikan alamat kafe tempat saya akan menunggu Anda. Anda harus datang, kita harus selesaikan semua ini!” Ujar wanita yang menghubungi Sea dengan tegas, sangat berbeda dengan saat pertama kali panggilan itu terhubung.
Panggilan lalu diputuskan sepihak oleh si penelepon diiringi dengan sebuah pesan singkat berisi nama kafe juga alamat kafe tersebut.
“Apa aku harus ke sana yah? Tapi bagaimana jika wanita itu hanya berbohong?” gumam Sea.
Tiga tahun mengenal Noah, tinggal bersama di kediaman keluarga Noah, keduanya tak pernah merasa cukup dekat untuk membicarakan mengenai kehidupan pribadi masing-masing. Hal itulah yang membuat Sea hanya berani mencintai calon suaminya dalam diam.
Noah, pria dengan sikap yang sangat acuh, sangat sibuk dengan profesinya sebagai seorang dokter, juga sangat tertutup bahkan kepada kedua orang tuanya, begitulah penilaian Sea terhadap calon suaminya.
Namun karena alasan itu pula, akhirnya Sea merasa perlu untuk menemui wanita yang baru saja menghubunginya.
“Jika Mas Noah tak ingin jujur, maka biar aku sendiri yang cari tahu kebenarannya,“ ujar Sea dengan bertekad.
Tanpa pikir panjang, kala itu Sea bergegas pergi menemui wanita yang belum ia ketahui jelas identitasnya. Sea bahkan berbohong pada kedua calon mertuanya jika dirinya harus ke kampus untuk mengumpulkan tugasnya.
......................
Jelas di ingatan Sea saat pertama kali ia membuka pintu kafe 2 hari yang lalu. Di saat yang bersamaan seorang wanita cantik dengan penampilan yang sangat anggun berdiri lalu melambaikan tangan padanya.
Terbersit perasaan rendah diri dalam benak Sea saat membandingkan dirinya dengan wanita yang kemudian memperkenalkan diri bernama Aneesa. Nama yang cantik sangat serasi dengan wajahnya.
Namun pujian Sea pada sosok Aneesa akhirnya ia hempaskan jauh-jauh setelah wanita itu dengan angkuhnya meminta Sea untuk menjauhi Noah.
“Pergilah, tinggalkan Noah. Kamu hanya parasit yang datang di kehidupan Noah. Kamu hanya beruntung sebab kedua orang tua Noah menjodohkan kamu dengannya,” ucap Aneesa menghina Sea.
Sea akhirnya sadar jika benar tak ada yang sempurna di dunia ini. Sayang sekali, kata-kata kasar seperti itu bisa terucap dari bibir wanita dengan paras yang nyaris sempurna.
“Apa hak Anda memintaku pergi? Mas Noah sendiri tak pernah memintaku untuk pergi,” balas Sea tak mau kalah.
“Entah kamu tak menyadarinya atau kamu terlalu bodoh untuk tahu jika Noah melakukan semua itu karena tak ingin menyakiti hati orang tuanya,” ujar Aneesa lagi.
Senyum mengembang di wajah cantik milik Sea. “Terima kasih telah memberi tahuku fakta itu. Saya semakin yakin untuk melanjutkan rencana pernikahan kami.”
“Saya semakin yakin jika Mas Noah adalah pria yang tepat untuk menjadi ayah dari putra putri kami kelak. Mas Noah, pria yang patuh pada kedua orang tuanya, bukankah pria seperti ini yang menjadi idaman setiap wanita,” ungkap Sea.
“Saya tak akan meminta atau memaksa Anda untuk menjauhi Mas Noah, itu semua adalah hak Anda.”
“Saya hanya memperingatkan Anda saja Nona, jika saya tak akan berhenti berusaha untuk membuat Mas Noah membalas cinta saya yang sangat besar untuknya,” ujar Sea.
“Saya yakin dengan usaha dan doa dari kedua calon mertua saya, Mas Noah pasti bisa menerima cinta saya untuk berlabuh di hatinya.”
Tanpa menunggu balasan dari Aneesa, Sea segera pamit dan undur diri dari tempat itu.
Dengan langkah yang percaya diri ia pergi meninggalkan kafe meski sebenarnya dalam hati kini ia menangis setelah mengetahui fakta jika hati pria yang ia cintai sudah menjadi milik wanita lain.
......................
Keesokan harinya setelah pertemuannya dengan Aneesa, Seanna sebenarnya berniat untuk membicarakan hal ini pada Noah.
Semalam suntuk ia berpikir keras jika dirinya haruskah ia mengakui perasaannya pada Noah hari ini.
Sea sudah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan cinta yang ia pendam selama 3 tahun.
Wanita itu berharap setidaknya Noah bisa memberinya kesempatan untuk membuktikan perasaannya.
Sea ingat bagaimana kakinya bergetar hebat kala ia berdiri mematung di depan pintu kamar Noah pagi itu.
Saat tangannya hendak mengetuk pintu, di saat yang sama pula Noah membuka pintu dengan raut wajah yang sangat sulit Sea artikan.
“Sea, ada apa?” tanya Noah.
“Begini Mas, a-a-aku ingin bicarakan sesuatu denganmu,” jawab Sea.
“Maaf Sea, aku sedang terburu-buru. Bisakah kita bicarakan lain kali?" Tolak Noah.
Melihat raut wajah gelisah, cemas, panik, juga kesedihan di wajah Noah membuat Sea akhirnya mengangguk setuju.
“Apa semua baik-baik saja?” tanya Sea ragu.
Noah tak menjawabnya, pria itu hanya menatap dalam pada kedua manik mata Sea sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Sea yang berdiri mematung.
......................
Hanya berselang empat jam setelah pertemuannya dengan Noah pagi itu, kini wajah cantik Sea kembali dihiasi senyuman saat ponselnya berdering dan nama Noah terpampang pada layar gawainya.
Sea yang sedang makan bersama dengan kedua sahabatnya di kantin kampus, bergegas menjauh untuk mencari tempat yang cukup sepi lalu menerima panggilan dari calon suaminya.
“Halo Mas,” sapanya dengan bersemangat.
“KAU!” terdengar suara bentakan Noah dari seberang telepon.
Sontak saja Sea merasakan dingin di sekujur tubuhnya setelah mendapatkan bentakan yang tiba-tiba dari Noah.
“Apa yang telah kau lakukan, huh?!” tanya Noah, masih dengan bentakannya yang membuat Sea membatu di tempatnya.
“Mengapa kamu membunuh kekasihku?!” Lanjut Noah meneriaki Sea.
Dan .... duaaaarrr!!!!!
Seperti ada bom yang baru saja meledak di atas kepala Sea.
Membunuh? Aku pembunuh?
Sejak detik itu pula di mata Noah, Sea bukan lagi gadis yatim-piatu yang polos dan kesepian.
Sea tak ubahnya gadis licik dan menjadi tersangka utama yang menyebabkan kekasihnya, Aneesa bunuh diri.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
pembunuh yg sebenarnya masih berkeliaran 😅
2023-02-20
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
penasaran jadi nya,
2023-02-20
1
@Risa Virgo Always Beautiful
Kasihan kamu Sea kalau Noah selingkuh
2023-02-20
1