📢📢📢 MINTA DUKUNGANNYA YA BESTIE UNTUK NOVEL INI YANG SEDANG MENGIKUTI LOMBA #100%KEKASIH IDEAL 💜
***
“Yaaa, bisa tidak kau duduk saja di sana. Aku ini sedang bekerja, jangan merecokiku. Tahu?” omel Briana sambil menatap galak ke arah pria yang sejak tadi terus menempel padanya.
Tak ada jawaban. Ternyata selain lupa ingatan, pria ini juga sangat irit bicara. Hal ini tentu saja membuat Briana semakin merasa frustasi. Kalau saja tak memandang rasa kemanusiaan, sudah sejak tadi Briana mengusirnya pergi dari café. Dia benar-benar sudah sangat kesal sekarang. Bagaimana tidak kesal. Saat café sedang ramai-ramainya, pria ini malah terus menempel padanya seperti permen karet. Padahal sebelum berangkat kemari Briana telah mengancam akan memotong tangan dan kakinya jika pria ini berani merusuh. Namun, sepertinya ancaman tersebut tidak berguna sama sekali karena pria ini bahkan tidak merasa takut sedikitpun saat Briana berkata akan menempelkan kuali panas ke bokongnya.
“Astaga, lama-lama aku bisa gila. Kau ini ya!”
Julia yang baru selesai mengelap meja buru-buru masuk ke dalam saat mendengar suara teriakan Briana. Dia kemudian terbengang kaget melihat Briana yang sedang mengacungkan sutil ke arah Lu, si pria yang tidak ingat apapun tentang identitasnya. Nama panggilan ini sengaja di pilih oleh Briana karena Lu berarti lupa. Agak aneh sih, tapi cukup sesuai mengingat sikap Briana yang terkadang lumayan nyeleneh juga. Hihihi.
“Julia, aku rasa aku perlu istirahat sekarang. Sepertinya tensi darahku naik gara-gara manusia satu ini. Kesal sekali aku dibuatnya,” ucap Briana bersungut-sungut sambil melepas apron yang di pakainya. Setelah itu Briana segera menyambar tasnya kemudian berjalan pergi tanpa menunggu jawaban apakah Julia mengizinkannya pulang atau tidak. Masa bodo. Dia sudah tak peduli lagi.
“Lu, cepat susul Briana. Kau mau tidur dimana kalau dia sampai meninggalkanmu di sini?” ucap Julia meminta Lu agar segera menyusul sahabatnya yang pergi dalam kondisi marah.
“Baiklah, Nona. Aku permisi,” sahut Lu dengan sopan. Setengah berlari dia mengejar Briana yang sudah berjalan jauh di depan.
“Haihhh, kasihan sekali mereka. Yang satu menjadi beban, yang satunya lagi emosian. Semoga saja malam ini Lu tidak mati di tangan Briana,” gumam Julia sebelum kembali menyelesaikan pekerjaan yang masih tersisa.
Sementara itu di jalan, Briana yang tahu kalau Lu kembali mengikutinya pulang ke rumah nampak terdiam sambil memikirkan sesuatu. Sesekali ekor matanya melirik ke arah Lu yang berjalan tak jauh darinya. Hingga tak lama kemudian Briana tiba-tiba menyeringai. Dia telah menemukan cara agar Lu tidak mengikutinya pulang ke rumah.
Maafkan aku, Tuhan. Aku terpaksa meninggalkan pria lupa ingatan ini di pinggir jalan karena aku sudah tak kuat lagi menampungnya. Aku harap Kau mau mengerti keputusan ini, Tuhan.
Tepat ketika Briana sampai di persimpangan jalan, dia memilih jalan yang bukan menuju rumahnya. Setelah itu dia berlari kencang lalu bersembunyi di balik tanaman bonsai berukuran besar. Lu yang tidak menyangka kalau Briana akan meninggalkannya segera berlari lurus ke depan tanpa terpikir kalau dia sedang di kerjai. Dan begitu Lu melewati tempat persembunyiannya, Briana segera keluar dan kembali menuju jalan yang tadi. Bak di kejar setan, Briana berlari menuju rumahnya. Dia lalu jatuh terduduk di depan pintu dengan nafas yang terengah-engah.
“Hahhh hahh, akhirnya dia pergi juga,” ujar Briana lega.
Khawatir Lu kembali, Briana segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Dia lalu melemparkan tasnya asal dan membiarkan sepatunya teronggok di belakang pintu. Gerah karena berkeringat, Briana memutuskan untuk segera membersihkan tubuhnya. Rasanya sungguh melegakan karena akhirnya Briana bisa terbebas dari permen karet yang seharian ini terus memacu emosinya.
Tepat ketika Briana keluar dari dalam kamar mandi, terdengar suara guntur saling bersahutan di langit. Untuk beberapa saat lamanya Briana diam terpaku memikirkan keadaan Lu yang masih berada di luaran sana. Hatinya sedikit gelisah membayangkan bagimana jika pria itu tidak menemukan tempat untuk berteduh.
“Ah, masa bodo. Lagipula di luaran sana ada banyak sekali tempat untuk singgah. Ya kali dia kehujanan,” ujar Briana mencoba meyakinkan diri kalau Lu pasti akan baik-baik saja. Dia kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang saat hujan mulai turun dengan derasnya.
Baru juga mata Briana akan terpejam, terdengar suara pintu yang di ketuk dari luar. Seketika Briana menjadi waspada, menerka-nerka siapa orang yang datang bertamu di waktu hujan seperti ini. Namun karena suara ketukan pintu terus terdengar, Briana terpaksa memilih untuk membukanya. Khawatir itu adalah perbuatan orang jahat, Briana tak lupa membawa gagang payung sebagai alat untuk melindungi diri. Dan ….
Ceklek
“K_kau?? Ba-bagaimana bisa kau kembali lagi ke sini?”
Meskipun hujan hanya disertai kilat, tapi Briana merasa seperti tersambar petir melihat Lu yang berdiri di depan pintu rumahnya dalam keadaan basah kuyup bermandikan air hujan. Saking syoknya, Briana sampai tak sadar gagang payung yang di pegangnya terlepas begitu dia melihat kemunculan pria ini.
“Nona, aku kedinginan. Tolong biarkan aku masuk,” ucap Lu dengan suara gemetar. Tubuhnya nampak menggigil kedinginan dan bibirnya memucat.
“Ha?"
Briana mengerjapkan mata. Tak tega melihat Lu yang menggigil kedinginan, dengan perasaan campur aduk Briana akhirnya mempersilahkan Lu masuk ke dalam rumah. Setelah itu Briana memintanya agar segera membilas tubuh di dalam kamar mandi, sementara dia sendiri sibuk mengobrak-abrik isi lemari untuk mencarikan pakaian ganti.
“Sebenarnya dia itu berasal dari planet mana sih. Bisa-bisanya ya dia kembali ke rumah ini setelah aku meninggalkannya di jalanan. Apa jangan-jangan Lu hanya pura-pura lupa ingatan saja agar bisa menumpang hidup gratis padaku? Argghhh, sial. Sepertinya aku perlu menyelidiki hal ini. Haihhh,” gumam Briana sambil menatap ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.
Tak lama kemudian Lu keluar hanya dengan memakai handuk sebatas pinggang. Briana yang melihat hal itupun nampak cuek-cuek saja. Dia sama sekali tidak merasa risih meski ini adalah kali pertama dia melihat seorang pria bertelanjang dada. Karena di mata Briana, uang itu jauh lebih menggoda ketimbang deretan roti sobek yang ada di perutnya Lu.
“Pakai baju itu sekarang. Jangan mentang-mentang tubuhmu keren lalu kau bisa seenaknya pamer padaku. Asal kau tahu saja ya. Aku sama sekali tidak tertarik padamu. Huh!” ucap Briana cetus sambil melemparkan satu stel pakaian ke arah Lu. Setelah itu dia naik ke atas ranjang lalu menyelimuti tubuhnya hingga menyisakan bagian wajah saja.
“Nona, kenapa tadi kau meninggalkan aku?” tanya Lu.
“Diamlah, jangan berisik. Aku ingin istirahat,” jawab Briana berkilah. Briana tak menyangka Lu sadar kalau dia sengaja meninggalkannya.
“Aku tidak mau pergi dari sini. Aku ingin terus tinggal denganmu,”
“Terserah kau mau bagaimana. Lebih baik sekarang kau tidur dan jangan menggangguku lagi.”
“Aku tidur dimana?"
“Di langit,” sahut Briana sambil melemparkan bantal dan selimut ke arah Lu. Sambil bersungut-sungut, dia bangun dan mengambil selimut lain dari dalam lemari. “Nah, kau jadikan badcover ini sebagai alas tidur. Awas saja kalau kau masih berani mengeluh. Aku akan langsung mendepakmu keluar dari rumahku. Paham?”
Lu mengangguk patuh. Dia segera menggelar badcover di samping ranjang lalu merebahkan tubuhnya di sana. Tak butuh waktu lama, Lu sudah tengelam dalam dunia mimpinya. Mengabaikan Briana yang tengah memperhatikannya sambil memeluk selimut.
Kira-kira cara apa yang harus aku gunakan untuk mengusir parasit ini ya? Aku benar-benar bisa gila kalau dia terus tinggal di sini. Ya Tuhan ….
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
astaga Bri bar bar sekali anda 🤣🤣🤣
2023-02-19
0
tris tanto
visualnya gmn mereka thor
2023-02-16
0
Lia
ngajak parah😂
2023-02-14
0