Cuma anak sopir

"Nggak usah sedih seperti itu Fabian. Gadis itu sudah pergi meninggalkanmu, itu artinya dia bukan jodohmu." Pak Damar duduk di sisi Fabian.

Fabian menatap ayahnya lekat.

"Tapi kenapa dia harus pergi Pa." Wajah Fabian sejak tadi, masih di selimuti kesedihan.

Wanita yang di cintainya sekarang pergi meninggalkannya. Fabian tidak tahu, untuk alasan apa Mentari pergi.

"Mungkin, selama ini dia tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Atau mungkin, dia sudah punya lelaki lain yang lebih dia cintai dari pada kamu," ucap Pak Damar.

"Nggak mungkin Pa. Dia setia sama aku. Nggak mungkin dia pergi ninggalin aku hanya karena ada lelaki lain."

"Fabian. Tapi kenyataannya dia sudah pergi ninggalin kamu. Untuk apa kamu fikirin wanita itu. Sekarang yang harus kamu fikirkan adalah masa depan kamu. Bukan wanita itu."

Fabian diam. Saat ini, dia memang benar-benar hancur. Fabian bingung dengan apa yang harus dia lakukan sekarang. Mungkinkah dia akan mencari Mentari. Dia saja tidak tahu kemana Mentari pergi.

"Fabian. Kamu nggak usah khawatirkan soal pernikahan ini. Karena pernikahan ini, akan tetap di laksanakan, tanpa Mentari," ucap Pak Damar yang membuat Fabian terkejut.

Fabian membelalakan matanya. Tidak tahu apa maksud ucapan ayahnya.

"Maksud papa apa?" tanya Fabian.

"Papa akan nikahkan kamu dengan Syanum."

"Apa? menikah dengan Syanum?" Fabian menatap ayahnya tajam.

Dia tidak menyangka kalau ayahnya punya fikiran untuk menikahkan dirinya dengan Syanum anak dari Pak Herman sopir pribadi di rumah Fabian.

"Iya. Syanum akan menjadi istri pengganti buat kamu."

"Nggak. Aku nggak mau menikah dengan Syanum. Papa ini gimana sih. Syanum itu kan cuma anak sopir pa. Apa pantas dia untukku. Dan aku juga tidak mencintainya. Pokoknya aku nggak mau nikah sama Syanum." Fabian menolak mentah-mentah keinginan ayahnya itu.

Siapa yang mau menikah dengan wanita yang sama sekali tidak di cintainya. Fabian dan Syanum saja, baru saling mengenal.

"Fabian. Sekarang kamu harus menurut dengan papa. Kamu harus menikah dengan Syanum. Papa sudah bilang ke penghulu. Dan masalah surat-surat, bisa kan menyusul."

"Tapi aku nggak mau Pa. Syanum itu cuma anak seorang sopir. Dia tidak pantas untuk aku. Dan papa apa nggak malu, punya menantu seorang pembantu?"

"Fabian. Papa mohon, untuk kali ini, kamu harus turuti keinginan papa. Kamu harus menikah dengan Syanum. Syanum itu gadis yang baik. Dan yang pasti, dia tidak akan pernah meninggalkan kamu seperti Mentari."

"Tapi aku tetap nggak mau."

"Kamu nggak bisa menolak keinginan papa untuk menikahi Syanum. Mau sampai kapan kamu menunggu Mentari. Usia kamu itu sudah matang untuk menikah. Lalu, kamu mau menunggu apa lagi Fabian. Wanita seperti apa lagi yang kamu inginkan?"

"Pa, kayak nggak ada wanita lain aja sih Pa. Kenapa harus Syanum. Aku tetap nggak mau nikah sama dia."

"Pokoknya papa nggak mau tahu. Kamu harus tetap menikah dengan Syanum. Kalau tidak, papa akan cabut semua fasilitas yang kamu miliki sekarang."

Fabian tidak bisa menolak lagi keinginan ayahnya. Dia akhirnya menurut juga untuk menikah dengan anak sopirnya.

***

Syanum, gadis dari kampung itu, adalah anak Pak Herman. Pak Herman sudah bekerja lama di rumah Pak Damar. Menjadi seorang sopir.

Syanum di bawa Pak Herman ke Jakarta, karena ibu Syanum di kampung sudah meninggal. Pak Herman tidak tega meninggalkan anaknya sendiri di kampung. Makanya Pak Herman membawa Syanum ke rumah majikannya untuk bantu-bantu di sana.

"Papa yakin, akan menikahkan anak kita dengan Syanum?"

Bu Reva mendekat ke arah suaminya.

"Iya Ma."

"Tapi Pa, mereka itu kan tidak saling mencintai. Untuk apa kita menikahkan mereka. Bagaimana kalau Fabian tidak bahagia dengan pernikahannya nanti."

"Ma, papa nggak mau pernikahan ini sampai gagal. Papa ingin pernikahan ini berjalan dengan lancar. Papa nggak mau malu Ma. Coba mama lihat, di depan. Banyak sekali tamu-tamu kita. Apa kita akan membubarkan acara ini dan mengatakan pada mereka kalau pengantin wanita kabur?"

Bu Reva tampak berfikir. Benar juga apa yang di katakan suaminya. Tidak mungkin juga mereka akan membubarkan acarnya hanya karena pengantin wanitanya kabur.

"Tapi, papa sudah bicara dengan anak kita Fabian?" Bu Reva menatap Pak Damar lekat.

"Sudah."

"Terus? apa jawaban Fabian?"

"Dia menolak. Tapi papa tetap akan paksa dia untuk menikah dengan Syanum. Karena tidak ada cara lain lagi Ma."

"Tapi, apa anak kita akan bahagia jika menikah tanpa cinta. Apalagi dia menikah dengan Syanum anak seorang sopir."

"Papa ngga pernah memandang status sosial seseorang Ma. Yang penting bagi papa, Syanum itu anak orang baik-baik. Papa sudah mengenal Pak Herman sangat lama. Dia orang yang sangat jujur dan pekerja keras. Dan mungkin, Syanum anaknya juga memiliki sifat yang sama dengan ayanya."

"Tapi mama tetap nggak setuju Pa. Syanum itu anaknya sopir. Pasti Fabian akan sangat malu, kalau punya istri pembantu seperti Syanum."

"Sudahlah Ma. Mama turuti aja apa kata papa. Papa ingin pernikahan ini berjalan dengan semestinya."

"Tapi Pa, kita kan belum mengenal betul siapa Syanum. Dia saja baru kan tinggal dengan keluarga kita."

"Sudahlah. Mama lebih baik diam. Nggak usah ikut campur. Biar papa yang ngurus masalah ini."

"Tapi Pa. Papa nggak kasihan sama Fabian. Dia itu cuma cinta sama Mentari. Bukan sama Syanum."

"Ma, apa mama nggak ingat. Kalau kita dulu juga menikah tanpa cinta. Kita menikah karena di jodohkan. Iyakan? Tapi sekarang, kita saling mencintai. Bahkan kita sudah memiliki Dila dan Fabian."

Bu Reva diam.

"Papa yakin, kalau Fabian dan Syanum sudah menikah, pasti mereka juga lama-lama bisa saling cinta. Seperti kita. Percaya sajalah Ma, sama papa."

"Iya deh...iya. Mama sih, terserah papa aja."

"Ya udah. Kita temui Syanum di kamar. Sekarang Luna pasti sudah menyulap Syanum menjadi cantik."

Bu Reva hanya mengangguk. Dia pasrah saja dengan keinginan suaminya. Walau sebenarnya dia tidak begitu menyukai Syanum.

Bu Reva dan Pak Damar kemudian melangkah naik ke lantai atas untuk melihat calon mempelai wanitanya.

"Siapa yang merias Syanum?" tanya Bu Reva.

"Papa suruh Luna merias Syanum."

"Lalu bajunya?"

"Papa ambil di lemari Dila. Baju kebaya Dila."

"Papa. Kenapa papa ambil baju Dila. Bagaimana kalau Dila tahu, bajunya di pakai anaknya Pak Herman. Bisa marah besar nanti Dila."

"Sudahlah, mama ngga usah banyak bicara. Nurut aja sama papa. Biar pernikahan ini, berjalan dengan lancar tanpa membuat para tamu kecewa."

Bu Reva hanya mengangguk. Dia hanya bisa mengiyakan ucapan suaminya saja. Karena suaminya itu lelaki yang keras kepala.

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

ngos2an bacanya 🥴

2022-11-10

0

Nani kusmiati

Nani kusmiati

semoga syanum dan Fabian berjodoh,lanjut author 👍👍👍

2022-09-15

1

lihat semua
Episodes
1 Kacau
2 Cuma anak sopir
3 Fabian meninggalkan rumah
4 Cuma istri pengganti
5 Mencari Mentari
6 Gadis kampung
7 Kecelakaan pesawat
8 Khawatir
9 Ke pemakaman Kak Ridho
10 Siuman
11 Kondisi Dila
12 Keberadaan Mentari
13 Kepulangan Dila dari rumah sakit
14 Tak Di Anggap
15 Kesabaran seorang istri
16 Kemarahan papa
17 Aira
18 Ancaman untuk Fabian
19 Tidur satu kamar.
20 Tangisan Dila
21 Wanita siapa yang kau bawa
22 Ke rumah sakit
23 Kekhawatiran Bu Reva
24 Sinisnya Fabian.
25 Istri menyusahkan
26 Minta maaf
27 Suami manja
28 Mimpi
29 Bertemu Aira
30 Tumpangan
31 Penuturan Lisa
32 Pingsan.
33 Mengungkit kata cerai.
34 Telponan dengan Aira.
35 Pembatas
36 Di usir dari rumah
37 Berakhirnya kesalahpahaman.
38 Perubahan Dila
39 Bukan Cinderella
40 Mentari sakit
41 Berbohong
42 Ternyata istri bos.
43 Makan siang di kantor Fabian.
44 Perasaan Aira
45 Cemas
46 Tes pack
47 Donor darah
48 Mencoba kabur
49 Rindu
50 Ke rumah Pak Riko
51 Rencana Bulan Madu
52 Makan malam di rumah
53 Pengakuan Fabian.
54 Berkemas
55 Masa lalu
56 Bulan madu pertama
57 Pertemuan Mario dengan Aira.
58 Pulang ke rumah
59 Kedatangan Ryan
60 Kenalan
61 Bukan yang pertama
62 Tidur di kamar pembantu
63 Pencarian orang hilang
64 Kesedihan Pak Riko.
65 Pulang
66 Hati yang terbakar.
67 Pura-pura
68 Jambret
69 Kedatangan Luna
70 Fabian pergi
71 Bertemu Mentari
72 Desakan Pak Riko
73 Cerita Fabian.
74 Malam yang berbuah manis.
75 Malam pertama
76 Tanda merah
77 Kedatangan Oma dan Opa
78 Lingerie dari Luna
79 Ke kampung
80 Tidur seranjang
81 Firasat
82 Kepergian ayah
83 Hamil.
84 Semobil dengan mantan
85 Kejujuran
86 Kemarahan Fabian
87 Menjadi pendengar yang baik
88 Menemui Luna
89 Ingin melupakan
90 Untuk apa difikirin
91 Demam
92 Syoknya Aira
93 Keributan di kantin
94 Pak Damar menemui Mentari
95 Ke Butik.
96 Fabian tanpa Syanum
97 Periksa kandungan
98 Perasaan Abi
99 Galau
100 Bujukan Papa mertua
101 Tangisan di tengah malam
102 Kegeraman Luna.
103 Ingatan Fabian pada Syanum
104 Kedatangan Bu Reva dan Luna
105 Di labrak Mama
106 Pertengkaran Aira dan Mentari.
107 Kematian Pak Riko
108 Pertemuan Syanum dan Abi
109 Bukan hanya ancaman
110 Permintaan Syanum.
111 Kebersamaan Ryan dan Syanum
112 Sikap aneh Fabian.
113 Foto untuk ancaman
114 Kakak menyebalkan.
115 Pendarahan.
116 Bayi tak berdosa
117 Mengikuti Kak Dila.
118 Benar-benar cemburu
119 Harapan yang sia-sia
120 Siapa ayah kandung Dani
121 Bunga untuk Syanum
122 Wanita sombong
123 Ke rumah Mario
124 Pertemuan Bu Adela dengan Mentari
125 Membayar hutang
126 Melahirkan
127 Prematur
128 Kejutan di pagi hari
129 Penyesalan Fabian.
130 Cinta itu butuh perjuangan
131 Pertemuan Mentari dengan Syanum
132 Malu
133 Kemarahan Mentari
134 Tamu di sore hari
135 Mario koma
136 Hari paling bahagia
137 Season 2 Pulang ke rumah
138 Lagi-lagi ribut.
139 Percakapan singkat Fadlan dan Mentari.
140 Keromantisan sore ini.
141 Syarat dari Mentari
142 Perasaan Ryan
143 Penolakan Mario.
144 Bertemu lagi
145 mesumnya Fabian.
146 Masalah Aletta.
147 Baby sitter untuk Firen
148 Kegalauan Ryan
149 Menghilangnya Firen.
150 Penculikan bayi.
151 Minta tebusan
152 Kabar buruk
153 Perubahan Mario
154 Kepulangan Pak Damar
155 Kepergian Dani
156 Penangkapan Mentari
157 Promo novel baru
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kacau
2
Cuma anak sopir
3
Fabian meninggalkan rumah
4
Cuma istri pengganti
5
Mencari Mentari
6
Gadis kampung
7
Kecelakaan pesawat
8
Khawatir
9
Ke pemakaman Kak Ridho
10
Siuman
11
Kondisi Dila
12
Keberadaan Mentari
13
Kepulangan Dila dari rumah sakit
14
Tak Di Anggap
15
Kesabaran seorang istri
16
Kemarahan papa
17
Aira
18
Ancaman untuk Fabian
19
Tidur satu kamar.
20
Tangisan Dila
21
Wanita siapa yang kau bawa
22
Ke rumah sakit
23
Kekhawatiran Bu Reva
24
Sinisnya Fabian.
25
Istri menyusahkan
26
Minta maaf
27
Suami manja
28
Mimpi
29
Bertemu Aira
30
Tumpangan
31
Penuturan Lisa
32
Pingsan.
33
Mengungkit kata cerai.
34
Telponan dengan Aira.
35
Pembatas
36
Di usir dari rumah
37
Berakhirnya kesalahpahaman.
38
Perubahan Dila
39
Bukan Cinderella
40
Mentari sakit
41
Berbohong
42
Ternyata istri bos.
43
Makan siang di kantor Fabian.
44
Perasaan Aira
45
Cemas
46
Tes pack
47
Donor darah
48
Mencoba kabur
49
Rindu
50
Ke rumah Pak Riko
51
Rencana Bulan Madu
52
Makan malam di rumah
53
Pengakuan Fabian.
54
Berkemas
55
Masa lalu
56
Bulan madu pertama
57
Pertemuan Mario dengan Aira.
58
Pulang ke rumah
59
Kedatangan Ryan
60
Kenalan
61
Bukan yang pertama
62
Tidur di kamar pembantu
63
Pencarian orang hilang
64
Kesedihan Pak Riko.
65
Pulang
66
Hati yang terbakar.
67
Pura-pura
68
Jambret
69
Kedatangan Luna
70
Fabian pergi
71
Bertemu Mentari
72
Desakan Pak Riko
73
Cerita Fabian.
74
Malam yang berbuah manis.
75
Malam pertama
76
Tanda merah
77
Kedatangan Oma dan Opa
78
Lingerie dari Luna
79
Ke kampung
80
Tidur seranjang
81
Firasat
82
Kepergian ayah
83
Hamil.
84
Semobil dengan mantan
85
Kejujuran
86
Kemarahan Fabian
87
Menjadi pendengar yang baik
88
Menemui Luna
89
Ingin melupakan
90
Untuk apa difikirin
91
Demam
92
Syoknya Aira
93
Keributan di kantin
94
Pak Damar menemui Mentari
95
Ke Butik.
96
Fabian tanpa Syanum
97
Periksa kandungan
98
Perasaan Abi
99
Galau
100
Bujukan Papa mertua
101
Tangisan di tengah malam
102
Kegeraman Luna.
103
Ingatan Fabian pada Syanum
104
Kedatangan Bu Reva dan Luna
105
Di labrak Mama
106
Pertengkaran Aira dan Mentari.
107
Kematian Pak Riko
108
Pertemuan Syanum dan Abi
109
Bukan hanya ancaman
110
Permintaan Syanum.
111
Kebersamaan Ryan dan Syanum
112
Sikap aneh Fabian.
113
Foto untuk ancaman
114
Kakak menyebalkan.
115
Pendarahan.
116
Bayi tak berdosa
117
Mengikuti Kak Dila.
118
Benar-benar cemburu
119
Harapan yang sia-sia
120
Siapa ayah kandung Dani
121
Bunga untuk Syanum
122
Wanita sombong
123
Ke rumah Mario
124
Pertemuan Bu Adela dengan Mentari
125
Membayar hutang
126
Melahirkan
127
Prematur
128
Kejutan di pagi hari
129
Penyesalan Fabian.
130
Cinta itu butuh perjuangan
131
Pertemuan Mentari dengan Syanum
132
Malu
133
Kemarahan Mentari
134
Tamu di sore hari
135
Mario koma
136
Hari paling bahagia
137
Season 2 Pulang ke rumah
138
Lagi-lagi ribut.
139
Percakapan singkat Fadlan dan Mentari.
140
Keromantisan sore ini.
141
Syarat dari Mentari
142
Perasaan Ryan
143
Penolakan Mario.
144
Bertemu lagi
145
mesumnya Fabian.
146
Masalah Aletta.
147
Baby sitter untuk Firen
148
Kegalauan Ryan
149
Menghilangnya Firen.
150
Penculikan bayi.
151
Minta tebusan
152
Kabar buruk
153
Perubahan Mario
154
Kepulangan Pak Damar
155
Kepergian Dani
156
Penangkapan Mentari
157
Promo novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!