" Ibu, ibu. Ayo cepat, Migel l sudah tidak sabar untuk bermain." Pekik Migel sambil menarik tangan Imelda.
" Pelan pelan sayang.."
" Hore, bermain.."
Migel yang sudah tidak sabar, melepas tangan Imelda, dan berlari ke area playzone.
" Migel hati hati. Jangan sampai terjatuh.."
" Baik bu.."
Migel berteriak sambil menoleh ke arah Imelda.
Brak !!
Migel menabrak seseorang di hadapan nya.
" Migel..."
Imelda langsung berlari ke arah Migel.
" Migel tidak apa apa?" Tanya Imelda.
" Tidak apa apa bu, maafkan Migel."
" Sudah ayo."
Imelda membantu Migel berdiri, dan meminta maaf pada seseorang yang terlihat menelpon dan membelakangi mereka.
" Maafkan anak saya pak." Ucap Imelda.
" Iya, Migel tidak sengaja paman."
" Suara itu...." Gumam seseorang.
Dengan cepat seseorang itu berbalik badan..
" Imelda..."
" Bastian??"
Imelda terkejut. Bagaimana dia bisa bertemu dengan Bastian di sini.
" Bu, siapa paman ini?, apa ibu mengenalnya.?" Tanya Migel.
Bastian menatap Migel. Mata nya sangat mirip dengan Imelda.
" Dia??" Tanya Bastian.
" Bukan siapa siapa, ayo Imelda. Kita pergi. Sekali lagi maafkan Migel yang tidak sengaja menabrak anda." Ucap Imelda.
Bastian menatap nanar kepergian Imelda.
" Ibu, siapa dia?, paman tadi siapa?. Apa ibu mengenalnya?" Tanya Migel sambil sesekali melihat ke belakang.
" Ibu... ibu tidak mengenalnya. Sudah ayo cepat kita bermain."
" Asik..."
" Apa Imelda sudah menikah lagi?" Gumam Bastian.
Diam diam Bastian mengikuti Imelda dan Migel ke playzone. Bastian terus mengawasi mereka berdua.
" Anak itu, mungkin kah dia putra Imelda?"
Lalu, Akmal datang bersama Azam.
" Imelda, kau disini?" Tanya Akmal.
" Loh, mas Akmal juga kesini?"
" Iya, Azam ingin sekali bermain disini. Jadi aku mengajak nya kemari. Kalau kamu?"
" Itu, karena aku sudah janji akan membawa Migel ke sini jika aku sudah mempunyai cukup uang."
Imelda tersenyum tipis ke arah Akmal. Bastian merasa bahagia bisa melihat senyuman Imelda. Senyuman yang sangat di rindukan Bastian.
" Jika tau Migel akan ke sini. Kita kan bisa berangkat bersama." Ucap Akmal.
" Saya tidak enak hati." Jawap Imelda.
" Tidak perlu begitu. Azam dan Migel juga pasti akan senang jika kita pergi bersama."
" Ayah...."
Migel langsung berlari ke arah Akmal, dan memeluk nya.
" Ayah disini?, dimana kak Azam?"
" Lo, kalian belum bertemu?, Azam sudah masuk ke sana sejak tadi."
" Benarkah?"
" Ya.."
" Kalau begitu, aku akan mencari nya. bye ayah, bye ibu."
Migel melambaikan tangan kepada Imelda dan Akmal.
" Bye..." Jawap kedua nya.
" Imelda, ayo kita duduk disana sambil menunggu anak anak bermain." Tawar Akmal.
" Tidak. Aku disini saja."
" Apa kau akan terus berdiri sampai Migel selesai bermain? Bagaimana jika Migel akan bermain selama 3 jam. Apa kau akan terus berdiri disana?"
" Hehe, tidak juga."
" Ya sudah, ayo kita duduk dan bersantai disana."
" Baiklah."
Akhirnya Imelda mengikuti langkah kaki Akmal yang menuju sebuah kafe, yang menang ada, agar para orang tua tidak bosan menunggu anak nya bermain.
" Jadi, Imelda sudah menikah dan hidup bahagia. Syukurlah.." Lirih Bastian.
" Sayang kau sedang apa?" Ayu, istri Bastian menepuk bahunya.
" Ayu, mengagetkan ku saja."
" Haha, lagian kamu ngapain kesini. Lagi lihatin apa sih?"
" Ah, emm. itu. Aku hanya melihat anak anak bermain. Suatu saat jika kita punya anak, akan ku bawa bermain disini."
Ayu tersenyum kecut.
" Ayo kita pergi." Ayu menarik tangan Bastian.
" Hmm, baiklah. Ayo."
Sesekali Bastian masih menoleh ke arah Imelda yang sedang berbicara sambil bercanda tawa bersama Akmal.
" Ohya, kalau boleh tau. Mama Azam dimana?" Tanya Imelda dengan hati hati.
" Ada, dia selalu pergi ke luar kota untuk urusan bisnis keluarga nya. Diana adalah wanita pebisnis. Dia sangat suka bisnis. Karena itu. Aku yang menjaga Azam. Hanya sekali dalam beberapa bulan dia mau ikut pulang kesini bersama kami."
" Oh, aku belum pernah bertemu langsung dengam mbak Dian. Pasti orang nya sangat baik. Hingga dia mempunyai putra seperti Azam, yang sangat murah hati." Puji Imelda.
" Ya. Walau Dian sibuk dengan bisnisnya. Tapi dia selalu punya cara untuk membuat Azam bahagia. Dan mungkin juga diriku. Dia tau bagaimana cara menebus waktu bersama keluarga yang banyak terlewati."
" Contohnya..."
" Seperti saat waktu libur atau cuti. Dia benar benar memanfaatkan waktu bersama keluarga. Dia tidak sekalipun memegang gadget.
" Wow. Wanita idaman sekali."
" Haha, kau benar. Cantik, pebisnis yang hebat. Dan juga peduli pada keluarga."
" Beruntung sekali mas Akmal memiliki nya."
" Iya, aku sangat beruntung. Mungkin Dian yang tidak beruntung karena mendapat suami sepertiku, haha."
" Mas Akmal bisa aja."
" Kalau kisah mu, bagaimana ?"
" Tidak mungkin Mas Akmal tidak tau kan."
" Ya aku tau, tapi ingin dengar langsung dari narasumber nya."
"Mas Akmal seperti wartawan saja."
" Haha..., sudah ayo ceritakan tentangmu."
" Tidak ada yang menarik tentang hidupku, mas."
" Tidak apa apa. Ceritakan saja."
" Baiklah. Pernikahanku sangat bahagia, kami sepakat untuk tidak menunda kehamilan.Tapi, mertua tidak setuju, jika penerus keluarga mereka lahir dari kalangan miskin sepertiku. Jadi mereka memutus paksa ikatan diantara kami. Aku di usir dari rumah dalam keadaan hamil."
" Apa mereka tidak tau jika kau hamil?, terutama suami mu?"
" Tidak ada yang tau, apalagi diriku. Jadilah aku merawat Migel seorang dirimu. Masih baik, ada Bu Rara yang mau membantu dan menolongku. Beliau memberiku tempat bernaung saat aku tak tahu harus pergi kemana. Aku banyak berhutang budi pada beliau. Jika bukan karena beliau. Mungkin aku sudah jadi gelandangan sekarang."
Imelda tersenyum. Mencoba menepis kesedihan nya.
" Lalu orangtua mu?"
" Aku tidak punya keluarga mas. Aku besar di panti asuhan. Dan sekarang panti itu sudah berubah tempat menjadi pabrik pembuat pupuk. Kabar yang sempat ku dapat. Panti asuhan tempat ku dulu telah di gusur. Dan aku tidak tau lagi bagaimana nasip mereka. Semoga mereka selalu baik baik saja."
" Jadi kau membesarkan Migel seorang diri?"
" Ya bisa di bilang begitu."
" Wanita hebat."
" Ah, tidak juga."
Saat mereka masih bertukar pengalaman hidup, seseorang memanggil Imelda.
" Imelda ..."
Imelda mendongak, mencari asal suara yang memanggil nama nya.
" Hepi ?"
" Imelda , kau Imelda kan?"
" Kau Hepi kan?"
Hepi adalah teman masa kecil Imelda saat masih di panti asuhan.
" Ya, aku Imelda .."
" Dan aku Hepi"
Mereka saling berpelukan.
" Aku sangat merindukanmu." Bisik Hepi.
" Aku juga." Jawap Imelda.
" Bagaimana kabarmu?" Tanya Hepi.
" Aku baik. Dan kau, wow lihat penampilanmu sekarang. Sangat elegan."
" Hehe, iya. Aku menikah dengan manajer perusahaan ternama di kota XXX"
" Lalu, kenapa kau ada di sini?" Tanya Imelda.
" Aku ikut suami ku, dia ada meeting besar di kota ini. Jadi aku pikir aku akan mengunjungi panti. Namun ternyata panti kita sudah tidak ada."
" Ya, kau benar."
" Eh. Siapa dia?. Dia suami mu?"
" Bukan. Dia adalah tetangga, yang kebetulan bertemu disini."
" Oh, lalu dimana suami mu?"
Imelda tersenyum.
" Karena aku tidak punya ponsel, jadi mampirlah kerumah. Akan ku ceritakan nanti."
Imelda menuliskan alamat melalui ponsel Hepi.
" Baiklah. Aku akan datang."
" Terima kasih Hepi."
" Sama sama.., aku harus pergi. Suami ku mungkin mencari cari ku sekarang."
" Bye, aku tunggu kedatangan mu."
" Aku pasti datang."
Mereka kembali berpelukan sebelum akhirnya berpisah.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
mantap thor lanjut
2023-04-01
0