" Migel anak haram. Migel anak haram.."
" Jangan mau berteman dengan Migel . Dia anak haram."
" Ibu nya saja seorang p*lacur."
" Huu, Migel tidak punya ayah."
" Migel anak haram."
" AKU BUKAN ANAK HARAM."
Migel kesal, dan langsung meninju seorang anak.
" Argh, huhu huhu.. Akan ku adukan pada ibuku. Huhuhu..."
Anak yang kena pukul Migel , langsung menangis, dan berlari pulang.
Sedangkan anak-anak yang lain ketakutan melihat Migel . Akhirnya mereka membubarkan diri. Dan pulang ke rumah masing masing.
" Migel .., Sudah pulang nak?" Sapa Imelda
" Sudah bu.."
Migel meletakan keranjang yang biasa dia bawa untuk berjualan.
Imelda menghampiri Migel yang terlihat lesu.
" Hei boy, kenapa muka nya di tekuk begitu. Jadi jelek dong." Tanya Imelda sambil memegang kedua pipi nya.
" Bu, apa benar Migel anak haram?, apa benar Migel tidak punya Ayah?
Deg !!
Migel menanyakan hal ini lagi. Hampir setiap hari, dia menanyakan hal ini.
Apa yang harus aku katakan. Aku tau di luar sana, mereka semua memperolok mu.
Tapi apalah daya ku, memberitahu mu juga percuma.
Ayahmu tidak akan kembali pada ibu lagi.
" Nak..."
Brak
Brak
Brak
" Imelda keluar kamu.."
Brak
Brak
Brak
" Iya, keluar kamu Imelda ."
" Imelda .."
Belum sempat Imelda bicara dengan Migel, pintu rumah Imelda di ketuk orang.
Seperti nya Migel memukul temannya lagi dan Ini sudah ketiga kali nya dalam satu minggu, rumah Imelda kedatangan banyak tamu.
Bukan untuk bertamu. Melainkan untuk menghakimi Migel.
Ceklek..
" Heh, Imelda . Kamu itu gak bisa mendidik anak dengan benar ya?"
" Iya. Migel udah sering mukul temen temen nya. Pantas saja dia tidak punya kawan."
" Imelda , kamu itu gak punya moral apa?"
" Ya jelas tidak. la wong dia saja tidak berpendidikan, dan tidak punya moral. Lihat saja, dia bahkan hamil tanpa menikah."
" bla bla bla bla..."
Migel semakin memeluk Imelda dengan erat. Dia seakan menyalurkan kekuatan untuk ku membela diri.
" Bu, saya tegaskan sekali lagi. Saya hamil dengan suami. Dan kami cerai sebelum mengetahui jika saya hamil."
" Ah, alasan."
" Iya, pasti alasan."
Imelda ke dalam dan mengambil akte perceraian.
" Lihat. Bisa ibu lihat. Ini adalah akte perceraian saya."
" Halah, palingan ini hanya akal-akal dia saja."
" Jika memang benar. Pasti kamu di cerai karena kamu suka main serong. Iya kan?"
" Bu, saya tidak serendah itu." Sergah Imelda .
" Halah. Ngaku aja. Bukti nya, anak kamu jadi anak berandalan. Suka mukul teman nya."
" Itu karena mereka selalu memperolok Migel ."
" Memperolok apa?"
" Migel di katai anak haram."
" Lo, kan memang anak haram. Hamil dan melahirkan tanpa suami. Apa dong jika bukan anak haram."
Airmata tak dapat lagiImelda bendung. Imelda menangis sambil terus membela diri. Hingga seorang penyelamat datang.
" Ibu ibu, sudah. Jangan main bully." Ucap Bu Rara.
" Bu Rara jangan terkecoh dengan mula polos Imelda . Hati hati, bisa bisa suami ibu di embat."
" Sudah, sana bubar. Bubar."
" Hu.. Dasar p*lacur."
" Imelda , kamu tidak apa apa?" Tanya Bu Rara.
" Iya bu, saya tidak apa apa. Terima kasih sudah membantu."
" Sama sama. Ada apa lagi?"
" Seperti biasa bu, Migel di bully. Dan dia hanya membela diri nya sendiri."
Bu Rara menatap iba Migel , kemudian merentangkan ke dua tangan nya.
" Sini sayang, peluk nenek."
Migel langsung berlari memeluk Bu Rara.
Bu Rara adalah satu satu nya orang yang bersikap baik pada Imelda di kampung ini. Beliau lah yang mengijinkan Imelda menyewa rumah nya dengan membayar uang sewa semampunya.
Terkadang, Bu Rara menolak jika Imelda akan membayar tunggakan rumah sewa Imelda yang sudah menunggak selama enam bulan.
" Terima kasih ya bu, lagi lagi ibu sudah menolong kami."
" Iya, sama sama. Jangan sungkan, kalau butuh sesuatu datang saja ke rumah." Ucap Bu Rara ramah.
" Baik bu. Migel , ayo kita masuk, nak." Ucap Imelda
Migel menghampiri ku.
" Bu, gak masuk dulu?" Tawarku pada Bu Rara.
" Tidak usah, saya ada urusan. Saya pamit ya.."
" Iya bu.."
Sepeninggalan Bu Rara, aku mengajak Migel masuk.
..
Malam hari ..
Seperti biasa aku makan malam dengan nasi goreng dan telur dadar.
" Bu, Migel ingin sekali makan pizza, dan burger. Seperti kawan kawan yang lain. Kapan kapan boleh kan bu, kita makan pizza dan burger. Terus kita jala jalan ke mall. Migel ingin sekali tahu, mall itu seperti apa."
" Iya sayang. Ibu janji, akan membawa Migel makan pizza dan pergi ke mall."
" Benarkah?" Ucap Migel dengan mata berbinar.
" Iya sayang. Tapi Migel harus sabar yaa, menunggu ibu punya cukup uang, untuk membawa Migel ke mall."
" Baik bu."
" Anak pintar. Sekarang, ayo kita makan."
" Seperti biasa, nasi goreng ibu yang terbaik." Ucap Migel.
Tok
Tok
Tok
" Imelda .."
" Imelda ..."
" Bu, seperti nya itu suara Bu Rara." Ucap Migel.
" Iya, ada apa ya beliau malam malam datang ke rumah." Ucapku sambil meletakan piring yang hendak ku cuci.
Migel menggeleng tanda tidak tahu, lalu melanjutkan makan malam nya.
" Tunggulah disini, ibu akan melihat nya."
" Ya ibu."
Tok
Tok
Tok
" Imelda ..."
" Iya, sebentar."
Aku segera berlari agar cepat sampai dan segera membuka kan pintu.
" Imelda .."
" Bu Rara. Mari masuk bu.."
Setelah kami masuk dan duduk.
" Ada apa Bu, tumben malam malam?" Tanya Imelda .
" Gini. Tadi ibu sebenernya mau memesan kue tart. Tapi toko nya sedang libur sampai satu minggu ke depan. Padahal rencana nya besok ibu akan membuat pesta kejutan buat Azam. Cucu ibu."
" Lo, Azam ada disini?"
" Besok Akmal akan membawa nya mengunjungi ibu. Dan besok adalah hari ulang tahun nya. Ibu pikir akan membuat pesta kecil kecilan. Karena ibu tidak bisa memesan kue. Bagaimana jika Imelda saja yang membuatkan kue?"
" Aku?" Imelda menunjuk diriku sendiri.
" Iya. Kue Imelda kan enak."
" Ah, ibu terlalu berlebihan. Kue Imelda biasa saja bu, jika dibandingkan dengan kue di toko toko."
" Sudah sudah. Pokok nya kue Imelda enak. Jadi, Imelda mau kan membantu ibu."
" Tapi bu, Imelda tidak punya oven dan mixer yang bagus. Mixer Imelda cuma yang murahaan."
" Nanti ibu antar kesini barang dan bahan yang dibutuhkan. Ya, Imelda mau membantu ibu kan?"
" Bagaimana kalau ternyata kue buatan Imelda tidak enak."
" Enak pasti enak. Ibu akan membantu Imelda. Bagaimana?"
" Baiklah bu."
" Bagus. Kalau begitu, ibu pulang dulu. Mengambil bahan dan barang yang di perlukan."
Bu Rara kemudian pamit. Selang tiga puluh menit kemudian, Bu Rara kembali datang bersama suami nya.
Imelda yang memang sudah menunggu, langsung membantu membawakan barang dan bahan yang akan di gunakan.
" Letakan di situ saja bu." Ucap Imelda pada Bu Rara.
" Oven nya diletakan dimana?" Tanya Pak Danu. Suami Bu Rara.
" Di sana saja pak."
" Bu, bapak pamit pulang ya, ada urusan sebentar. Nanti ibu telepon bapak saja, jika sudah selesai." Ucap Pak Danu kepada Bu Rara.
" Ya sudah, sana bapak pergi."
Setelah mobil Pak Danu hilang dari pandangan. Imelda langsung menutup pintu, dan mengunci nya.
" Eh eh, bukan nya itu mobil Pak Danu, suami Bu Rara?"
" Iya benar. Pak Danu barusaja keluar dari rumah Imelda."
" Ternyata Imelda memang seorang pel*cur."
" Iya, kita harus segera lapor Pak RT."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
good luck thor lanjutkan seruuuu
2023-04-01
0