Secangkir Teh Hangat dan Sepiring Biskuit Spesial.

“Apa ini dompetmu?” Pertanyaan itu mengundang senyum penuh pada Kaluna.

“Iya, Chef! Chef dapat dari mana?” Kaluna menerima dompetnya dengan matanya yang berbinar.

Daren menganggukkan kepalanya, lalu menjawab, “Dekat ban mobil.”

“Terima kasih, Chef, sudah menyelamatkan dompet saya ini. Mungkin isi uangnya tidak seberapa, tidak ada kartu-kartu kredit juga, kartu debit pun isinya mengenaskan, tapia da sesuatu yang lebih berharga dari semua itu, ada poto ayah saya di dalam sini.” Ujar Kaluna panjang lebar tidak peduli Daren mendengarkan atau pun bertanya. Ia hanya selalu mengutarakan secara spontan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya.

“Sama-sama.” Jawab singkat sebelum Daren memunggungi Kaluna untuk membuka pintu restoran.

Kaluna segera membuka resleing jas hujan, memasukkan dompet itu ke dalam sebuah tas selempang kecil.

Tadinya Kaluna ingin bertanya lagi kenapa chef tercintanya kembali lagi ke restoran malam-malam begini, tapi ia urungkan mengingat pertanyaannya hanya akan menjadi kalimat mubazir yang tidak akan mendapatkan jawaban.

“Saya duluan ya, Chef!”

“Hei,” Panggilan Daren menghentikan langkah Kaluna yang hampir membawanya kembali di bawah hujan. “Masuk dulu, kubuatkan kau teh hangat.”

Satu kalimat yang meluncur keluar dari bibir tipis di bawah hidung yang bangir sukses membuat kembang api meletup di dalam dada Kaluna dan terpancar jelas pada kedua matanya.

“Jangan berpikiran apa-apa, bibir dan kukumu seungu terong, kau bisa terserang hiportemia.” Ujar Daren lalu masuk tanpa menunggu Kaluna.

Gadis itu tentu saja tanpa ragu mengekor di belakang Daren, sama sekali tidak takut Daren akan melakukan sesuatu yang melecehkan, karena itu tidak mungkin. Ia malah lebih takut pada dirinya sendiri yang malah mungkin mencoba melecehkan Daren.

Tapi itu lebih tidak mungkin! Tubuh Daren yang tinggi, tegap, atletis tentu saja tidak akan bisa dicapai apa lagi sampai bisa dilecehkan oleh Kaluna yang semungil anak kucing.

“Tunggu di sini saja, tidak perlu sampai mengikutiku ke dapur.” Perintah Daren.

“Kenapa? Chef takut saya ngapa-ngapain Chef, ya?” Goda Kaluna sambil mengedipkan sebelah alis matanya jahil.

Daren berdecak, lalu berkata, “Aku bahkan tidak tahu kenapa aku sampai mau

membuatkanmu teh hangat.”

“Oh, biar saya ingatkan, itu karena Chef diam-diam memperhatikan bibir mungil saya dan kuku-kuku jari saya yang lentik.” Jawab Kaluna yang membuat Daren semakin menatapnya dingin. Tapi tatapan itu malah jauh terasa hangat dalam hati Kaluna.

“Tunggu disini!”

“Yes Chef!”

Kaluna cekikikan melihat punggung Daren yang menghilang masuk ke dalam dapur. Perasaan senang, bahagia dan hangat meski tak dipungkiri kulitnya begitu kedinginan meski sudah mengenakan jas hujan, bercampur menjadi satu dalam hatinya.

Ia melepaskan jas hujannya, menanggalkannya di dalam kamar mandi, dan mencuci tangan juga wajahnya.

“Ugh, dingin!” Dia kembali ke meja dimana sudah tersaji secangkir teh yang masih mengepulkan asapnya dan sepiring biskuit. Senyumnya mengembang sempurna pada wajahnya, sangat lebar hingga nyaris menyentuh telinga.

“Habiskan, lalu pulang.” Kata Daren sambil berlalu menuju tangga, membawa serta cangkir miliknya sendiri.

“Pulang hujan-hujanan lagi?” tanya Kaluna, yang menghentikan langkah Daren, ia kembali melihat Kaluna. Gadis itu tengah meniupkan kepulan asap di atas cangkirnya.

“Ya.” Jawab Daren.

“Terus, untuk apa saya minum teh hangat dengan tambahan biskuit seperti ini kalau saya harus hujan-hujanan lagi?”

Daren menghela napas. Gadis di depannya itu selalu saja mempunyai jawaban atau pun pertanyaan yang membuat Daren hampir tidak memiliki jawaban yang pasti. Dan pada akhirnya Daren hanya memilih untuk berlalu, meninggalkan gadis itu.

“Ck, aneh, untuk apa peduli kalau begitu.” Kaluna menyelupkan sebagian potongan biskuitnya ke dalam teh.

Lima belas menit berlalu, hujan masih juga awet, tidak ada tanda-tanda ingin mereda. Kaluna membuang napas panjang melihat keluar restoran dari balik jendela.

“Deras sekali, pakai jas hujan dobel juga pasti tetap akan tembus.” Katanya pada diri sendiri. “Ah sudahlah, biar saja.”

Kaluna ke kamar mandi, kembali mengenakan jas hujannya setelah memastikan dompetnya aman di dalam tas selempang kecilnya yang sudah dibungkus kantong plastik.

“Chef! Saya pulang ya!” Teriak Kaluna dari ujung tangga. Suaranya pasti sampai ke dalam ruang kerja Daren. Tidak ada jawaban. Tentu saja! Apa memang yang Kaluna harapkan?

Kaluna mendorong pintu, hawa dingin segera menyapanya. Ia bahkan tidak bisa mendengar suaranya sendiri, hujan terlalu deras. Ia ragu, apakah dia akan tetap nekat menerjang hujan dengan sepedanya atau menunggu sebentar lagi hingga hujan reda. Tapi, waktu menunjukkan malam semakin larut, ibunya akan sangat khawatir, dan

bisa jadi akan lapor pak RT kalau Kaluna masih belum muncul juga di depan mata ibunya.

Tapi tubuhnya tertahan untuk bergerak saat dia merasakan sesuatu menarik bagian belakang jas hujanya.

“Lepas jas hujanmu, aku tidak mau jok mobilku basah.” Daren membuka payung besar, ia tidak melihat bagaimana kembang api lagi-lagi terpancar pada sorot mata Kaluna.

“Chef…”

“Aku antar kau pulang.”

“Tapi kenapa? Chef khawatir saya kenapa-kenapa, ya?”

“Bisa tidak, tidak geer? Aku hanya tidak mau pelangganku tertular flu gara-gara kau.”

“Oh, Chef khawatir saya sakit, ya?” Kaluna nyengir seraya menggerak-gerakkan kedua alis matanya.

“Jangan sampai aku berubah pikiran.” Tegur Daren, memalingkan wajahnya.

Kaluna cekikikan. Ia membuka jas hujannya lalu melipatnya, segera ia mendekat pada Daren yang sudah membuka payung di atas mereka. Bahkan di tengah hujan, aroma parfum Daren masih segar tercium oleh Kaluna. Ya ampun, rasanya ingin sekali memeluk tubuh yang kini tegap berdiri disisinya, melindunginya dari hujan.

Daren membuka pintu, memayungi Kaluna hingga gadis itu masuk ke dalam mobil. Kemudian dirinya memutari mobil dan masuk ke dalam mobil juga, setelah memasukkan payungnya di jok belakang. Bajunya jadi sedikit terkena hujan.

“Yah, baju Chef jadi basah deh.”

Daren tidak merespon.

Sudah biasa bagi Kaluna.

Mesin dinyalakan, mobil pun bergerak kearah luar.

“Ke arah mana rumahmu?” tanya Daren.

“Ke kanan, Chef.”

Strir pun langsung digerakkan ke arah kanan.

“Jadi, kalau dari jalan depan, untuk menuju restoran Chef akan melewati rumah saya dulu, tapi kalau lewat belakang, Chef akan melewati restoran dulu baru deh sampai di rumah saya.” Jelas Kaluna, padahal tidak ada yang bertanya.

“Dulu, waktu masih sekolah, saya lebih sering jalan kaki menuju jalan belakang, karena angkutan umum lewat jalan disana, tapi begitu kuliah, saya lebih sering lewat jalan depan karena naik ojek oline.”

Daren tidak menjawab, tidak pulan merespon.

“Sebulan lalu saya baru pulang habis masukin beberapa lamaran pekerjaan, lalu saya beli es potong dan duduk di atas trotoar seberang restoran, saat itu saya lihat Chef Em pasang papan butuh pramusaji. Siapa yang sangka langkah saya hari itu malah bisa ketemu Chef.” Kata Kaluna dengan senyumnya mengenang pertemuan mereka

pertama kali. Sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya menggelitik seluruh tubuhnya.

“Masih jauh rumahmu?” tanya Daren.

“Di depan toko kelontong itu, Chef. Yang pagarnya warna biru.” Kaluna menunjuk sebuah rumah mungil dengan pagar berwarna biru.

Daren menepikan mobilnya tepat di depan rumah Kaluna.

“Bawa saja payungnya.” kata Daren.

Kaluna mengangguk. “Besok saya balikin lagi, Chef.”

Daren hanya mengangguk singkat.

“Di udara yang sedingin ini saya malah bisa merasakan hangatnya hati Chef.” Ucap Kaluna berhasil membuat Daren menoleh padanya, meski tatapan matanya tidak berubah.

“Selamat malam, Chef.” Kaluna keluar dari mobil seiring dengan membuka payung di atas kepalanya.

Dengan sedikit berlari Kaluna menuju pagar dan membuka pagar itu. Sementara Daren segera meninggalkan tempat tanpa harus memastikan salah satu karyawannya itu masuk ke dalam rumahnya.

Di udara yang sedingin ini saya malah bisa merasakan hangatnya hati Chef.

Daren mendengkus.

“Kau terlalu mengharapkan yang tidak mungkin, Kaluna.” Ucap Daren pelan.

Terpopuler

Comments

Eka Bidel

Eka Bidel

Kaluna yang dianter Yayang Chef,,, eeee.. Aku yang berdebar-debar

2023-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Kejutan Tak Terduga.
2 Pria dengan mata sedingin es.
3 Tidak Menyangkal.
4 Gadis Keras Kepala.
5 Secangkir Teh Hangat dan Sepiring Biskuit Spesial.
6 Calon Istri.
7 Aku Mencintainya.
8 Bumi dan Langit.
9 Kedatangan Tak Terduga.
10 Lamaran Mendadak.
11 Serumah.
12 Pembuat Onar Dipagi Hari.
13 Saling Menunggu.
14 Sebuah Tepukan Yang Menggetarkan.
15 Kedatangan Rijal.
16 "Chef..."
17 Sebuah Rasa.
18 Ceritakan Padaku.
19 Cerita dari 22 tahun lalu.
20 Kau.
21 Memakanmu.
22 Nona Permen Karet yang Arogan.
23 Si Cantik dan Si Tak Ada Duanya.
24 Filosofi Em.
25 Cerita Daren.
26 Pembicaraan Di Pinggir Sungai Yang Keruh.
27 Cerita Kaluna.
28 Musim Dingin Datang Kembali.
29 AADD? (Ada Apa Dengan Daren?)
30 Kesunyian Yang Menyiksa.
31 Hati Yang Terluka Dan Hancur.
32 Kebaikan Yang Janggal.
33 Menculik Tupai Kecil
34 Penyelamatan.
35 Mungkin Waktunya Menyerah.
36 Kisah Inspiratif.
37 Selamat Tinggal, Chef.
38 Makian Yang Menyegarkan
39 Apakah Sudah Terlambat?
40 Pertemuan Di Bawah Langit Stratus.
41 What I've Done To You?
42 "Always." (21+)
43 Jamur Saos Tiram.
44 Swing Mood.
45 Kabar Bahagia!
46 Firasat dan Dendam.
47 Siapa?
48 Suara Tembakan, Kaluna dan Degupan Yang Berpacu.
49 Menjelang dan Lewat Tengah Malam.
50 Kenangan yang Kosong.
51 Canggung Tapi Lucu.
52 Daren dan Rijal.
53 Perangkap!
54 Kembali.
55 Additional Surprise!
56 EXTRA PART - Penyesalan Yang Sia-Sia
57 EXTRA PART - Awal Yang Baru.
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Kejutan Tak Terduga.
2
Pria dengan mata sedingin es.
3
Tidak Menyangkal.
4
Gadis Keras Kepala.
5
Secangkir Teh Hangat dan Sepiring Biskuit Spesial.
6
Calon Istri.
7
Aku Mencintainya.
8
Bumi dan Langit.
9
Kedatangan Tak Terduga.
10
Lamaran Mendadak.
11
Serumah.
12
Pembuat Onar Dipagi Hari.
13
Saling Menunggu.
14
Sebuah Tepukan Yang Menggetarkan.
15
Kedatangan Rijal.
16
"Chef..."
17
Sebuah Rasa.
18
Ceritakan Padaku.
19
Cerita dari 22 tahun lalu.
20
Kau.
21
Memakanmu.
22
Nona Permen Karet yang Arogan.
23
Si Cantik dan Si Tak Ada Duanya.
24
Filosofi Em.
25
Cerita Daren.
26
Pembicaraan Di Pinggir Sungai Yang Keruh.
27
Cerita Kaluna.
28
Musim Dingin Datang Kembali.
29
AADD? (Ada Apa Dengan Daren?)
30
Kesunyian Yang Menyiksa.
31
Hati Yang Terluka Dan Hancur.
32
Kebaikan Yang Janggal.
33
Menculik Tupai Kecil
34
Penyelamatan.
35
Mungkin Waktunya Menyerah.
36
Kisah Inspiratif.
37
Selamat Tinggal, Chef.
38
Makian Yang Menyegarkan
39
Apakah Sudah Terlambat?
40
Pertemuan Di Bawah Langit Stratus.
41
What I've Done To You?
42
"Always." (21+)
43
Jamur Saos Tiram.
44
Swing Mood.
45
Kabar Bahagia!
46
Firasat dan Dendam.
47
Siapa?
48
Suara Tembakan, Kaluna dan Degupan Yang Berpacu.
49
Menjelang dan Lewat Tengah Malam.
50
Kenangan yang Kosong.
51
Canggung Tapi Lucu.
52
Daren dan Rijal.
53
Perangkap!
54
Kembali.
55
Additional Surprise!
56
EXTRA PART - Penyesalan Yang Sia-Sia
57
EXTRA PART - Awal Yang Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!