Matahari pagi masih bersinar dengan indahnya dibalik awan yang putih. Selepas mandi dan makan akupun bergegas menuju Kantor Kedutaan untuk mendapatkan berbagai informasi disana, berangkat dengan berjalan kaki melalui jalan raya seperti mana biasanya yang aku lalui selama aku berada di tempat ini. Memang jarak antara rumah tempat penginapanku dengan Kantor Kedutaan tidak begitu jauh, kira-kira kurang lebih lima belas menit aku bisa sampai ke Kantor Kedutaan itu dengan berjalan kaki.
Sambil berjalan pagi, yah....hitung-hitung olah raga, fikirku demikian. Sembari melihat-lihat suasana kota dipagi hari yang indah ini, banyak lalu lalang kendaraan yang sibuk dipagi hari meski masa perang masih terjadi namun denyut perekonomian dikota ini masih tetap berjalan dengan baik. Tak terasa akupun telah tiba di Kantor Kedutaan, kemudian aku langsung masuk dan menuju salah satu ruangan informasi.
Dari sini aku mencari tau apakah ada surat yang masuk buatku apa tidak.
Setelah lima belas menit aku mencari dan bertanya kepada petugas Kedutaan, ternyata tidak ada informasi yang datang kepadaku hari ini. Dalam sela-sela waktu itu aku mencoba melakukan videocall dengan keluargaku. Ya.., aku sudah lama tidak menelpon mereka dan aku juga sudah sangat rindu dengan istri dan anakku. Dimana hari ini, sudah lebih dari tiga minggu aku bertugas di Negara ini.
Tutt......tuttttt....tut.....terengar nada panggil videocall. Tak lama muncul dilayar ponselku wajah istriku. "Halo mas!" Suara istriku dengan manja. "Bagaimana kabar kamu dan anak-anak disana?" Tanyaku. "Alhamdulillah, kami sehat dan baik saja," Jawabnya. "Mas, sendiri gimana kabarnya?" tanya istriku kembali, "Ia, mas juga sehat," jawabku. Kebahagiaan sekilas terpancar dihatiku karna dapat melihat langsung wajah istri dan anak-anakku. Aku memang sudah sangat rindu dengan mereka, entah kapan aku bisa berkumpul kembali dengan istri dan kedua anakku. Hidup berjauhan seperti ini laksana Bulan dengan Matahari, satu jalan namun lain arah. "Aku sangat merindui kalian, hari-hariku disini seperti teh tanpa gula, kita tidak pernah berjauhan seperti ini". Ucap Rudi kepada istrinya. "terutama pada buah hatiku yang selalu membuat aku hampa bila jauh dari mereka". Sambung Rudi. Mendengarkan kata-kata itu istrinyapun menangis, dia juga tidak dapat menahan kerinduan kepada Suaminya.
"aku juga merindukanmu mas, aku akan selalu menunggumu, kaulah pejuang nafkah kami". Ucap Ismiati. "baiklah, nanti kita sambung kembali, ada tugas yang harus aku selesaikan," kataku, "ia mas, hati-hati ya? Jaga diri baik-baik," katanya, Tidak berapa lama aku menelpon keluargaku, kemudian akupun mohon ijin untuk mengakhiri videocall tersebut. "udah dulu ya sayang, papa mau kerja, jaga mama baik-baik ya....., jangan nakal." kataku kepada anak-anakku. "udah ya, sayang, jaga anak-anak, aku sayang kalian, i love you, i miss you". Ungkapku kembali, "ia, hati-hati disana ya mas, jaga diri juga dan salam rindu dari kami." Kata istriku, sambil melambaika. Tangannya dan menutup telpon tersebut, sesaat kemudian telepon pun terputus.
Setelah itu akupun kemudian duduk sejenak di ruangan tersebut. Tidak berapa lama kemudian datang seorang laki-laki dengan tubuh tinggi besar berkulit coklat dengan wajah yang tampan, usianya kira-kira 45 tahunan menghampiriku. "selamat pagi, mas Rudi....." Sapanya. "ia, selamat pagi pak Indra." Jawabku. pak Indra Purnomo dia adalah salah satu Staf di Kedutaan, aku sudah mengenalnya sejak aku bertugas disini, karena begitu banyak informasi yang kudapat dari dia. "mas, ada info penting hari ini." Katanya. "tadi malam, kota Herat terjadi penyerangan, menurut kabar sampai hari ini disejumlah titik masih terjadi baku tembak disana." katanya, "oh ya....!"Jawabku, "lalu, bagaimana caranya aku bisa sampai ke kota itu pak?" Tanyaku.
"kalau Mas Rudi mau kesana, nanti malam mas bisa ikut rombongan relawan kesehatan dari sini, karena ada warga Indonesia juga yang saat ini ada disana, dan kami dari kedutaan ingin memantau keadaan mereka langsung pasca terjadinya perang disana". Jelasnya. "jika mas mau ikut, nanti saya akan masukan nama mas, dalam daftar rombongan,"Ucapnya lagi.
"baik, saya ikut!" Jawabku.
"lalu jam berapa akan berangkat?" Tanyaku lagi
"selepas isya, jam delapan malam." Jawab pak Indra. "Baiklah "Jawabku. Setelah mendapatkan informasi akupun bergegas pulang kerumah untuk mempersiapkan segala keperluanku.
*************************************
Selepas Sholat Isya akupun segera berangkat menuju Kantor Kedutaan untuk ikut ke Herat. Setelah sesampainya aku dikantor kedutaan terlihat kesibukan para relawan yang akan berangkat dengan menumpang sebuah mini bus milik kedutaan.
"Rudi...." Terdengar seseorang memanggilku. Ternyata yang memanggil ku itu adalah pak Indra, aku segera mendatanginya. "gimana....?, sudah siap untuk berangkat..?" Tanya pak Indra. "Insha Allah, saya sudah siap." Jawabku.
Kalau begitu, ini tanda id card anda sebagai tim yang akan berangkat, sebab tidak sembarangan orang yang bisa masuk kesana meskipun seorang wartawan, karena daerah itu adalah salah satu pusat pertempuran yang besar, kata pak Indra. Setelah aku menerima id card pers kedutaan, akupun segera naik ke dalam bus yang akan segera berangkat. Malam itu kami tempuh perjalanan darat dari kota Kabul ke Kota Herat di Afganistan. Setelah menjelang pagi kamipun sampai di Kota Herat, dipintu masuk kota bus kami dihadang oleh pasukan keamanan. Kamipun diperiksa dan dimintai surat jalan oleh petugas tersebut.
Setelah semua selesai pemeriksaan kamipun langsung jalan kembali dengan dikawal satu mobil patroli hingga ke camp.
Sesampai di camp, kami langsung membangun tenda sebagai tempat istirahat kami. Baru saja suara adzan subuh bergema di kota Herat, tetapi sesaat kemudian terdengar beberapa rentetan senjata dari arah utara kota Herat. Namun kemudian tidak berselang lama rentetan senjatapun tidak terdengar lagi. Memang di daerah ini hampir setiap jam terjadi letusan perang, boleh dikatakan daerah ini merupakan daerah terparah di kawasan Afganistan.
......................
Pukul 09.00 pagi, aku beserta rombongan relawan pergi ke timur kota Herat, setelah meminta ijin kepada petugas keamanan. Di wilayah timur ini ada beberapa orang warga Indonesia yang saat ini terisolir sebab perang yang terjadi. Sepanjang jalan dari camp terlihat puing-puing bangunan yang runtuh akibat terjangan nuklir. Akupun mengabadikan semua peristiwa yang terjadi yang kulewati didepan mata untuk aku jadikan laporan aktual di berita yang akan aku kirim. Sesampai ditempat tujuan, aku bersama tim segera menuju tempat pengungsian,ada sekitar dua belas orang warga Indonesia yang mengungsi disana. Oleh tim relawan mereka di bujuk untuk ikut ke camp agar lebih muda untuk di data. Perang yang berkecamuk,memang menyisakan duka bukan hanya bagi warga Afganistan sendiri namun bagi seluruh dunia yang saat ini melihat kejadian tersebut.
Setelah berhasil mengevakuasi warga, kami langsung kembali ke Camp.
Malam yang begitu dingin, aku sulit memejamkan mata dan akupun duduk di sebuah bangku kecil sambil menyulut sebatang rokok. Terlihat bintang-bintang yang berkelip di angkasa membawa aku lepas dari lamunan.
Hey....., entah mengapa tiba-tiba aku teringat akan pertemuanku dengan Hellen, sigadis Prancis yang kutemui di rumah sakit waktu itu. tergambar senyuman manisnya yang sangat menggoda. Ah..andai saja aku bisa bertemu kemabali dengannya, dalam khayalku, akupun tersenyum-senyum sendiri seolah-olah bayangan wajahnya telah menghibur malam ini. Malampun semangkin larut, setelah sebatang rokok telah habis terbakar, aku segera bergegas ke tenda untuk tidur dan menghilangkan rasa lelah ku hari ini.
Saat berbaring dan memejamkan mata, lagi-lagi wajah gadis bule itu melintas di ruang-ruang mataku. Ah....., entah apa yang terjadi padaku, mengapa aku selalu membayangkan wajahnya, dan ada apa denganku...?. Gumamku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
2 iklan meluncur
2023-06-01
1
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2023-03-30
1
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
mampir kak 👍👍👍
2022-11-09
1