Sudah seminggu ini Deddy dirawat di Rumah Sakit. Sebagai sahabat aku tetap menjenguknya setiap hari meski kesibukanku mencari berita-berita terus aku lakukan. Hari ini sepulang aku dari Kantor Kedutaan, akupun langsung berangkat ke rumah sakit dimana Deddy sedang dirawat. Saat dalam perjalanan tak lupa aku membelikan buah tangan seperti roti dan buah-buahan untuk temanku ini. Tak lama kemudian akupun sampai di Rumah Sakit itu, setibanya aku di rumah sakit segera menuju ke ruangannya. "Sore...." Sapaku, "oh, kamu rupanya mas Rudi." Jawab Deddy, "bagaimana liputan hari ini?" Tanya Deddy, "aku barusan dari Kedutaan tadi karena ada hal penting yang harus aku selesaikan disana." Jawab Rudi. "O, semoga hari-hari anda terus berjalan lancar dan berita-berita liputan anda juga segera tayang setiap harinya." Jawab deddy sambil tersenyum. "terus, bagaimana keadaanmu hari ini?" tanyaku, "Alhamdulilah, sudah ada perkembangan," jawabnya sambil tersenyum, tiba-tiba ada sebuah salam dari depan pintu. "Assalammu'alaikum!" Terdengar suara dari depan pintu kamar, "wa'alaikumsalam," Kamipun menjawab bersama-sama sambil menoleh ke arah pintu. Ternyata yang datang adalah keluarga Deddy dari Indonesia. Kedatangan Ayah, Ibu dan Adiknya membuat pecah tangis di ruangan ini. Sebagai seorang Ibu yang melihat anaknya sedang berbaring sakit serta kaki yang diamputasi membuat air matanya tak terbendung. Hik...hik...hik...! "Kenapa bisa beginiiiii..." Suara ibu itu sambil diringi isak tangisnya. Melihat suasana haru seperti ini, akupun memohon diri untuk menunggu saja di luar ruangan. "maaf, saya menunggu diluar saja ya?" Kataku, "oh ya mas, maaf mas." Kata Deddy kepadaku, "ya tidak apa, lanjut saja, biar saya menunggu diluar." Jawabku kembali.
Akupun permisi dengan keluarga mereka lalu melangkah keluar ruangan sambil berjalan santai aku mencari tempat duduk di halaman rumah sakit itu.
Oh,ternyata ada sebuah bangku kayu panjang disudut ruangan yang tidak ada orang duduk disana. Aku segera melangkah kesana kemudian duduk sambil menunggu waktu. Satu demi satu aku melihat orang-orang lalu lalang di lorong rumah sakit, ada juga pasien yang disorong menggunakan kursi roda, dan adapula yang disorong dengan tandu. Di saat aku sedang melihat semua disekelilingku tiba-tiba ada seorang wanita dengan menggunakan pakaian putih layaknya seorang Perawat. Wanita itu sepertinya seorang wanita Eropa, dengan perawakan layaknya gadis-gadis dari Negri Barat pada umumnya. "Excuse me sir, may I sit here?" Ucapnya dalam bahasa inggris "Oh please miss!" Jawabku. Setelah aku mempersilahkannya untuk duduk tanpa buang waktu kemudian gadis Perawat itu segera duduk di sampingku. Aku memperhatikan dari samping dan mencuri-curi untuk melihatnya dengan jelas wajah gadis itu.
Ya, gadis ini begitu cantik dengan rambut berwarna coklat dan bola matanya berwarna coklat muda serta hidung yang macung membuat dia begitu indah untuk dipandang. Rambutnya terurai panjang sepinggul dengan diikatnya seperti Ekor Kuda. "Ternyata gadis bule ini begitu cantik." Gumamku dalam hati. "Excuse me miss, are you a Nurse?". Tanyaku kepadanya,"yea!"Jawabnya ringkas. Aku hanya menganggukkan kepala bertanda memahami ucapannya. "Looks like you're a man from Asia?" Sapanya kembali. "I'm from Indonesia, and where are you from?" Tanyaku kembali. "I'm from France!" jawabnya sambil tersenyum manis. "Ternyata dia berasal dari Prancis." Kataku dalam hati. Kemudian aku mencoba bertanya kembali kepadanya, "Bolehkah aku bertanya sesuatu?" kataku masih dengan menggunakan bahasa Inggris, "apa yang ingin anda tanyakan?" gadis itu sambil tersenyum, "siapa nama nona?" kataku, "Hellen!" jawabnya, "oh, nama nona sangat bagus," kataku, "oh, Thank you," ucapnya kembali sambil tersenyum, "kalau tuan, siapa nama anda?" Tanya gadis itu kembali padaku, "Rudi, Rudi Budiman!" jawabku, "oh tuan Rudi," "senang kenal dengan anda," katanya kembali. Hari itu kami terlibat percakapan yang begitu serius. Di saat pertama kali pertemuan kami juga sudah terasa begitu akrab. Gadis itu bernama Hellen, dengan usia Dua Puluh Lima tahun dan bekerja di sebuah Rumah Sakit di kota Lens, Prancis. Dia dikirim ke Afganistan sebagai Relawan kemanusiaan untuk merawat dan menangani korban-korban perang baik dari kalangan Militer maupun rakyat biasa. Saat ini dia sudah hampir setahun berada di Afganistan dan dia juga begitu senang menjalankan tugasnya sebagai seorang Perawat. Dia juga sempat menanyai setatusku dan tempat tinggalku disini.
"apa tuan sudah berkeluarga?" tanya Hellen, "ia, aku sudah menikah dan memiliki dua orang anak," jawabku, "mengapa tuan ada di tempat ini?" tanyanya kembali, "aku sedang menjenguk temanku," "kemarin, dia menjadi korban perang,"
"kakinya terpaksi diamputasi sebab luka yang parah karena tertimpa bangunan yang roboh" jawabku.
"aku turut prihatan!" jawabnya.
"kasihan dia," kataku, "tuan dan teman tuan sebagai apa di tempat ini?" tanya gadis itu sedikit menditail, "aku seorang Jurnalis dari Indonesia, sedang temanku itu adalah pegawai di kedutaan Besar Indonesia di Kabul," ucapku.
"O, anda rupanya seorang Koresponden?, hebat...!" jawab gadis itu, "Hebat?" menyambug ucapan dia, "ia, seorang Koresponden itu adalah seorang pemberani," "pastinya tuan juga seperti itu!" kata gadis itu. Aku terdiam sesaat, ketika dia mengatakan hal itu, aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, "jika nona sendiri, apakah sudah menikah?" kataku menepis pertanyaannya tentang tugasku. "Belum! Aku belum menikah," jawabnya, "hidupku hanya terus belajar dan bekerja, sehingga aku lupa memeikirkan untuk punya kekasih!" jawabnya. Suasana sesaat sepi, aku hanya bertanya-tanya dalam hati tentangnya, namun aku senang bisa bertemu dengannya.
Perbincangan kamipun semangkin hangat, dia adalah gadis yang ramah dan baik hati.
Hampir satu jam sudah akhirnya aku meminta ijin kepadanya untuk kembali ke tempat penginapanku, setelah kulihat Arlojiku ditangan sudah menunjukkan pukul 18.20, dan haripun saat itu sudah mulai senja. Sebelum aku pergi dia tidak lupa meminta nomor telepon ku. Dengan senang hati, aku beri nomor ponselku itu kepadanya dan kemudian akupun berlalu darinya menuju pintu keluar dari Rumah Sakit itu setelah kami bertukaran nomor telepon.
Kini laju roda mobil Taxi yang membawaku menuju tempat penginapanku berjalan dengan pelan. Namun entah mengapa sepanjang jalan itu aku terbayang wajah Hellen dalam fikiranku.
Sejurus kemudian mobil taxi yang ku tumpangi telah sampai didepan pintu pagar rumahku. Aku segera turun dan membayar ongkos taxi tersebut serta kemudian masuk kedalam rumah. Sesampai dirumah seperti biasa, Fatimah selalu menyediakan segala keperluanku dirumah itu, mulai dari perlengkapan mandi hingga makan malam. Fatimah adalah seorang wanita yang rajin, bekerja dengan senang hati. Dia gadis yang juga ramah, jarang bangsa Afganistan yang seramah seperti dirinya. Selama aku di Afganistan, banyak sekali warga disini yang ingin kubawa berkomunikasi, namun semuanya hanya diam dan berlalu mungkin mereka yang tertutup dengan orang asing atau orang yang baru mereka lihat, ataupun karena konflik perang seperti ini sehingga mereka harus menjaga diri dengan tidak terlalu banyak berintraksi dengan orang baru.
Selepas makan malam, aku segera menuju meja kerjaku, aku mengirim beberapa tulisan ke Kantorku yang ada di Indonesia. Usai merangkum semua tulisan buat ku jadikan bahan berita dan mengirimkannya ke Kantor, segera akupun bergegas menuju tempat tidurku. Rasa letih yang teramat sangat aku rasakan seharian ini. Aku harus mondar-mandir dari satu Kantor Pemerintahan hingga ke Kantor Pemerintahan yang lain. Setelah kurebahkan tubuhku diatas kasur mataku masih menerawang langit kamar.
Sesaat aku terbayang wajah Hellen.
"Ah....mengapa gadis itu datang dalam ingatanku?" Gumamku. Wajahnya yang menggoda sungguh membuatku teringat kepadanya. Gadis cantik nan rupawan, dengan pekerjaan yang baik dan masih muda semua itu menggoda lamunanku. Entah kenapa hari ini aku bisa bertemu dengan seorang wanita secantik dia. Dia begitu sangat ramah, ah..... aku terus saja menghayal tentang dirinya. "Hai....,mengapa dengan diriku ini?" Tanyaku sendiri pada diriku. Begitu sulit mataku terpejam. Aku mencoba bangkit dari tempat tidur dan duduk di kursi sambil menyalakankan api rokok. Kuhisap dalam-dalam sebatang rokok kretek di bibirku. Perlahan asap mengepul keluar dari celah-celah mulut dan hidungku. Duduk dengan mata yang terus menerawang jauh dan kosong. Sulit sekali rasanya mataku untuk terpejam malam ini. "Ya Tuhan....,ada apa dengan ku ini?" Tanyaku dalam hati.
Waktu terus berjalan, hingga rokok yang kuhisap menjadi tarikan terakhir dan kemudian aku membuangnya ke dalam asbak. Ku tarik nafas dalam-dalam, menenangkan perasaanku. Kemudian aku bangkit dan menuju temapat tidur kembali sambil pelahan aku rebahkan tubuhku ini di atas kasur yang empuk. Sambil aku membuang rasa dan bayang-bayang yang ada dalam benakku ini, akupun sedikit memejamkan mata. Rasa kantukpun perlahan datang menghampiri ku. Aku berharap malam ini aku dapat tidur dengan nyeyak dan tenang agar aku dapat bangun esok hari dengan tubuh yang sehat dan segar. Rembulan malampun perlahan mulai tertutup oleh awan dan berjalan pelan menuju ujung dunia. Seperti aku pada malam ini yang ingin tidur diperaduan dengan tenang. Malam kian larut, dan akupun telah benar-benar berada dalam peraduan sunyi malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
triana 13
dia 🌹 penambahan semangat
2023-06-24
1
Tri Rahayu
ditunggu episode selanjutnya
2022-09-16
1