BAB - IV. Perkenalan dengan Hellen

Sudah seminggu ini Deddy dirawat di Rumah Sakit. Sebagai sahabat aku tetap menjenguknya setiap hari meski kesibukanku mencari berita-berita terus aku lakukan. Hari ini sepulang aku dari Kantor Kedutaan, akupun langsung berangkat ke rumah sakit dimana Deddy sedang dirawat. Saat dalam perjalanan tak lupa aku membelikan buah tangan seperti roti dan buah-buahan untuk temanku ini. Tak lama kemudian akupun sampai di Rumah Sakit itu, setibanya aku di rumah sakit segera menuju ke ruangannya. "Sore...." Sapaku, "oh, kamu rupanya mas Rudi." Jawab Deddy, "bagaimana liputan hari ini?" Tanya Deddy, "aku barusan dari Kedutaan tadi karena ada hal penting yang harus aku selesaikan disana." Jawab Rudi. "O, semoga hari-hari anda terus berjalan lancar dan berita-berita liputan anda juga segera tayang setiap harinya." Jawab deddy sambil tersenyum. "terus, bagaimana keadaanmu hari ini?" tanyaku, "Alhamdulilah, sudah ada perkembangan," jawabnya sambil tersenyum, tiba-tiba ada sebuah salam dari depan pintu. "Assalammu'alaikum!" Terdengar suara dari depan pintu kamar, "wa'alaikumsalam," Kamipun menjawab bersama-sama sambil menoleh ke arah pintu. Ternyata yang datang adalah keluarga Deddy dari Indonesia. Kedatangan Ayah, Ibu dan Adiknya membuat pecah tangis di ruangan ini. Sebagai seorang Ibu yang melihat anaknya sedang berbaring sakit serta kaki yang diamputasi membuat air matanya tak terbendung. Hik...hik...hik...! "Kenapa bisa beginiiiii..." Suara ibu itu sambil diringi isak tangisnya. Melihat suasana haru seperti ini, akupun memohon diri untuk menunggu saja di luar ruangan. "maaf, saya menunggu diluar saja ya?" Kataku, "oh ya mas, maaf mas." Kata Deddy kepadaku, "ya tidak apa, lanjut saja, biar saya menunggu diluar." Jawabku kembali.

Akupun permisi dengan keluarga mereka lalu melangkah keluar ruangan sambil berjalan santai aku mencari tempat duduk di halaman rumah sakit itu.

Oh,ternyata ada sebuah bangku kayu panjang disudut ruangan yang tidak ada orang duduk disana. Aku segera melangkah kesana kemudian duduk sambil menunggu waktu. Satu demi satu aku melihat orang-orang lalu lalang di lorong rumah sakit, ada juga pasien yang disorong menggunakan kursi roda, dan adapula yang disorong dengan tandu. Di saat aku sedang melihat semua disekelilingku tiba-tiba ada seorang wanita dengan menggunakan pakaian putih layaknya seorang Perawat. Wanita itu sepertinya seorang wanita Eropa, dengan perawakan layaknya gadis-gadis dari Negri Barat pada umumnya. "Excuse me sir, may I sit here?" Ucapnya dalam bahasa inggris "Oh please miss!" Jawabku. Setelah aku mempersilahkannya untuk duduk tanpa buang waktu kemudian gadis Perawat itu segera duduk di sampingku. Aku memperhatikan dari samping dan mencuri-curi untuk melihatnya dengan jelas wajah gadis itu.

Ya, gadis ini begitu cantik dengan rambut berwarna coklat dan bola matanya berwarna coklat muda serta hidung yang macung membuat dia begitu indah untuk dipandang. Rambutnya terurai panjang sepinggul dengan diikatnya seperti Ekor Kuda. "Ternyata gadis bule ini begitu cantik." Gumamku dalam hati. "Excuse me miss, are you a Nurse?". Tanyaku kepadanya,"yea!"Jawabnya ringkas. Aku hanya menganggukkan kepala bertanda memahami ucapannya. "Looks like you're a man from Asia?" Sapanya kembali. "I'm from Indonesia, and where are you from?" Tanyaku kembali. "I'm from France!" jawabnya sambil tersenyum manis. "Ternyata dia berasal dari Prancis." Kataku dalam hati. Kemudian aku mencoba bertanya kembali kepadanya, "Bolehkah aku bertanya sesuatu?" kataku masih dengan menggunakan bahasa Inggris, "apa yang ingin anda tanyakan?" gadis itu sambil tersenyum, "siapa nama nona?" kataku, "Hellen!" jawabnya, "oh, nama nona sangat bagus," kataku, "oh, Thank you," ucapnya kembali sambil tersenyum, "kalau tuan, siapa nama anda?" Tanya gadis itu kembali padaku, "Rudi, Rudi Budiman!" jawabku, "oh tuan Rudi," "senang kenal dengan anda," katanya kembali. Hari itu kami terlibat percakapan yang begitu serius. Di saat pertama kali pertemuan kami juga sudah terasa begitu akrab. Gadis itu bernama Hellen, dengan usia Dua Puluh Lima tahun dan bekerja di sebuah Rumah Sakit di kota Lens, Prancis. Dia dikirim ke Afganistan sebagai Relawan kemanusiaan untuk merawat dan menangani korban-korban perang baik dari kalangan Militer maupun rakyat biasa. Saat ini dia sudah hampir setahun berada di Afganistan dan dia juga begitu senang menjalankan tugasnya sebagai seorang Perawat. Dia juga sempat menanyai setatusku dan tempat tinggalku disini.

"apa tuan sudah berkeluarga?" tanya Hellen, "ia, aku sudah menikah dan memiliki dua orang anak," jawabku, "mengapa tuan ada di tempat ini?" tanyanya kembali, "aku sedang menjenguk temanku," "kemarin, dia menjadi korban perang,"

"kakinya terpaksi diamputasi sebab luka yang parah karena tertimpa bangunan yang roboh" jawabku.

"aku turut prihatan!" jawabnya.

"kasihan dia," kataku, "tuan dan teman tuan sebagai apa di tempat ini?" tanya gadis itu sedikit menditail, "aku seorang Jurnalis dari Indonesia, sedang temanku itu adalah pegawai di kedutaan Besar Indonesia di Kabul," ucapku.

"O, anda rupanya seorang Koresponden?, hebat...!" jawab gadis itu, "Hebat?" menyambug ucapan dia, "ia, seorang Koresponden itu adalah seorang pemberani," "pastinya tuan juga seperti itu!" kata gadis itu. Aku terdiam sesaat, ketika dia mengatakan hal itu, aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, "jika nona sendiri, apakah sudah menikah?" kataku menepis pertanyaannya tentang tugasku. "Belum! Aku belum menikah," jawabnya, "hidupku hanya terus belajar dan bekerja, sehingga aku lupa memeikirkan untuk punya kekasih!" jawabnya. Suasana sesaat sepi, aku hanya bertanya-tanya dalam hati tentangnya, namun aku senang bisa bertemu dengannya.

Perbincangan kamipun semangkin hangat, dia adalah gadis yang ramah dan baik hati.

Hampir satu jam sudah akhirnya aku meminta ijin kepadanya untuk kembali ke tempat penginapanku, setelah kulihat Arlojiku ditangan sudah menunjukkan pukul 18.20, dan haripun saat itu sudah mulai senja. Sebelum aku pergi dia tidak lupa meminta nomor telepon ku. Dengan senang hati, aku beri nomor ponselku itu kepadanya dan kemudian akupun berlalu darinya menuju pintu keluar dari Rumah Sakit itu setelah kami bertukaran nomor telepon.

Kini laju roda mobil Taxi yang membawaku menuju tempat penginapanku berjalan dengan pelan. Namun entah mengapa sepanjang jalan itu aku terbayang wajah Hellen dalam fikiranku.

Sejurus kemudian mobil taxi yang ku tumpangi telah sampai didepan pintu pagar rumahku. Aku segera turun dan membayar ongkos taxi tersebut serta kemudian masuk kedalam rumah. Sesampai dirumah seperti biasa, Fatimah selalu menyediakan segala keperluanku dirumah itu, mulai dari perlengkapan mandi hingga makan malam. Fatimah adalah seorang wanita yang rajin, bekerja dengan senang hati. Dia gadis yang juga ramah, jarang bangsa Afganistan yang seramah seperti dirinya. Selama aku di Afganistan, banyak sekali warga disini yang ingin kubawa berkomunikasi, namun semuanya hanya diam dan berlalu mungkin mereka yang tertutup dengan orang asing atau orang yang baru mereka lihat, ataupun karena konflik perang seperti ini sehingga mereka harus menjaga diri dengan tidak terlalu banyak berintraksi dengan orang baru.

Selepas makan malam, aku segera menuju meja kerjaku, aku mengirim beberapa tulisan ke Kantorku yang ada di Indonesia. Usai merangkum semua tulisan buat ku jadikan bahan berita dan mengirimkannya ke Kantor, segera akupun bergegas menuju tempat tidurku. Rasa letih yang teramat sangat aku rasakan seharian ini. Aku harus mondar-mandir dari satu Kantor Pemerintahan hingga ke Kantor Pemerintahan yang lain. Setelah kurebahkan tubuhku diatas kasur mataku masih menerawang langit kamar.

Sesaat aku terbayang wajah Hellen.

"Ah....mengapa gadis itu datang dalam ingatanku?" Gumamku. Wajahnya yang menggoda sungguh membuatku teringat kepadanya. Gadis cantik nan rupawan, dengan pekerjaan yang baik dan masih muda semua itu menggoda lamunanku. Entah kenapa hari ini aku bisa bertemu dengan seorang wanita secantik dia. Dia begitu sangat ramah, ah..... aku terus saja menghayal tentang dirinya. "Hai....,mengapa dengan diriku ini?" Tanyaku sendiri pada diriku. Begitu sulit mataku terpejam. Aku mencoba bangkit dari tempat tidur dan duduk di kursi sambil menyalakankan api rokok. Kuhisap dalam-dalam sebatang rokok kretek di bibirku. Perlahan asap mengepul keluar dari celah-celah mulut dan hidungku. Duduk dengan mata yang terus menerawang jauh dan kosong. Sulit sekali rasanya mataku untuk terpejam malam ini. "Ya Tuhan....,ada apa dengan ku ini?" Tanyaku dalam hati.

Waktu terus berjalan, hingga rokok yang kuhisap menjadi tarikan terakhir dan kemudian aku membuangnya ke dalam asbak. Ku tarik nafas dalam-dalam, menenangkan perasaanku. Kemudian aku bangkit dan menuju temapat tidur kembali sambil pelahan aku rebahkan tubuhku ini di atas kasur yang empuk. Sambil aku membuang rasa dan bayang-bayang yang ada dalam benakku ini, akupun sedikit memejamkan mata. Rasa kantukpun perlahan datang menghampiri ku. Aku berharap malam ini aku dapat tidur dengan nyeyak dan tenang agar aku dapat bangun esok hari dengan tubuh yang sehat dan segar. Rembulan malampun perlahan mulai tertutup oleh awan dan berjalan pelan menuju ujung dunia. Seperti aku pada malam ini yang ingin tidur diperaduan dengan tenang. Malam kian larut, dan akupun telah benar-benar berada dalam peraduan sunyi malam ini.

Terpopuler

Comments

triana 13

triana 13

dia 🌹 penambahan semangat

2023-06-24

1

Tri Rahayu

Tri Rahayu

ditunggu episode selanjutnya

2022-09-16

1

lihat semua
Episodes
1 BAB - I. Ditugaskan ke Afganistan
2 BAB - II. Tugas Jurnalistik
3 BAB - III Perang masih berlanjut
4 BAB - IV. Perkenalan dengan Hellen
5 BAB-V. Perjalanan ke Kota Herat
6 BAB-VI. Kebersamaanku dengan Hellen
7 BAB-VII. Benih cinta di Kota Herat
8 BAB- VIII. Kencan pertamaku dengan Hellen
9 BAB-IX. Penyerangan Udara
10 BAB-X. Perjalanan ke Kandahar
11 BAB - XI. Hari pertama di Kota Kandahar
12 BAB-XII. Pertempuran di kota Kandahar
13 BAB - XIII. Tragedi Kota Kandahar
14 BAB- XIV. Peristiwa satu malam
15 BAB - XV. Perang yang berkelanjutan
16 BAB - XVI. Kehidupan didalam perang
17 BAB-XVII. Pemburu berita
18 BAB-XVIII. Kandahar
19 BAB - XIX. Teror Bom di Kandahar
20 BAB - XX. Kota Kandahar
21 BAB - XXI. Camp Amerika
22 BAB - XXII. Pesta dirumah Walikota
23 BAB - XXIII. Kerinduan
24 BAB - XXIV. Kemelut
25 Episode - XXV. Teror Bom Kandahar II
26 BAB - XXVI. Hari demi hari
27 BAB - XXVII. Kisah kehidupan
28 BAB - XXVIII. Cinta dan Kerinduan
29 BAB - XXIX. Belle Fille dalam Cinta
30 BAB - XXX. Serangan Kota Kandahar
31 BAB - XXXI. Cinta dan Agama
32 BAB -XXXII. Cerita Cinta
33 BAB - XXXIII. Demi Keluarga
34 BAB - XXXIV. Konflik percintaan
35 BAB - XXXV Perselisihan Cinta
36 BAB - XXXVI Kehidupan jurnalistik
37 BAB - XXXVII Pengalaman jurnalistik
38 BAB - XXXVIII Perjalanan
39 BAB - XXXIX Perjalanan Cinta sang Sahabat
40 BAB - XL. Kehangatan seorang sahabat
41 BAB XLI Kisah jurnalis
42 BAB - XLII Kenangan kota Kandahar
43 XLIII - Memupuk Cinta
44 BAB. XLIV Perjalanan
45 BAB - XLV Persahabatan
46 BAB - XLVI Kerusuhan
47 BAB - XLVII Berjalan
48 BAB - XLVIII Kelanjutan
49 BAB - XLIX perjalanaan ke 2
50 BAB - L
51 BAB - LI. Kasih sayang
52 BAB - LII Kebersamaan 2
53 BAB - LIII. Cinta dan pekerjaan
54 BAB - LIV Hari indah
55 BAB - LV. Perjalanan cinta 2
56 BAB - LVI. Kenikmatan
57 BAB - LVII. Kembali ke Indonesia.
58 BAB - LVIII Berkumpul dengan keluarga
59 BAB - LIX. Rumah tangga
60 BAB - LX. Cinta
61 BAB - LXI. Kebahagiaan
62 BAB - LXII Keluarga Bahagia
63 BAB - LXIII Kehidupan Baru
64 BAB - LXIV . Pertemuan dengan sang Istri ke 2
65 BAB - LXV . Dirumah keluarga
66 BAB - LXVI Bersama Keluarga
67 BAB - LXVII. Usaha Keluarga
68 BAB - LXVIII. Suasana usai perang
69 BAB - LXIX Rumah tangga
70 BAB - LXX Meniti keluarga
71 BAB - LXXI Pekerjaan
72 BAB - LXXII Usaha
73 BAB - LXXIII pertemuan dengan sahabat lama
74 Episode - LXXIV Pertempuran yang panjang
Episodes

Updated 74 Episodes

1
BAB - I. Ditugaskan ke Afganistan
2
BAB - II. Tugas Jurnalistik
3
BAB - III Perang masih berlanjut
4
BAB - IV. Perkenalan dengan Hellen
5
BAB-V. Perjalanan ke Kota Herat
6
BAB-VI. Kebersamaanku dengan Hellen
7
BAB-VII. Benih cinta di Kota Herat
8
BAB- VIII. Kencan pertamaku dengan Hellen
9
BAB-IX. Penyerangan Udara
10
BAB-X. Perjalanan ke Kandahar
11
BAB - XI. Hari pertama di Kota Kandahar
12
BAB-XII. Pertempuran di kota Kandahar
13
BAB - XIII. Tragedi Kota Kandahar
14
BAB- XIV. Peristiwa satu malam
15
BAB - XV. Perang yang berkelanjutan
16
BAB - XVI. Kehidupan didalam perang
17
BAB-XVII. Pemburu berita
18
BAB-XVIII. Kandahar
19
BAB - XIX. Teror Bom di Kandahar
20
BAB - XX. Kota Kandahar
21
BAB - XXI. Camp Amerika
22
BAB - XXII. Pesta dirumah Walikota
23
BAB - XXIII. Kerinduan
24
BAB - XXIV. Kemelut
25
Episode - XXV. Teror Bom Kandahar II
26
BAB - XXVI. Hari demi hari
27
BAB - XXVII. Kisah kehidupan
28
BAB - XXVIII. Cinta dan Kerinduan
29
BAB - XXIX. Belle Fille dalam Cinta
30
BAB - XXX. Serangan Kota Kandahar
31
BAB - XXXI. Cinta dan Agama
32
BAB -XXXII. Cerita Cinta
33
BAB - XXXIII. Demi Keluarga
34
BAB - XXXIV. Konflik percintaan
35
BAB - XXXV Perselisihan Cinta
36
BAB - XXXVI Kehidupan jurnalistik
37
BAB - XXXVII Pengalaman jurnalistik
38
BAB - XXXVIII Perjalanan
39
BAB - XXXIX Perjalanan Cinta sang Sahabat
40
BAB - XL. Kehangatan seorang sahabat
41
BAB XLI Kisah jurnalis
42
BAB - XLII Kenangan kota Kandahar
43
XLIII - Memupuk Cinta
44
BAB. XLIV Perjalanan
45
BAB - XLV Persahabatan
46
BAB - XLVI Kerusuhan
47
BAB - XLVII Berjalan
48
BAB - XLVIII Kelanjutan
49
BAB - XLIX perjalanaan ke 2
50
BAB - L
51
BAB - LI. Kasih sayang
52
BAB - LII Kebersamaan 2
53
BAB - LIII. Cinta dan pekerjaan
54
BAB - LIV Hari indah
55
BAB - LV. Perjalanan cinta 2
56
BAB - LVI. Kenikmatan
57
BAB - LVII. Kembali ke Indonesia.
58
BAB - LVIII Berkumpul dengan keluarga
59
BAB - LIX. Rumah tangga
60
BAB - LX. Cinta
61
BAB - LXI. Kebahagiaan
62
BAB - LXII Keluarga Bahagia
63
BAB - LXIII Kehidupan Baru
64
BAB - LXIV . Pertemuan dengan sang Istri ke 2
65
BAB - LXV . Dirumah keluarga
66
BAB - LXVI Bersama Keluarga
67
BAB - LXVII. Usaha Keluarga
68
BAB - LXVIII. Suasana usai perang
69
BAB - LXIX Rumah tangga
70
BAB - LXX Meniti keluarga
71
BAB - LXXI Pekerjaan
72
BAB - LXXII Usaha
73
BAB - LXXIII pertemuan dengan sahabat lama
74
Episode - LXXIV Pertempuran yang panjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!