Pagi yang cerah aku baru saja bangun dari tidur, terasa sangat letih setelah berjam-jam melakukan penerbangan ke negara timur tengah ini. Dan Ini adalah sebuah pengalaman berharga bagiku sekaligus pertama kali pula aku jauh dari keluargaku. Kemudian akupun segera bangkit dari pembaringan lalu menuju kamar mandi untuk segera mandi dan membersihkan tubuhku. Waktu telah menunjukkan pukul 6.30, selesai mandi aku berganti pakaian lalu keluar dari kamar, "tuan Rudi, sarapan pagi telah siap!" Ucap Fatimah si pelayan yang berada dirumah ini. "Terima kasih!" Jawabku, sambil tersenyum kepadanya dan segera menuju ke ruang makan.
Selesai makan, akupun duduk diruang tamu sambil membuka laptop ku. Kemudian aku membuka e-mail untuk mengirimkan kabar ke pada redaksi dan isrtiku, taklupa pula akupun mengabarkan kepada mereka tentang keadaanku yang sudah tiba di kota Kabul dengan selamat. Saat pengiriman e-mail selesai aku duduk sejenak di sebuah sofa yang sangat empuk. Doaaaaaarrrr....Dor....dor....dor....Buaaaaaammm...!! Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang dahsyat diiringi rentetan senjata. Seketika itu suasana terasa panik, dan aku kebingung tentang apa yang sedang terjadi saat ini! Kemudian Fatimah menghampiriku. "Tuan, diluar sana telah terjadi penembakan!" Katanya. "Tuan jangan keluar, situasi disana sangat berbahaya!" Kata gadis itu kembali, "oh tidak masalah, ini adalah tugas peliputanku sebagai seorang wartawan," kataku, "aku harap kamu tidak perlu khawatirkan aku," kataku kembali padanya. Oh baru aku tersadar bahwa gencatan senjata sedang berlangsung, aku segera mengambil kamera dan berlari keluar. Saat ini aku hanya ingin segera secepat mungkin mencari informasi berita untuk ku update ke kantorku, "inilah berita pertamaku," ucapku dalam hati. Huru hara warga yang panik membuat aku menjadi bingung. "Ah kemana aku harus pergi?" Fikirku. Kemudian akupun turut berlari bersama warga untuk mengungsi. Duaaaaaarrr..........!! Terlihat sebuah mortir menyambar ke area pertahanan musuh.
Tak khayal lagi ledakan dahsyatpun terjadi seketika. Duaaaaaarrr.......Duaaaaaarrrrrr..!Pecahan mortir itu berserakan menghantam apa saja yang ada, terlihat tubuh-tubuh manusia beterbangan ke udara, asap tebal membumbung tinggi. Treeeteeeetttt....treeeeteeettt....! Senjata-senjata api laras panjang berdenging mengeluarkan peluru-peluru yang berterbangan menghantam ruang-ruang yang ada, dan disaat itupula dinding-dinding pertahanan yang dianggap basis pengacau oleh Pemerintah terlihat penuh lubang-lubang peluru. Sebuah granat nenas terlontar dan seketika itu menghantam sebuah kendaraan lapis baja milik tentara Pemerintah. Duaaaaaaarrr...! Bummmm!! Dua ledakan terjadi dan terlihat pula sebuah mobil tank hancur berkeping-kepinh yang disertai api besar menyala dan merusak sebuah kendaraan lapais baja tersebut, serangan balasan dari kelompok pengacau itu tak kala hebatnya. ssssssiuuuuuupp......suara nuklir yang ditembakkan oleh Militer Afganistan terbang menyerang pertahanan musuh. Duaaaaaarrrrr.....!! Ledakan dahsyatpun seketika terjadi yang diiringi teriakan dari pasukan pengacau. Arena perang bak lautan api, asap hitam dimana-mana dan api-api besarpun membumbung ke angkasa. Sungguh suasana yang sangat menegangkan. Duaaaaaarrr.....! Sekali lagi hantaman mortir meluluh lantakkan pertahanan musuh. Dar...dar..dar...hmm..duaar..trerettt..treteett..! Suara-suara morter dan senjata terus terdengar dari kejauhan, perang ini berlangsung di tengah padang pasir sehingga aku kurang begitu jelas untuk menyaksikannya, namun suara-suara tembakan dan ledakan terdengar cukup jelas ditelingaku, bidikan kameraku sempat mengabadikan peristiwa itu. Hampir satu jam gencatan senjata itu berlangsung dan suasana mencekam terasa mengerihkan.
...----------------...
Usai keadaan tenang aku bersama warga keluar dari camp, saat itu terdengar raungan suara ambulan dan mobil-mobil brigade Polisi yang lalu lalang di tengah kota. Akupun mencoba mengambil gambar situasi terkini di kota ini seusai perang yang baru terjadi. Akupun mencari kesana kemari orang-orang yang dapat untuk aku wawancarai, akan tetapi tak seorangpun yang bersedia untuk aku tanyai. Kini situasi saat ini membuat aku penuh dengan kebingungan dan disinilah karya jurnalistikku diuji, seberapa mampu aku untuk mewawancarai orang-orang atau tokoh-tokoh penting yang ada.
Setelah keadaan tenang, aku mencoba terus berjalan sambil memantau situasi disekitar dengan sesekali aku mengambil gambar dan merekam peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi. Mataku mengarah kesuatu tempat, aku melihat ada seseorang yang berdiri diujung jalan membawa senjata laras panjang dipundaknya, dengan tenang dia mengatur warga yang ada disana. "Siapakah dia?" Tanyaku dalam hati. perlahan aku menghampri orang tersebut, "Hai, What you speak English?" Tanyaku kepadanya. "No!" jawabnya. Namun aku coba tetap bertanya kepadanya, sambil menunjukkan id card pers ku agar dia memahami kalau aku adalah seorang Wartawan. "oh, anda seorang Wartawan rupanya." Jawabnya dalam bahasa arab. Rupanya orang ini hanya faham bahasa arab saja. "benar." jawabku, "apakah aku bisa mendapatkan informasi dari mu?" Tanyaku kembali, dalam bahasa Arab.
Kemudian dia mengatakan bahwa dia adalah seorang polisi, "bolehkah aku tau darimana serangan ini terjadi?" Tanyaku, "dari wilayah utara Kabul." Jawabnya tegas. "Apa yang mereka serang?" Tanyaku kembali padanya sambil mendekatkan tape Recorderku kepadanya, "pusat kemiliteran." jawabnya kmbali, "lalu bagaimana keadaannya saat ini?" Tanyaku kembali, "sekarang gencatan senjata telah berahir dan kini Pemerintah masih menghitung berapa korban jiwa, korban luka-luka dan bangunan yang rubuh." jawabnya kembali, "nanti saja kamu tanya informasinya ke camp Pemerintahan, mungkin tidak lama lagi mereka akan melakukan Konfrensipers." Sambungnya. "Oh begitu, baiklah aku akan menunggu," "terima kasih". Ucapku kepadanya sambil berjalan meninggalkannya.
******************************************
Sekitar dua jam usai penyerangan akupun mendapat informasi bahwa Mentri Pertahanan akan segera melakukan Konfrensipers. Tanpa buang waktu akupun melaju menuju Kantor Mentri Pertahanan itu, dan Kantor itupun tidak jauh dari tempat tinggalku. Akhirnya Kementrian Pertahananpun mengumumkan segala peristiwa yang baru saja terjadi. Seluruh awak media kulihat berkumpul di Aula Kementrian, baik media luar maupun dalam negri.
"Penyerangan dilakukan oleh kelompok seberang, dengan meluncurkan nuklirnya ke camp tentara pertahanan, korban jiwa dari pihak tentara saat ini ada sembilan orang, lalu yang luka ada enam orang. Mereka menghancurkan dua kendaraan tempur milik tentara. Adapun korban dari pihak lawan ada enam belas orang dan korban luka tidak diketahui. Dari kalangan sipil tidak ada korban, namun ada empat orang dewasa yang luka dan saat ini sudah dirawat di rumah sakit". Demikian informasi dari Kementrian.
Akupun segera mencatat dan merekam segera isi pidato yang dibacakan oleh Mentri Pertahanan itu. Dengan cepat aku segera membuka laman untuk mengirim berita dan gambar melalui e-mail ke redaksi guna diterbitkan. Pak Ferry, selaku Pimimpin Redaksi membalas dengan segera surat elektronikku itu dan dia merasa senag sekali karena mendapatkan berita yang A1 dari lokasi kejadian. Ya, aku memang selalu mengirimkan segala peristiwa kepada Redaktur secara cepat.
Waktu kulihat sudah pukul 21.14, aku segera pulang ke tempat penginapanku dengan berjalan kaki. Begitu sampai di rumah aku segera mandi dan makan malam yang telah disediakan oleh Fatimah. Seusai makan malam, akupun menuju kamar tidur untuk beristirahat. Hari ini sungguh hari yang membuatku terasa cemas, ternyata perang yang selama ini kusaksikan di tv kini aku bisa melihatnya secara langsung. Seram!, haru!, darah berserakan dimana-mana, sungguh sebuah pemandangan yang ekstrim aku lihat. Namun segala letih terasa hilang saat aku berhasil mengirimkan berita ke media ku, semua terbayar sudah dengan tulisan tangan dan kamera mata ku yang langsung menerima memory dari segala peristiwa ini. Tak terasa, akhirnya matakupun terpejam.
...****************...
Keesokan harinya aku masih tetap duduk di sofa ruang tamu sambil membuka laptop aku terus memantu perkembangan di sekitarku. Hari ini rupanya mediaku di Indonesia telah menerbitkan berita yang kutulis tentang perang yang terjadi semalam, surat kabarku ini mengabari tentang peristiwa yang terjadi di Afganistan sebagai tajuk utama. Akupun sesaat merasa bangga karena hasil kerja dan tulisanku dapat dimuat, dilihat dan dibaca oleh banyak orang melalui kantor beritaku. Memang beginilah kebahagian seorang jurnalis media, kebanggaanya adalah pada saat tulisannya dibaca oleh seluruh Masyarakat meski mereka tidak pernah tau bagaimana sulitnya mendapatkan informasi berita yang dilakukan oleh Wartawan. Suatu kerja yang berharga dan pengalaman yang patut aku simpan serta aku abadikan dalam diriku yang kelak akan aku ceritakan kepada anak dan cucuku. Tidak terasa matakupun terpejam. Hampir dua jam aku tidur, tiba-taba aku dibangunkan oleh Fatimah. "Tuan, maaf, ada tamu diluar ingin bertemu dengan tuan." Ucapnya. "Baik, surulah dia masuk". Pungkasku. Sesaat kemudian masuklah seorang pria yang kemarin menjemputku di Bandara, ia benar, dia adalah Deddy, "hai mas Rudi." Sapanya. "hai, apa kabarmu?" Tanyaku kepadanya, "aku baik saja." Jawabnya. "Oh ya, semalam telah terjadi gencatan senjata, bagaimana denganmu saat peristiwa itu terjadi." Katanya kepadaku. "ya, aku baik-baik saja." Jawabku kembali. "Perang semalam rupanya membawa kesan kepadaku, bahwa aku baru saja menjadi seorang penulis yang tepat," Kataku lagi. "hari ini, bangsa Indonesia sedang membaca kabar terupdate dariku, segala tulisanku jadi terkenal." Kataku kembali. Pengalaman yang sungguh luar biasa, "oh baguslah." Aku turut senang jawab pria itu kepadaku. "oh, ya, aku kemari selain menanyakan kabarmu, aku juga membawa undangan makan malam esok hari di Kantor Kedutaan Besar Indonesia." Ucapnya, "seluruh warga Indonesia nanti ada disana," Sambungnya. "Baiklah, aku akan datang esok malam," jawabku, "kalau begitu aku permisi dulu," jawabnya. "terimakasih sudah datang dan mengundang saya." Kata ku. Diapun akhirnya pergi dan berlalu meninggalkanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
triana 13
secangkir kopi untuk penambah semangat
2023-06-23
1
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2023-03-25
0