Setelah terbang kurang lebih 15 jam, akhirnya kami tiba dibandara pribadi keluarga Smitt menjelang tengah malam. Tak perlu merasa heran dengan pilihan perjalanan yang ia inginkan karna memang dia wanita yang berbeda dari perempuan biasa.
" Nginap sini saja, besok pagi kembali ke rumahmu." Ucapnya berupa perintah begitu kami sampai didepan gerbang.
Aku mengangguk patuh, karna untuk kembali pun aku enggan menyetir larut malam begini.
Beberapa pelayan menyambut kedatangan nona mereka dan tidak lupa menunduk hormat padaku juga.
" Kau lihat kan? Dia tidak menyambut putrinya, padahal dia sendiri yang memintaku kembali. " Umpatnya dengan berbisik.
" Ini tengah malam nona, mungkin dia sudah istirahat." Balasku.
" Sudah berapa kali kubilang, aku tak suka dipanggil nona olehmu. Ternyata diusia 30 tahun 6 hari kau juga sudah pikun Mr.Black!"Serunya menyorotku dengan tajam.
Tajam tatapnya selaras dengan pedas kata- katanya, tapi seperti biasa selalu ditambahi bumbu gula merah dan asam Jawa, jadi terasa pedas asam manis dihati. Aku hanya memicing menikmati sensasi rasa yang ini.
Baru saja ia ingin mencolekku dengansambal yang masih tersedia banyak didaftar kata yang akan keluar dari bibir seksinya, terdengar suara seru riang papanya.
" Hallo sayang... Kalian sudah sampai ya? Maaf ya sayang,tadi papa ketiduran. " Suara tuan Jhon dari arah tangga.
Kulihat ia terlonjak dan melangkah lebih cepat menuju arah sumber suara.
" Kukira papa sengaja tidak menyambutku.." ucapnya manja ketika sang papa sudah ada didepannya mengembangkan kedua tangannya dengan lebar.
" Mana mungkin papa tidak menyambutmu nak...Hanya kau yang papa punya." Balas sang ayah begitu putrinya sudah dalam dekapan.
Cukup lama mereka saling peluk, hinggaaku memutuskan untuk pergi menuju kamar tamu yang biasa aku tempati saat menginap. Aku tak mau nantinya bakal terlibat dalam percakapan anak dan ayah itu, karna aku hanyalah tamu dirumah besar ini.Lagian mungkin pengaruh obat istirahat yang diberikan dokter waktu dirumah sakit masih ada, terbukti walau dipesawat aku banyak tidur, sekarang masih saja mengantuk.
Aku tak tahu apa yang terjadi seterusnya, karna tidak lama, aku sudah tenggelam dalam mimpi begitu punggung bertemu dengan kasur.
***
Pagi sekal, begitu bangun dan selesai melakukan rutinitas subuh, akupun bermaksud ingin pulang.
Kulangkahkan kakiku pelan seraya menarik koper yang semalam dibawakan pelayan.
Begitu kakiku sudah hampir mencapai pintu utama, terdengar panggilan dari tuan Jhon.
" Tunggu dulu Rajj! Aku mau membicarakan denganmu soal rencana perjodohan untuk Cintami." Ujarnya yang membuat langkah kaki panjang dan kokohku terhenti dan sedikit bergetar. Aku menarik nafas sebelum membalik menghadap sumber suara.
Sebuah tepukan tuan Jhon berhasil memanggil beberapa pelayan.
" Ya tuan..." Ucap mereka terdengar olehku.
" Ron, Bawa koper Rajj kembali kekamar tamu, Dan kau Sumi bawakan keruang baca dua gelas warm chocolate mill." kudengar tuan Jhon memerintah.
" Baik tuan.." Balas mereka.
Andailah boleh meminta, sebenarnya aku sangat ingin cepat- cepat pergi karna apa yang diminta oleh tuan barusan adalah hal yang sangat berat untuk kulakukan.
Are you oke Brother? " Tanya bang Roni berbisik karna aku masih belum berkutik, setelah ia ada didepanku dan meminta koperku.
" I Am Oke Bro, hanya ngantuk saja. " Bohongku dengan senyum sumbang.
Kulihat ia mengangguk, lalu sedikit melonjak menyentuh pundakku setelah memindahkan gagang koper ketangan kirinya. " Tuan membawamu keruang baca! " Bisiknya lagi mengingatkanku. Lalu ia melangkah pergi.
Aku mengangguk tersenyum sumbang. " Tak ada kamusnya bawahan menolak perintah Rajj." Ujarku dalam hati. Akhirkan kuputuskan juga untuk menyusul tuan itu.
" Welcome and good luck untukmu ya Bro! " Teriaknya bang Roni kembali sebelum menuju kamar tamu.
" Oh, Thank you bro! " Balasku menoleh padanya.
Aku melangkah pelan dengan berbagai perasaan menuju ruang baca tuan Jhon.
" Langsung masuk dan duduk saja Rajj! " Ucapnya begitu aku sampai dan terdiam didepan pintu.Ditariknya kursi untuk aku duduki, lalu tersenyum padaku.
Aku duduk dengan canggung sembari menatap tuan Jhon. Kutarik nafas dalam sebelum bertanya padanya tentang tugasku.
" Apa yang harus saya lakukan untukmu dan nona muda tuan? " Tanyaku mencoba bersikap biasa saja.
" Kau pilihkan photo para anak kolegaku yang mana yang akan kupanggil dan kita Uji sebagai calon pengantin untuk Cintami." Ujarnya seraya menyodorkan beberapa photo padaku.
" Putriku tak pernah pacaran lagi sejak tamat sekolah menengah Atas. Jadi soal kekasih tak ada yang akan menghalangi perjodohan ini. Yang jadi masalah ialah aku takut calonnya tahu dari penyakit Kleptomania Cintami, jadi aku takut Cinta ditolak setelah mereka dikenalkan. " Curhat tuan Jhon dengan tatapan kosong.
Kuberanikan diri untuk menyentuh dan menggenggam tangan yang sedang bermain- main resah diatas tumpukan fhoto- photo para pria muda itu. " Jangan khawatir tuan, nona Cinta tidak pernah ketahuan selama diluar negri, kalau didalam negri selama ini selalu tertutupi karna ia mengoleksi barang dari plaza sendiri walau sebagian ia tak tahu itu market miliknya." Ucapku menenangkan tuan Jhon.
" Entahlah Rajj, kata orang, aroma yang tak sedap itu walau disimpan bagaimanapun rapi bakalan tercium juga. " Ucapnya lagi seraya menatapku dengan raut khawatir. Dari ekspresinya saat ini, tidak terlihat sedikitpun bahwa ia merupakan seorang penguasa didunia bisnis paling terkemuka hampir di 2/ 3 belahan bumi, yang ada hanyalah raut sendu seorang ayah yang khawatir akan hari depan putrinya.
" Maaf tuan, kalau boleh tahu alasannya sebab apakah nona buru- buru mau tuan nikahkan, tuan sehat- sehat ajakan?" Tanyaku yang sekarang justru menghawatirkan kesehatan tuan Jhon.
" Kesehatanku masih lumayan oke kok Rajj, tapi mendengar ia tidak berhenti juga melakukan itu setelah banyak hal yang kulakukan untuk penyembuhannya, Tiba- tiba aku mendapat mimpi didatangi Almarhum Samia istriku yang mengusulkan agar Cinta segera dinikahkan, katanya semoga dengan menikahkannya penyakit itu akan sembuh." Jelas tuan Jhon yang membuatku sampe hampir kebelet menahan tawa.
" Tuan ini ada- ada saja, mimpi aja dijadikan pedoman." Batinku.
" Ya tuan, kufikir semua mereka secara fisik cocok dengan nona, tinggal kita serahkan saja pada nona mau menguji yang mana karna nonakan seorang jago beladiri." Ucapku setelah menimbang- nimbang.
" Dia? Apa kau tidak salah Rajj, gimana kalau dia menolak semua, mau cari kandidit kemana lagi aku? Ini sudah merupakan pria singgel paling top dari berbagai negara. "
" Kalau begitu tuan tak usah ragu menyodorkan calonnya pada nona. Sebagai pencuri ulung, kurasa ia punya mata yang lebih jeli dari kita. " Ujarku keceplosan, setelah sadar, akupun menutup mulut.
Tanpa kuduga tuan malah tersenyum. " Kau benar, kita serahkan saja pada dia. " Ujarnya seraya mengumpulkan photo itu kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments