Chapter 2

Ketika aku sudah kembali keparkiran, kulihat tinggal dia sendiri duduk diatas motorku.

" Apa dia pergi sebelum aku selesai?" tanyaku sekedar untuk mengatasi kecanggungan yang tiba- tiba merayap dihati.

" Kau belum puas melepas rindu dalam toilet ya, kalau perlu buat janji kencan tinggalkontak aja, dia meninggalkan nomornya kok, bentar aku kirim." Ujarnya menatapku dengan tajam.

" Ada apa dengannya? Seharusnya aku yang kesal, baru kenal saja ia sudah terlihat sangat jinak dengan Ali temanku sang mantan playboy itu." Protesku dalam hati, namun mataku tak dapat kualihkan dari raut wajah indahnya.

" Ali salah besar dengan omongannya, sepertinya melihat wajah nona aku tidak kenyang,malah kelaparan, dan ingin melahap semuanya, terlebih bibir seksi nan merah muda alami itu."

" Rajj! Rajj! Kejedot apa sih kamu, kok seberani itu beratensi nonamu sedang mencemburuimu dan malah berfikiran liar untuk dapat mencicipi bibir gadis berpenampilan tomboy namun berwajah seksi dan Amat indah ini. Ingat Raj, kau tak lebih dari seorang penguntit yang digaji!" Aku kembali berusaha memperingatkan diri sendiri.

" Ingat Raj kau ditugasi menjaga Cinta, bukan untuk mengencaninya." fikiranku menolak keras desakan dikalbu.

Ya, aku hanya seorang penguntit yang ketahuan. Selama ini, Gadis itu selalu berhasil menyingkirkan bodyguard, detektif atau apa saja yang ditugasi menjaganya dan hanya akulah yang bertahan, selainnya memilih minta ampun setelah dihajar oleh gadis jago seni beladiri, berkuda, memanah dan angkat senjata ini. Walau tulang- tulangku nyaris patah karna dipukuli, kala ketahuan menguntitnya setahun yang lalu,tapi dia menerimaku setelah membuat kesepakatan

diam- diam tanpa sepengetahuan papanya. Dan entah untuk alasan apa, hatiku tak mampu menolak semua permintaan perjanjian kerjasama darinya, walau itu kusadari menodai etika tugasku dari tuanku.

" Hei, kok malah bengong, Ayo kita makan sebelum aku mendadak marah lagi, aku barusan kedatangan tamu habis Zuhur, jadi emosinya gampang meledak!" Ucapnya seraya menepuk pundak ku.

" O...pantas nona begitu, dasar memang akunya aja yang kegeeran.." Fikirku sedikit kecewa dalam hati.

" Ayo naik, kali ini biar aku yang bawa! "

" Deg

Jantungku kembali memacu lebih cepat, apalagi memikirkan akan duduk dibelakang dengan memeluk dia, serasa pipisku kembali sesak.

" Mau pergi atau aku akan kembali mencari koleksi baru! " Tanyanya lebih mirip ancaman.

" Ja_ jangan nona...Kasihan tuan, sudah terlalu banyak kita membohonginya, kalau ia tahu ia pasti sangat sedih."

" Kalau begitu naiklah! Kalau kau bisa menunjukkan tempat dan kesan kencan paling indah untukku esok, aku akan memberimu bonus gaji dua kali lipat dengan gaji bulanan yang papa beri. " Ucapnya kemudian mulai menyalakan mesin.

Walau ragu aku naik juga dibelakang punggungnya.

" Pegangan yang erat! " tanpa protes, aku mengalungkan kedua tanganku dipinggang rampingnya begitu posisi dudukku sudah pas.

" Itu baru namanya pintar! " Ucapnya seperti memuji anak TK. Aku hanya membalas dengan senyum smirk.

Motor melaju meninggalkan pelataran Masjid setelah ia memastikan kalau kami sudah memakai helm dengan benar.

Setelah berkendara selama 30 menit lebih karna mesti mutar- mutar- untuk menemukan restaurant yang menyediakan menu makanan halal, aku menarik nafas dalam- dalam, ketika akhirnya bisa juga terbebas dari perjalanan gawat darurat ini. 😅

" Kok wajahnya tegang bangat sih darling, apa

aku bawa motornya kekencangan ya? I Am Sorry honey." Ucapnya santai seraya menggelayutiku manja sebelum menyeretku menuju kedalam restauran ini.

" Sebaiknya nona Cinta bersikap seperti biasa,

kan ngak ada lagi si Alinar." Ujarku menepis pegangan tangannya, aku mencoba sedikit bercanda, walau aku sendiri tak dapat tersenyum dengan candaan itu karna entah lucunya dari mana.

" Apa kau hanya boleh digelayuti oleh teman sejenis saja." balasnya tak terduga, kulihat wajahnya berubah, bahkan ketika pelayan menyambut kami ia hanya diam. Seperti biasa aku memesan ruang makan frivasi karna sudah tahu apa yang non Cinta mau jika makan diluar.

Kami duduk berhadap- hadapan, cukup lama kami saling diam sampai seorang pelayan tiba mengantar menu yang tadi kupesan untuk kami. Aku bahkan sudah hafal makanan yang ia suka dan tidak ia suka.

" Ayo kita mulai makannya nona, kan tadi katanya lapar." Ajakku begitu waitress pria itu pergi dari hadapan kami.

" Cik, kulihat makanannya semua terlihat hambar! Sebaiknya kau antar aku ke pan house ku ya, biar aku masak sendiri." Ucapnya seenaknya.

" Apa?Tidak, paling ngak untuk sekarang nona Karna perutku sudah takkuat menahan lapar. " tolakku berani.

" Tapi aku sedang tak selera makan Rajj!. " Bentaknya sambil berdiri dan bermaksud ingin pergi, tapi aku sudah tak kuat bersabar dipermainkan gadis ini lagi. Dalam satu kali sentakan kutarik pinggangnya dan kubawa tubuhnya menghadap padaku.

" Kau terlalu berani Rajj Copri! " Bentaknya tatkala aku sudah memeluknya erat.

" Bukankah nona dengar sendiri kukuriuk perutku ini? Tadi nona sudah janji mentraktirku bukan? sudah didepan makanan apa mau kabur pula, tega sekali nona mau membuatku mati kelaparan ya?" Ucapku sedikit memelas.

" Dasar lebay! Masak nunggu satu jam saja sampai mati kelaparan, orang berpuasa sebulan penuh ngak ada yang mati Rajj." Ujarnya seraya berupaya melepaskan diri dari pelukanku.

Mendengar tekanan suaranya melembut, akupun mengendorkan pelukan, kucoba menatap wajah cantik yang begitu dekat didepan mataku. " Kalau begitu Ayo kita makan Honey. " Ucapku dengan menahan senyum.

" Mhem...Oke Darling! " Balasnya spontan. Iapun segera duduk.

" Duduknya bersebelahan saja, biar aku tak hilang selera begitu melihat wajah pas- pasanmu yang menyebalkan itu Darling. " Balasnya sembari menarik kursi kesisi kanannya.

" Cinta...Cinta...ngerayu atau ngina sih? Dasar gadis payah, orang tuanya salah kasih nama kali ya, barangkali namanya cocoknya Heti,Heci atau apa lah. Tapi sepertinya aku lagi yang salah. Bukankah nama merupakan sebuah doa, mungkin orang tuanya berharap anak gadisnya untuk selalu dicintai walau tingkahnya berbeda dengan wanita biasa kali ya? Entahlah... Kalau dari segi fisik, nona sungguh gadis yang sangat pantas untuk dipuja dan dicinta oleh semua."Tiba- tiba saja begitu banyak fikiran memenuhi kepalaku tentang nonaku yang pencuri ini.

" Sudah mengataiku dalam hati! Cepatlah duduk dan makan, kan katanya lapar! " Ujarnya tanpa menoleh padaku. Detik berikutnya kulihat ia sudah fokus mencicipi hidangan makan siangnya.

Akupun duduk dan mulai makan. Suasana jadi hening, hanya sesekali kucuri pandang juga kesamping kiri. Bibirku menyunggingkan senyum tipis. " Sepertinya makanannya

tidak hambar kan nona." Bisikku begitu melihat ia makan dengan lahap.

" Suapi aku..." Balasnya kemudian sembari meletakkan sendok dan garpunya.

" Mampus aku! Sepertinya kau cari masalah lagi Rajj! " Batinku.

" Ta..tapi nona.

" Tak ada tapi- tapian! Ini hukumanmu sudah ngoceh sambil makan Rajj..." Ujarnya seraya menyandarkan kepalanya dibahuku.

" Tidak mau cari masalah lagi dengan jantungmu bukan? Jadi Cepatlah suapi aku biar aku tidak bertindak lebih ekstrem."

Aku mengangguk dengan cepat, dan dengan rasa berkecamuk segera kusuapi dia, karna ternyata aku salah lagi, nona Cinta tadi tidak merasakan bunyi perutku saja saat kupeluk dia, tapi gadis itu mensave denyut jantungku juga dalam memorinya.

Aku berusaha menyuapinya dengan susah payah menahan getar tanganku sendiri sembari terus berdoa dalam hati.

" Aku memang harus segera cek kedokter nona, karna jantungku mungkin saja sedang ada masalah, karna lari sebentar saja tadi aku sudah ngos- ngosan, jaman sekarang semuanya tidak terduga,termasuk penyakit." Balasku mencoba memberi Alibi yang sedikit masuk akal setelah berhasil menyuapinya beberapa sendok.

" Buka mulutmu! Sekarang aku yang gantian menyuapi. " Ujarnya kemudian sembari menarik sendok berisi makanan itu dengan lembut.

" Semua memang tak terduga! Termasuk gadis yang sekarang sudah siap untuk menyuapiku balik.

" Baru saja aku buka mulut ingin protes, ia sudah membungkap mulutku dengan makanan.

Ia terus mengulang melakukan itu dengan anggun, hingga aku terus terpana menatap mahluk indah didepan mataku.

" Makan jangan sambil berkhayal. " Ujarnya cuek sembari terus menyuapiku begitu kunyahanku berhenti.

" Jangan sampai gadis pencuri ini mencuri hatimu juga Rajj, karna ini berbahaya, dan kau harus sadar wujud dan posisimu, kau bukan tipenya, ia hanya memanfaatkan mu saja." Jerit batinku mengingatkan diri. Apalagi aku merasakan sesuatu didalam diriku kembali bergejolak, ketika dia mengusap lembut sisa makanan disudut bibirku dengan tangan halusnya.

Dan baru kali ini aku makan siang dengan tubuh panas diruangan makan super nyaman begini.

Hai Sahabat baca...Jangan lupa kasih masukan yang baik ya dengan cara like, komen, fote, give dan favoritkan karya ini.

Salam Thank you sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!