Tiga hari dirumah sakit cukupmembosankan, dan lebih tak enak karna ada Raja yang selalu menemani Cinta menjagaiku.
" Aku tak apa- apa, ngak usah dijagai dua- dua! " Ujarku hampir setiap jam karna tak Sudi cinta ditempilin terus oleh pria itu didepan mata kepalaku. Aku ingin cepat keluar dari rumah sakit karna dokter bilang aku hanya butuh istirahat saja, tapi gadis itu memaksa aku dirawat selama tiga hari.
Yang namanya majikan harus tetap patuh pada tuannya, itulah sebabnya dulu Daddy begitu sering berpesan padaku agar fokus pada usaha sendiri dan jangan sekalipun makan gaji diawal mendirikan Copri Collection.
Akhirnya tiga hari membosankan itu terlewatkan juga. Sekarang kami sudah berada Unit yang kutempati. Pria itu langsung pergi begitu setelah mengantar kami. Entah karna apa ia terlihat buru- buru akupun tak mau tahu.
" Sini duduk! Nanti aku yang akan bantu packing pakaianmu, soalnya kita akan berangkat besok. Raja sudah mengurus penerbangan untuk kita. Kita berangkat dengan Jet pribadi milik teman papa." Ucapnya sembari menepuk permukaan sofa disebelahnya.
Kutatap ia sekilas, lalu duduk seperti yang ia minta.
" Papa meminta kita pulang besok, kalau ternyata mimpimu benar dan aku diminta pulang untuk menikah."
Aku hanya mengangguk menanggapi ucapannya.
" Aku tidak akan ragu lagimenentukan pilihanku, aku sudah menemukan pria yang kira- kira bisa tahan punya istri dengan karakter seperti aku." Ujarnya membuatku ingin kembali lagi kerumah sakit.Entah apa hakku terluka dengan pengumumannya yang tidak penting ini, tapi inilah kenyataan yang kurasa, aku merasakan pedih diulu hati, hampir menyerupai pedihnya saat bunda menyampaikan pesan terakhirnya sebelum menghadapi Sakaratul dihadapan Daddy dan aku. Rasa takut akan menghadapi masa mendatang tanpa orang yang sangat penting dalam hidup. Apakah nona ini penting
dalam hidupku? Kalau difikir- fikir tiap hari ia hanya menyusahkanku saja, mulai dari urusan tugas kuliah, makan dan gaya belanja abnormalnya hanya meribetkanku, tapi mengapa harus sedih lepas, seharusnya aku merayakan kebebasanku dan mulai meniti karier cemerlang sebagai detektif yang sesungguhnya sembari mengontrol bisnis Sari warisan Daddyku. Mengapa kali ini logika berlawanan dengan rasa. Apakah benar candaan tuan itu jika hatiku telah tercuri oleh Cinta. Semoga saja tidak, karna itu artinya hatiku akan patah karna salah tempat jatuh.
" Hey! Kau selalu melamun, apa kau dengar ucapanku sih Darling? " Ujarnya sembari menyentuh pundakku.
Kutepis tangannya dengan cepat. " Jangan panggil aku Darling lagi, aku tak mau nanti tuan salah sangka dan mengira aku sudah menggoda putri semata wayangnya, aku tak mau disangka penghianat! " Ujarku sengit.
" Huh! Putri semata wayang yang dianggap sebagai kutukan!. " Ucapnya tak kalah sengit dan mengandung luka mendalam, hingga aku tak kuasa untuk tidak menatapnya.
Aku turun dari sofa dan berlutut didepan Cinta. " Tidak! Jangan mengira tuan menganggap mu begitu, ia sangat menyayangi non Cinta, ia melakukan banyak hal sejak nona masih SMP, mulai dari konsultasi sampai terapi, bahkan ia bela- belain mendatangkan orang pintar untuk menyembuhkan mu, apa nona tak ingat? Tuan
sudah cerita semua padaku hingga aku mau bekerja padanya. " Jelasku tak mau ia berprasangka tidak baik pada ayahnya sendiri.
" Ya! Tapi ia lupa kalau semua ini berawal dari dia, dia yang menyebabkan mamaku tiada! " Balasnya dengan mata menyimpan dendam.
" Tidak Cinta! Mamamu tidak dibunuh, ia menderita penyakit dalam." ujarku menjelaskan apa yang kutahu.
" Iya! Ibuku meninggal karna inveksi bagian dalam sehabis keguguran dan ayah tidak bisa menebus obatnya yang mahal karna hanya karna tak cukup uang, padahal jika berusaha keras pasti dapat. Ngak ada uang ngutang, ngak ada yang mau ngutangkan ya rampok. Ngak sanggup curi saja obatnya. Bukankah dalam keadaan darurat boleh melakukan apapun?"
" Tidak nona! Nona salah memahami semua ini. Apapun alasannya merampok dan mencuri tetap perbuatan yang sangat buruk.
Untung tuan tidak melakukan itu, karna semua itu akibatnya buruk, bagaimana jika papamu tiada karna digebukin orang? sedangkan mamamu sudah takdirnya berumur pendek. Nona akan kehilangan keduanya, dan mungkin kondisi nona saat ini takkan sama, tuan juga tidak akan mencapai posisi sekarang. Seharusnya nona bersyukur dan dapat mengambil hikmah, karna bundaku juga kembali pada Allah walau Daddy sudah menghabiskan seluruh tunjangan pensiunnya untuk pengobatan bunda. " Jelasku menitikkan airmata karna aku teringat lagi pada bunda.
" Maaf...Aku jadi mengingatkanku pada keluargamu..." Balasnya seraya mengusap bulir yang menetes dipipiku dengan hidung kecilnya. Tapi aku merasakan pipinya juga basah. Dia menangis tapi menghapus air mata orang lain.
Dengan spontan kubawa tubuhnya jatuh kepangkuanku. Kupangku dia dengan posisi menghadapku diatas karpet putih ini. Entah rasa apa ini Tuhan...Aku tak tahan melihat airmatanya yang mulai mengajak sungai.
Dan inilah baru pertama aku melihat ia menangis sejak aku mengenalnya.
Kupeluk gadis ini erat dan cukup lama.
" Menangislah sepuasnya dalam dekapan pria hitam ini nona...karna walau warna kulit kita berbeda, tapi kita sama- sama anak yang sudah tak beribu. Bahkan aku sudah kehilangan keduanya, Nona masih Syukur punya papa yang baik dan berjuang menjadikan nona seorang putri. " Ucapku lirih.
" Kau ini! Selalu saja membuatku tersenyum, bahkan disaat menangis juga." Ujarnya seraya melepas tubuhnya dari dekapanku.
Kulihat ia tersenyum lebar, airmatanya sudah habis bahkan ingusnya karna ia hapuskan semua kekemeja putihku, tapi aku tak kecil hati karna aku suka warna putih, bila terkena noda mudah untuk dibersihkan kembali dengan cairan penghilang noda.
" Apa nona tidak alergi mencium pria hitam?" Tanyaku begitu ia kembali ingin menempelkan hidung kecilnya didaguku.
" Cik, kau ini ! Membuat seleraku patah saja!" Ujarnya keki seraya mendorong tubuhku hingga aku terjungkal.
"Aduhh...
" Mampus sana! Tuan jelek perusak selera!" Cercanya lagi segera beranjak pergi tanpa peduli aku yang kesakitan.
Cukup lama aku terbaring tengadah menikmati sakit dikepalaku karna berbenturan dengan lantai. Tapi entah mengapa detik berikutnya aku tersenyum.
" Semoga setelah ini nona Cinta tidak mau mencuri lagi. " Batinku berharap.
Sejenak perasaan takut kehilangan menguap begitu saja, yang ada di hatiku saat ini harapan kebaikan untuk karakter nona dimasa mendatang. Semoga nona berangsur memahami kesalahannya dan mulai berbenah hingga suaminya kelak tidak terbebani dengan karakter tak baik ini.
*
*
*
Pukul tujuh pagi kami meninggalkan kota L dengan Jet pribadi yang katanya milik temannya tuan Jhon Smitt. Aku tak banyak tanya tentang ini, karna sejak kemaren aku hanya terpesona dengan serfis dari nona Cinta. Semua terlihat sangat terbalik, dia yang selama ini suka memerintah aku tuk bantunya
ini itu sekarang dengan sigap menyiapkan segala yang akan kami bawa pulang. Aku tersenyum mengejek diri sendiri kala terpana dengan keanggunan nona selama sehari semalam. Sampai didalam pesawat pun aku tak kuasa menahan geli sendiri.
" Kau senyum- senyum seperti orang gila Rajj!
Apa otakmu geger karna benturan kemaren? " Akhirnya ia menyampaikan juga hasrat ingin mencercaku yang tertahan sejak semalam.
Aku kembali tersenyum tanpa menatapnya.
" Aku heran saja mengapa nona mau berganti posisi menjalani Profesiku selama ini. " Ucapku Ambigu.
" Ahh, jangan Geer MR Black! Aku hanya sedang dalam tahap awal belajar jadi istri yang baik. " Balasnya yang membuatku kembali terdiam.
" Ya, sebentar lagi kau akan menikah nona, aku tak keberatan jadi testimoni." Batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments