Hari ini adalah hari pertama bagi Alana untuk mengikuti pembelajaran di kelas sebagai mahasiswa. Menjadi mahasiswa adalah impian bagi setiap anak bangsa, termasuk Alana. Ia berangkat sesuai jadwal, melewati jalanan yang disesaki ratusan kendaraan yang berlalu lalang. Rasanya ingin menyebrangi jalanan yang sesak itu dengan segara, karena kalau tidak ia pasti akan terlambat masuk kelasnya. Ia melirik ke arah jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 07.15. padahal kelas akan dimulai pukul 07.30, ia masih punya waktu lima belas menit namun ia pesimis jika bisa datang tidak terlambat.
Akhirnya ia memutuskan jalan beberapa meter ke depan, dimana di pertigaan jalan itu ada lampu merah, pasti akan lebih mudah untuk dirinya menyebrangi jalanan. Ia berjalan dengan langkah cepat, menyusuri tiap trotoran dengan penuh semangat.
"Ayo, Alana semangat. Gak boleh telat." Gumamnya seorang diri.
Akhirnya dengan usaha yang tanpa menyerah ia dapat menyebrangi jalanan yang tidak memberikan ruang untuk dirinya sedari tadi. Ia berlari meneliti setiap tempat untuk mencari kelas pertamanya. Ruang C.012 akhirnya ia menemukannya. Ruang itu sudah tertutup rapat, dan benar saja dia terlambat sepuluh menit. Dia mengumpulkan keberanian menarik handle pintu ruang itu dan membukanya.
Ia menatap ke segala arah, benar saja hampir semua orang sudah berada di dalamnya, termasuk sosok lelaki dua atau tiga tingkat lebih tua darinya. "Maaf Pak, saya terlambat." Ucap Alana pelan, namun masih dapat di dengar oleh orang-orang yang tidak jauh dari dirinya.
Lelaki itu kini menoleh ke arahnya, Alana yang masih tertunduk lesu dan mengumpulkan napas tidak melihat sosok lelaki di sampingnya.
"Apa alasan kamu terlambat?" Barito lelaki itu menyadarkan lamunan Aluna.
Ia mendongokkan kepalanya meneliti siapa lelaki yang sedang berada disampingnya. Alana melongo saat menyadari lelaki yang sekarang berdiri disampingnya adalah Andra si manusia kutub selatan. "Kak Andra.!" Ucapnya seraya menutup mulutnya
"Apa alasan kamu terlambat?" Ulang Andra.
"Saya tadi susah menyebrang jalan." Jawab Alana jujur. Namun sepertinya banyak yang tidak percaya dengan alasannya. Ya sudahlah biarkan saja, kalau nanti ia di usir, ia sudah menyiapkan hatinya untuk menerima kenyataan getir itu.
"Saya toleransi keterlambatan kamu kali ini." Ucap Andra tegas.
"Terima kasih kak." Jawab Alana sambil tertunduk.
"Tapi tidak untuk lain kali." Kata Andra dengan wajah datar dan netra tajam.
Alana mengangguk lalu mencari kursi yang masih kosong, ia duduk disana bersama yang lainnya. Kini Andra berdiri di depan laptopnya dan membuka powerpoint disana.
"Perkenalkan nama saya Andra Brahmana, saya asisten dari Prof Yoga Brahmana. Saat ini beliau tidak bisa hadir karena sedang ada urusan di luar negeri."
Andra menjelaskan kontrak pembelajaran selama satu semester dan menunjuk satu orang untuk menjadi koordinator dalam mengumpulkan tugas kepada dirinya. "Yang bersedia menjadi koordinator silahkan tunjuk tangan.!" Ucap Andra keras.
Hampir semua wanita dikelas itu mengankat jari telunjuknya . Hanya ada satu yang tidak minat sama sekali, ia adalah Aluna. "Oke, karena hampir semua mengangkat telunjuk saya memilih satu-satunya yang tidak mengangkat telunjuk yaitu Aluna." Intrupsi Andra.
Alana yang merasa tidak minat malah dipilih oleh Andra mendadak menjadi kesal. "Silahkan bagi Alana untuk ikut saya ke ruangan Pak Yoga Brahmana." Titah Andra.
Dengan langkah gontai karena tidak minat ia terpaksa mengikuti Andra. Kesal rasanya harus berurusan lagi dengan manusia kutub satu itu. Ia berjalan di belakang Andra, memilih membisu tanpa bicara. Demikianpun dengan Andra ia sama sekali tidak bersuara. Berjalan layaknya kulkas dua pintu tanpa sapa atau senyum kepada siapapun.
Alana menjadi heran dengan para fans fanatik Andra. Bisa-bisanya mereka ngefans dengan manusia kutub modelan Andra, ramah tidak nyebelin iya.
Setelah sampai di ruang Pak Yoga Brahmana, Andra memfoto satu buah kertas putih dengan beberapa soal di dalamnya. "Lan, nomor kamu?" Ujar Andra sembari memberikan handphonenya kepada Alana.
Alana mengambil benda pipih itu, menulis nomornya disana dan menyimpannya sesuai intruksi Andra. "Thanks, tugasnya sudah aku kirim ke WA kamu, tolong share ke teman sekalasmu ya.!" Intruksi Andra tanpa ekspresi.
Alana hanya mengangguk, kemudian mengambil handphone di dalam tasnya, membuka pesan Andra, kemudian ia kirimkan di grup kelasnya.
"Sudah Kak." Ucap Alana singkat.
"Oke. Terima kasih Alana." Balas Andra sembari menarik sedikit sudut bibirnya.
"Yasudah kak, aku balik ke kelas.!" Kata Alana sambil melangkahkan kedua kakinya keluar dari ruang dosen dengan nama Dr. Yoga Brahmana, M.Ilkom.
"Lan, nanti kumpulkan kepada saya tugas. Nanti bisa wa dulu, kalau semua tugas sudah di tangan kamu." Kata Andra kemudian.
Aluna hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Andra sendiri disana. Alana berjalan cepat menuju kelasnya. Sesampai di kelasnya, banyak sorot mata penuh selidik pada dirinya. Ia berusaha acuh dan tidak memperdulikan mereka.
"Lan, lama amat. Habis ngapain sama senior ganteng itu?" Tanya Marchela salah seorang teman yang duduk tepat di samping Alana.
"Nggak ngapa-ngapain Chela." Jawab Alana.
"Dia ganteng banget ya, sayangnya datar dan kaku banget kaya es balok.!" Ujar Marchella sembari menahan tawa.
"Maybe." Balas Alana singkat.
Kini keduanya tidak mengeluarkan suara sama sekali. Kedua sibuk mengerjakan sepuluh soal yang diberikan Andra. Satu jam kemudian dering ponsel Alana berbunyi.
Drt..Drt..Drt
Alana bergegas membuka pesan diponselnya, ternyata pesan dari Andra. [Lan, koordinasi tugas jam 12.00 kita ketemu.]
[Oke] balas Alana singkat.
"Guys, bagi yang sudah selesai tugas bisa dikumpulkan." Ucap Alana keras.
"Oke." Jawab teman-teman Alana kompak.
Tak lama setelah ia berteriak keras kepada teman-temannya, satu persatu dari mereka mengumpulkan pekerjaannya kepada Alana. Alana lega saat semua sudah mengumpulkan tugas kepada dirinya, ia segera menghubungi Andra untuk menyerahkan tugasnya.
[Kak, tugas udah semua.]
[Oke, aku tunggu di ruangan yang tadi.] Balas Andra.
[Ya] balas Alana kemudian.
Setelah membaca pesan Andra ia bergegas menuju ruangan Pak Yoga Brahmana, membawa 50 tumpukan kertas hasil perkerjaanya dan teman-temannya. Sesampai di ruang itu, Andra tampak sibuk dengan laptopnya.
Tok..Tok..Tok
"Permisi Kak, saya mau menyerahkan tugas." Ucap Alana diambang pintu.
"Alana masuk.!" Intruksi Andra tanpa mengalihkan pandangan dari laptop di depannya.
"Ini Kak." Kata Alana sambil menyerahkan tumpukan kertas itu pada Andra. Andra mengangguk tanpa ekspresi seperti sebelumnya.
"Saya pemisi Kak.!" Pungkas Alana.
Seperempat jam kemudian Alana sudah bersama Marchela. Gadis Blasteran jawa Filipina itu nampak menjadi satu-satunya teman Alana yang baik karena masih setia menunggunya hingga kembali dari ruang Pak Yoga.
"Chela, makasih ya udah nungguin aku. Aku kaya gak punya teman deh." Keluh Alana.
"jangan bilang gitu, aku mau kog jadi temen kamu." Ucap Chela dengan senyum mengembang di pipinya.
"kamu serius?" Tanya Alana memastikan.
"Tentu, aku serius pengen jadi temen kamu." Balas Chela dengan mata berbinar.
Alana tersenyum sumringah, setelah berpisah dari teman-teman ospeknya akhirnya ada juga yang mau berteman dengan dirinya.
"Lan, aku nyari kamu ternyata kamu disini." Ucap seseorang dari belakang Alana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Noviyanti
semangat alana
2022-09-25
1