"Selamat pagi..."
Suara seorang laki-laki yang masih asing di indera pendengaran semua orang di dalam ruangan tersebut membuat perhatian semuanya menoleh padanya.
Mata semua kaum hawa tertuju padanya. Seorang pemuda tampan yang sangat berwibawa berjalan masuk dengan membawa beberapa buku di tangannya.
Ayuna yang berada di bangku depan merasa panik, karena orang tersebut merupakan orang yang paling dihindarinya saat ini.
Hingga akhirnya buku yang ada di mejanya digunakan untuk menutupi wajahnya ketika orang tersebut berjalan melewati depannya.
Dewa, seorang dosen muda yang kali ini mendapatkan tawaran dari seniornya untuk menggantikannya sementara waktu karena seniornya tersebut harus melakukan perawatan di rumah sakit untuk penyakit usus buntu nya.
"Perkenalkan, nama saya Dewa Arion. Kalian bisa panggil saya Dewa. Untuk sementara waktu saya akan menggantikan Pak Hamid yang sedang cuti untuk beberapa bulan ke depan. Ada yang ditanyakan?"
Dewa mengawali perkenalannya dengan datar dan muka dinginnya, berbeda jika bersama dengan Ayuna.
"Sudah punya pasangan Pak?" tanya salah satu mahasiswi yang berada di sana dengan mengangkat tangannya untuk bertanya.
"Sudah. Dan kami akan menikah."
Dewa menjawab dengan tegas sambil melihat ke arah Ayuna.
Mendengar jawaban dari Dewa, Ayuna merasa lega. Berarti dia tidak akan menghindar lagi dari Dewa karena tidak ada lagi yang perlu dia khawatirkan.
Ayuna, seorang gadis imut yang takut jika di dekati oleh lawan jenisnya yang mempunyai maksud untuk mendekatinya.
Hanya Felix, Gavin, Viktor dan Devan saja yang bisa mendekati Ayuna sejak SMA dengan alasan persahabatan mereka.
Awal persahabatan mereka dimulai karena Ayuna satu kelompok dengan mereka berempat pada saat diberikan tugas oleh guru ekonomi mereka.
Mau tidak mau Ayuna harus pergi bersama mereka untuk mengerjakan tugas. Dan sejak itulah Ayuna nyaman bersama mereka karena mereka tidak menunjukkan rasa tertariknya pada Ayuna.
Entah mengapa sedari dulu Ayuna selalu menghindar dan takut jika ada laki-laki yang mendekatinya. Karena dia merasa tidak percaya diri dihadapan laki-laki.
"Yaaa... gak ada kesempatan dong Pak," celetuk mahasiswi lainnya.
"Sekarang kita teruskan materinya. Sebelum itu saya akan absen terlebih dahulu," ucap Dewa dengan datar dan aura dinginnya terpancar dari wajahnya.
"Kamu yang di depan, yang wajahnya ditutupi dengan buku," Dewa memandang ke arah Ayuna yang menutup wajahnya dengan buku.
Seketika Ayuna meletakkan bukunya dan menegakkan punggung serta kepalanya.
Dia menatap Dewa yang kini sedang menatap ke arahnya dengan tatapan yang membuat Ayuna bergidik ngeri.
"Kamu, temui saya nanti setelah jam saya selesai," ucap Dewa dengan aura yang membuat Ayuna ketakutan.
"I-iya Pak," jawabnya terbata-bata karena gugup.
Aura killer dari Pak Hamid ternyata masih tertinggal di kelas tersebut pada saat jam pelajarannya. Buktinya dosen penggantinya pun sama killer nya dengan beliau.
Semua yang berada di ruangan tersebut menjadi serius kembali sama seperti ketika pelajaran Pak Hamid berlangsung.
Pelajaran berlangsung dengan sangat tenang namun bedanya mereka lebih suka ketika Dewa yang menerangkan dibanding dengan Pak Hamid. Di samping wajah dan penampilannya yang sangat sedap dipandang oleh mata, penjelasannya pun sangat mudah dipahami oleh mereka semua.
Jam pelajaran Dewa pun selesai, itu artinya Ayuna harus menemui Dewa di ruangannya.
Jantungnya berdegup sangat kencang mengingat sebentar lagi dia akan berhadapan dengan dosen barunya yang killer dan kebetulan juga merupakan tetangga depan rumahnya yang awal pertemuannya tidak berjalan dengan baik.
"Ay, ayo ikut saya sekarang," ucap Dewa lirih ketika berjalan di depan Ayuna yang kebetulan juga sedang berdiri di depan bangkunya.
Deg!
Mata Ayuna melebar dan jantungnya lebih cepat lagi berdetaknya ketika mendengar Dewa memanggilnya dengan nama panggilan yang tidak diperbolehkan oleh Ayuna ketika memanggilnya.
Tuh kan, nyebelin... nyebelin... nyebelin.... udah dibilangin jangan panggil Ay, masih aja manggil gitu. Kan malu kalau di dengar orang lain, Ayuna berkata dalam hatinya sambil memukul-mukul kepalanya.
Dewa yang berjalan lebih dulu menoleh kembali ke belakang karena merasa Ayuna tidak mengikutinya. Namun dia tersenyum tipis ketika melihat Ayuna memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Ehem!" Dewa berdehem untuk memberi kode pada Ayuna agar segera mengikutinya.
"Yuna, kamu mau ke mana? Kantin yuk," ucap Devan sambil merangkul pundak Ayuna.
Dewa yang melihat tangan Devan merangkul pundak Ayuna merasa tidak suka. Kemudian dia berdehem kembali untuk menyadarkan Ayuna bahwa dirinya sedang menunggunya.
"Ehem!"
Ayuna yang kaget mendengar deheman dari Dewa, dia segera melepaskan tangan Devan dari pundaknya lalu berjalan cepat mengikuti Dewa yang kini sedang berjalan di depannya.
"Yuna, kamu mau ke mana?" Devan berseru bertanya pada Ayuna.
Namun Ayuna tidak menjawabnya bahkan dia berlari kecil untuk menyusul Dewa yang sudah berjalan dengan sangat cepat jauh di depannya.
Masuklah Dewa pada ruangannya yang tidak pernah Ayuna masuki. Ruangan tersebut sepertinya memang tidak pernah digunakan oleh dosen siapapun.
Sempat terlintas di benak Ayuna jika dia adalah pemilik universitas tersebut ketika masuk ke dalam ruangan yang besar dan mewah itu.
Namun pikiran itu segera ditampik oleh Ayuna karena tidak mungkin orang semuda Dewa bisa menjadi pemilik universitas yang sebesar itu.
"Duduk," ucap Dewa datar dan tegas.
Dengan segera Ayuna duduk di kursi yang berada di depan meja Dewa. Jujur saja dia takut pada Dewa yang bertampang datar dan dingin seperti itu.
Andai saja dia bertampang seperti tadi pagi, pasti aku bisa membantahnya sekarang ini, Ayuna berkata dalam hatinya dengan menundukkan kepalanya, dia tidak berani menghadap Dewa saat ini dan dia mengingat kembali kejadian tadi pagi.
"Ay," Dewa memanggil Ayuna yang tidak mau menghadap padanya.
"Iya," jawab Ayuna secara reflek.
"Kenapa kamu tidak menghadap saya?" tanya Dewa yang masih tidak mengalihkan perhatiannya dari Ayuna.
"Takut," jawab reflek Ayuna.
"Kenapa?" tanya Dewa kembali sambil memajukan tubuhnya lebih dekat pada Ayuna.
"Serem," jawab Ayuna secara reflek karena masih membayangkan kejadian tadi pagi.
"Kamu kira aku hantu?" tanya Dewa tidak terima.
"Masih mending muka yang tadi pagi ngeselin daripada yang sekarang nakutin," jawab Ayuna tanpa sadar.
Dewa tersenyum mendengar jawaban dari Ayuna. Dalam hati dia bersorak karena sudah berhasil mendapatkan jawaban yang dia inginkan.
"Ay," Dewa memanggil Ayuna kembali.
Namun Ayuna masih saja menundukkan kepalanya. Dia tidak mau melihat ke arah Dewa yang berada di hadapannya.
Dewa beranjak dari kursinya dan berdiri di sebelah tempat duduk Ayuna. Diputarnya kursi Ayuna untuk menghadap ke arahnya saat ini.
Tentu saja Ayuna kaget dan reflek mendongakkan kepalanya. Dan dia kembali kaget karena melihat Dewa yang sedang berjongkok berada di depannya.
"Kak Dew- eh Pak Dewa," ucap Ayuna kaget melihat Dewa yang tersenyum manis di hadapannya.
"Ay, kamu mau jadi pacarku, tunanganku atau langsung menikah agar bisa menjadi istriku?"
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Dewa itu membuat jantung Ayuna benar-benar berdegup kencang. Dia tidak menyangka jika Dewa, si dosen tampan dan tetangga depan rumahnya itu mengatakannya layaknya seseorang yang ingin melamarnya.
"Ay!" Dewa memanggil Ayuna agar dia sadar dari lamunannya.
"Ya," jawab Ayuna gelagapan.
"Silahkan pilih!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MNTAPPP DEWA,, GK PKE BASA BASI, TINGGAL KSIH PILIHAN, JDI PACAR, TUNANGAN ATAU LGSUNG JDI ISTRI..
KYKNYA DEWA TAU NI HUBUNGAN AYUNA DGN KEEMPAT TMAN PRIANYA... MKANYA DEWA GERCEP...
2023-01-14
0
Sulaiman Efendy
SEBENARNYA GK SUKA DGN KARAKTER YUNA, KYK WANITA BRGILIR, LO MUSLIM, TTPI BEBAS DIPELUK2 LKI2 YG BKN MAHRAM LO, BLM LGI FELIX, VIKTOR YG DRI NAMANYA SDH PSTI GK SEIMAN DGN LOO, TPI LO BEBAS DIPELUK2 DIPEGANG MRK BREMPAT, GK TAU GAVIN & DEVAN APA SEIMAN JUGA.. ..
WAJAR BNYK TEMAN2 LO DI SMA DLU GK SUKA SAMA LOO..
2023-01-14
0
Lina Maulina
to the poin bget pak dewa
2022-10-04
0