Langkah kaki Ayuna sangat cepat meskipun dirinya sedang dilanda kemalasan karena nyeri haid yang dirasakannya saat ini.
Memang Ayuna lebih suka berjalan kaki menuju mini market di ruko perumahan kompleknya. Sangat ribet katanya jika membawa sepeda ataupun motor, dia lebih suka berjalan kaki meskipun dalam keadaan seperti sekarang ini.
Sesampainya di dalam mini market, Ayuna segera menuju lorong yang menyediakan pembalut dan kawan-kawannya.
Ayuna menoleh ke kanan dan ke kiri, kemudian mengambil satu bungkus pembalut yang bertuliskan night wings dan satu bungkus pembalut yang bertuliskan day wings.
Pembalut-pembalut itu dengan cepat dimasukkan ke dalam keranjang belanjaan dan segera ditutupi dengan beberapa snack dan minuman kemasan kaleng agar tidak terlihat oleh orang lain.
Tibalah di kasir dia menghela nafasnya panjang, ternyata antriannya lumayan membuatnya lelah untuk berdiri mengantri.
Di meja kasir sekarang ini sedang ada ibu-ibu dengan dua keranjang penuh belanjaannya. Ayuna menggelengkan kepalanya dan berkata dalam hati,
Belanja bulanannya bisa nanti aja gak Bu? Saya lagi ngempet nih. Apa saya aja yang duluan ya Bu?
Tiba-tiba bibir manyun Ayuna berganti dengan bibirnya yang melengkung ke atas melihat ibu-ibu tadi yang sudah menenteng barang belanjaannya dengan tiga kantung plastik di tangan kanan dan kirinya.
Namun tiba-tiba bibirnya manyun kembali ketika seorang pemuda maju ke meja kasir. Ternyata dia lupa jika di depannya ada seorang pemuda yang juga sudah mengantri sejak tadi sebelum dia mengantri di sana.
Gapapa, dia cuma beli minuman satu doang. Aman.
Ayuna berkata dalam hatinya sambil mengintip barang belanjaan pemuda tadi.
Tiba-tiba pemuda tadi tidak kunjung selesai membayar barang yang dibelinya. Dia malah meraba-raba celananya dan jaketnya seperti mencari sesuatu.
"Maaf Mbak, saya nitip dulu, saya mau ambil dompet saya dulu. Sepertinya ketinggalan," ucap pemuda tersebut.
"Berapa Mbak, biar saya yang bayar."
Tiba-tiba suara perempuan itu membuat pemuda tadi menoleh ke sebelahnya. Dan perempuan tadi memberikan botol minuman yang dibeli pemuda tadi pada tangan pemuda tersebut.
"Ini Mas, bawa aja. Biar saya yang bayar," ucap perempuan tadi.
Kemudian dia meletakkan keranjang belanjaannya di atas meja kasir yang kini berada tepat di depannya.
"Udah kan Mas, silahkan minggir ya, saya mau bayar," ucap perempuan tersebut seolah mengusir pemuda tadi.
"Oh iya. Eh ini terima kasih ya minumannya. Lain kali akan saya ganti jika ketemu," ucap pemuda tersebut sambil mengangkat sedikit minumannya untuk ditunjukkan pada perempuan tersebut yang sudah membayarkan minuman itu.
"Ok, gak masalah kok. Silahkan keluar Mas, saya mau bayar," ucap perempuan tersebut sambil menampakkan senyuman manisnya.
Beberapa detik pemuda tersebut terpanah oleh senyuman perempuan tadi. Sepertinya pemuda tersebut sudah terpesona pada pertemuan pertamanya.
"Mbak, ini pembalutnya dua bungkus ya?" tanya si Mbak kasir pada perempuan tadi.
Sontak saja dia tersenyum malu dan mengangguk pada Mbak kasir tersebut. Ya, perempuan tadi adalah Ayuna.
Niat hati dia mempercepat transaksi pembayaran si pemuda di depannya tadi agar dia bisa cepat-cepat sampai rumah dan agar tidak ada laki-laki yang mengetahui jika dia membeli pembalut.
Pemuda tadi menahan senyumnya, dia mengerti jika gadis di hadapannya ini pasti malu padanya.
Ahhh... jadi karena itu dia membayarkan minuman ini? Biar aku cepat-cepat pergi? Pemuda tersebut berkata dalam hatinya.
Kemudian dia keluar dan berdiri di depan mini market tersebut bermaksud untuk berkenalan dengan gadis penolongnya.
Setelah mendapatkan barang belanjaannya, Ayuna segera menenteng kantong plastiknya dan berjalan cepat tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri ketika keluar dari mini market tersebut.
Loh kok buru-buru amat sih? Mau ke mana dia? Pulang? Kok ke arah situ?
Pemuda tersebut berkata dalam hatinya dan berjalan mengikuti Ayuna di belakangnya.
Kenapa dia mengikutiku? Apa dia mau menculikku? Aku harus bagaimana? Lari? Ah perutku lagi nyeri, mana lagi deras-derasnya lagi.
Ayuna berkata dalam hatinya dengan resah sambil melirik ke arah belakangnya yang terdapat seorang pemuda tampan berjalan mengikutinya.
Ah bodo amat, aku hadapi aja, kalau orangnya nyeremin, aku langsung lari. Ok Yuna, kamu pasti bisa, Ayuna kembali berkata dalam hatinya.
Tiba-tiba dia membalikkan badannya dan berkata,
"Kamu siapa? Ngapain kamu mengikuti aku? Dikira aku berani apa? Eh keliru. Dikira aku takut apa?"
Seketika pemuda tersebut tertawa, namun dia menahan tawanya karena kini dia melihat wajah gadis yang ada di depannya itu sedang diam menatapnya.
"Ehem...," pemuda tersebut menetralkan suaranya.
"Aku gak mengikuti kamu kok. Aku memang lewat jalan sini. Itu rumahku di depan situ," ucap pemuda tersebut sambil menunjuk salah satu rumah disitu.
"Hah?! Apa? i-itu rumah kamu?" Ayuna merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar.
"Iya, rumah kamu di mana? Biar aku bisa ganti uang kamu yang buat bayari minuman aku tadi," ucap pemuda tadi pada Ayuna.
Mata Ayuna mengerjap-ngerjap, dia bingung antara jujur atau tidak. Namun nyeri perut akibat haid nya itu membuatnya tidak nyaman. Dan mau tidak mau dia harus memberitahu pemuda tersebut di mana rumahnya berada.
Karena percuma saja jika disembunyikan sebab Ayuna ingin segera pulang dan sudah bisa dipastikan jika pemuda itu akan tahu meskipun tanpa diberi tahu olehnya.
"Rumah kita berhadap-hadapan," ucap Ayuna kemudian berjalan dengan cepat menuju rumahnya.
Pemuda tersebut terkejut dengan kenyataan bahwa rumah mereka berhadap-hadapan. Sontak saja dia berlari mengejar Ayuna yang kini sedang berjalan cepat menuju rumahnya.
"Tunggu!"
Pemuda tersebut berteriak sambil berlari mengejar Ayuna.
"Kita belum kenalan. Namaku Dewa. Namamu siapa?" ucap pemuda tersebut sambil mengulurkan tangannya pada Ayuna utnuk berkenalan dengannya.
"Aku Ayuna. A-Yuna," jawab Ayuna sambil tetap berjalan cepat menuju rumahnya.
"Oke, besok aku ganti uangmu ya Ay," ucap Dewa sambil tersenyum pada Ayuna yang terlihat kaget mendengar ucapannya.
Kemudian Dewa masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Ayuna yang masih mematung di depan gerbang rumahnya sendiri.
"Ay? Kok bisa Ay sih? Ntar dikira orang-orang aku pacarnya dia. Ah.... gak mau... gak mau... Aku kan belum punya pacar. Alamat jadi jomblo abadi kalau kayak gini mah ceritanya."
Ayuna bermonolog masih dalam posisi yang sama dengan tadi. Dia masih berdiri di depan pagar rumahnya dan menghentak-hentakkan kakinya sambil membayangkan apa yang terjadi jika dirinya dipanggil dengan nama Ay di hadapan orang-orang banyak.
Dewa, si pemuda tampan itu masih melihat Ayuna dari dalam rumahnya sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat kelucuan gadis yang tinggal di depan rumahnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BIAR ADIL TRHADAP KEEMPAT TMAN PRIANYA,, AYUNA MMG HRS PNY PASANGN DILUAR MRKA, BIAR MRK JUGA TDK BRHARAP LBH DRI SKEDAR PRSAHABATAN, HINGGA MREKA MNCARI PASANGAN MASING2,, TPI KYKNYA KLO AYUNA PNY KKASIH DILUAR MRK, DEVAN YG GK TERIMA. .
2023-01-14
0
Ok_Ra
beneran seru ini ceritanya
2022-09-14
0