"Pagi Ay...."
Tiba-tiba suara laki-laki yang ingin dia hindari mengalunkan dengan indah namanya.
Ayuna pun menoleh, dan dia menghela nafasnya ketika melihat wajah pemuda tampan yang ingin dia hindari itu ada di hadapannya sekarang ini.
"Ehem... manggilnya Yuna atau Ayuna aja ya Kak Dewa yang terhormat," ucap Ayuna sambil tersenyum paksa.
Dan itu membuat Dewa tertawa terbahak-bahak. Sungguh dia tidak pernah menemukan gadis yang bisa membuatnya tertawa dan terhibur seperti itu.
Sepertinya kini Dewa mulai ingin selalu menggoda gadis tersebut agar menjadi hiburan tersendiri baginya.
"Kak, Kak Dewa, Kak.... isss dikacangin. Emang aku jualan kacang apa? Menyebalkan."
Ayuna menggerutu dengan kerasnya, dia kira Dewa memang tidak mendengarnya karena sedang melamun, namun ternyata Dewa sangat jelas mendengarnya hingga membuatnya kembali tertawa mendengar Ayuna yang menggerutu karenanya.
"Ay, kamu lucu banget sih. Aku kantongin bawa pulang boleh gak?"
Dewa kembali mengeluarkan candaannya untuk menggoda Ayuna yang menurutnya pasti akan marah padanya.
Dan ternyata memang benar dugaan Dewa, kini bibir Ayuna mengerucut, setelah itu dia mengomel mengeluarkan kata-kata yang kembali membuat Dewa tertawa.
"Emangnya aku gantungan kunci apa? Kecil-kecil begini kan imut, limited edition. Gak ada yang imut, manis dan cantik macam aku," ucapnya dengan kesal.
Dewa kembali tertawa senang melihat Ayuna kesal seperti dugaannya.
"Ck, senang sekali dia menggangguku pagi-pagi gini. Dikira aku pelawak apa, dari tadi dia ketawa mulu. Ini mana lagi ojeknya gak datang-datang."
Ayuna kembali menggerutu dengan kesal melihat Dewa menertawakannya sedari tadi dan kesal karena tukang ojek yang dipesannya secara online belum juga datang menjemputnya.
"Ehem..."
Dewa menetralkan suaranya sesudah menghentikan tawanya.
"Mau ke mana Ay?" tanya Dewa yang ingin tahu tempat kuliah Ayuna.
"Mau ke pasar," jawab Ayuna dengan kesal.
"Masa' tampilan udah oke gitu ke pasar sih? Sayang dong."
Dewa kembali menggoda Ayuna yang terlihat sudah sangat kesal padanya.
"Ini orang lama-lama nyebelin ya. Kayaknya aku harus ekstra sabar punya tetangga macam dia. Untung cuma tetangga, kalau punya suami macam dia gimana nantinya hidupku?"
Bukannya menjawab pertanyaan Dewa, Ayuna malah sibuk mengomel mengatai Dewa dihadapan orangnya.
Dewa yang mendengar omelan Ayuna itu merasa ingin tertawa kembali namun ditahannya karena perutnya dan pipinya sudah kram, sedari tadi tertawa melihat kelakuan Ayuna yang sangat menggemaskan baginya.
"Kuliah di mana sih? Yuk aku anterin," ucap Dewa yang kini sudah berada di dekat Ayuna.
"Alhamdulillahirobbilalamin tukang ojeknya udah datang," ucap Ayuna sambil menadahkan kedua telapak tangannya di depan wajahnya kemudian mengusapnya ke wajahnya.
Dewa kembali dibuat tertawa oleh tingkahnya, namun dia kembali menahan tawanya agar perut dan pipinya tidak kaku karena kebanyakan tertawa sedari tadi.
"Dengan Mbak Ayuna?" tanya si tukang ojek tersebut yang sudah berhenti di depan Ayuna.
"Iya Pak, ayo Pak buruan, mau telat ini."
Ayuna berkata sambil berjalan akan naik di boncengan tukang ojek tersebut.
Dengan cepatnya Dewa mengeluarkan selembar uang seratus ribuan diberikan pada tukang ojek tersebut.
"Ini Pak ongkosnya. Mbak ini tidak jadi naik," ucap Dewa sambil memberikan uang tersebut dengan paksa pada tukang ojek pesanan Ayuna.
"Loh.. loh... loh.. enak aja, enggak, gak ada. Jangan Pak, antarkan saya aja Pak. Kalau Bapak gak antarkan saya, Bapak akan saya kasih bintang satu."
Ayuna mengancam tukang ojek tersebut dengan memperlihatkan ponselnya yang memperlihatkan profil tukang ojek tersebut.
Hap!
Dengan cepatnya tangan Dewa menyambar ponsel Ayuna, sehingga kini ponsel Ayuna berpindah tangan pada Dewa.
"Eh balikin! Balikin gak?!"
Ayuna melompat-lompat menggapai ponselnya yang dipegang tinggi-tinggi oleh Dewa.
"Enggak," jawab Dewa sambil tersenyum lebar.
"Udah Pak biar nanti saya yang urus bintangnya. Saya kasih bintang lima nanti," ucap Dewa pada tukang ojek yang sedang melongo melihat tingkah Ayuna dan Dewa sekarang ini.
"Oh i-iya, terima kasih ya Mas," ucap tukang ojek tersebut sambil menyalakan mesin motornya.
Ayuna sangat kesal pada Dewa. Terlihat jelas pada raut wajahnya saat ini. Sedangkan Dewa, dia sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat ini. Wajah kesal Ayuna seperti mainan baru baginya yang membuatnya menjadi bersemangat.
"Nyebelin banget sih. Iiiih...."
Ayuna berseru sambil menginjak kaki Dewa sebagai perwujudan kekesalannya pada Dewa.
"Awww... galak banget sih," ucap Dewa sambil meringis menahan rasa sakit di kakinya karena diinjak oleh Ayuna.
"Cepetan balikin HP ku. Udah mau telat nih... mana dosennya killer lagi," rengek Ayuna pada Dewa yang semakin membuat Dewa bertambah gemas.
"Ayo aku antar biar gak telat," ucap Dewa seraya berjalan menuju rumahnya untuk mengambil mobilnya.
Ayuna tetap diam pada tempatnya. Dia terlanjur kesal dan tidak mau bersama dengan Dewa apalagi jika satu mobil dengannya.
Tin... tin... tin...
Suara klakson mengagetkan Ayuna yang sedang melamun dengan menggerak-gerakkan kakinya seperti sedang melukis.
"Ay... ayo naik, udah siang," ucap Dewa dari dalam mobilnya dengan kepala yang melongok keluar jendela mobil.
"Gak mau. Balikin HP ku!"
Ayuna berseru dari tempatnya berdiri saat ini sambil menengadahkan tangannya.
"Mau telat ke kampus? Oke aku tinggal ya?"
Dewa tidak memberikan ponsel Ayuna, dia malah memperingatkan akan keterlambatan Ayuna.
Dilihatnya jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Ekspresi kaget ditunjukkannya saat ini, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka ketika melihat jarum jam yang sebentar lagi menunjukkan jam pertamanya berlangsung.
Dengan segera dia berlari masuk ke dalam mobil Dewa dan memakai sabuk pengamannya.
"Ayo Kak cepat berangkat ke Kampus Z," ucap Ayuna dengan cepat dan panik.
Dewa merasa lega melihat Ayuna sudah masuk ke dalam mobilnya dan senyumnya mengembang ketika mengetahui tujuan Ayuna, yaitu tempat kuliah Ayuna yang sedari tadi ingin diketahui oleh Dewa.
Mobil Dewa melaju dengan kecepatan tinggi karena Ayuna yang sedari tadi menyuruh Dewa untuk mempercepat lajunya.
"Cepetan dong Kak, jam pertama dosennya galak nih. Bisa dihukum nanti kalau aku telat."
Beberapa menit sekali Ayuna selalu mengatakan hal tersebut pada Dewa sehingga membuat Dewa tersenyum.
Sungguh Dewa tidak ingin membuat gadis disebelahnya ini cemas, namun dia juga tidak bisa mengatakan jika ada hal nantinya yang akan membuat Ayuna bertambah kesal padanya.
Mobil Dewa memasuki parkiran Kampus Z yang merupakan kampus tempat belajar Ayuna saat ini.
"Stop... stop... stop Kak, di sini aja. Terima kasih ya. Bye...," ucap Ayuna sambil membuka sabuk pengamannya dan bergegas keluar dari mobil Dewa.
"Yuna! Ayuna! Cepat amat sih larinya?"
Devan berlari menyusul Ayuna sambil berseru memanggilnya.
"Udah mau jam masuk nih. Takut telat. Takut dihukum nanti. Dosennya kan killer banget, disiplin. Kamu gak takut apa?" ucap Ayuna sambil berjalan cepat menuju kelasnya.
"Paling dihukum ngerjain tugas. Ngapain takut," jawab Devan sambil terkekeh.
"Bukan tugasnya, tapi nilainya. Kalau sampai nilai kita D gimana?" ucap Ayuna kembali sambil terengah-engah karena berjalan cepat.
"Kita hapus aja, kita ganti sendiri nilainya," jawab Devan sambil terkekeh.
Ayuna hanya menggelengkan kepalanya sambil berjalan cepat menuju kelasnya.
"Eh kamu tadi diantar siapa? Kok mobilnya parkir di situ?" tanya Devan yang memergoki Ayuna keluar dari mobil yang diparkir di sebelah mobil Devan.
"Oh itu... itu...."
"Siapa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PSTI SI DEWA TUU DOSEN KILLERNYA .
2023-01-14
0
Ok_Ra
Dasar Ayuna😂
2022-09-14
0