Hari-hari Ayuna bersama dengan Felix, Gavin, Viktor dan Devan berlanjut hingga mereka berkuliah di universitas yang sama.
Di kampus mereka pun sama dengan di sekolah SMA mereka dulu. Setiap laki-laki yang akan mendekati Ayuna selalu dibuat menjauh oleh mereka berempat tanpa sepengetahuan Ayuna.
Sebenarnya banyak sekali laki-laki yang ingin mendekati Ayuna, namun keempat teman laki-laki Ayuna ini bak bodyguard nya yang siap menghalau siapa saja yang mendekati Ayuna.
Pantas saja semenjak SMA hingga kuliah dia tidak memiliki pacar sama sekali, ternyata alasannya adalah teman-teman laki-lakinya yang over protective pada Ayuna.
Menurut mereka, Ayuna adalah kesayangan mereka. Dia adalah primadona mereka berempat. Dan tanpa disadari oleh Felix, Gavin dan Viktor, Devan memiliki rasa yang berbeda untuk Ayuna.
"Yuna, sabtu besok nonton yuk. Ada film baru kamu pasti suka deh."
Devan mencoba mengajak Ayuna untuk menonton berdua dengannya tanpa ketiga temannya yang lain.
"Felix, Gavin dan Viktor ikut Dev?" tanya Ayuna pada Devan.
"Sepertinya enggak deh. Kan kamu tau sendiri kalau mereka gak suka film romantis kayak kita. Cuma kita berdua aja yang suka film romantis, mereka sukanya film horor."
Devan sudah menyiapkan jawaban seperti itu sebelumnya. Dia sudah menduga jika Ayuna pasti akan menanyakan Felix, Gavin dan Viktor jika mereka tidak bersama.
"Cuma kita berdua aja dong kalau gitu?"
Ayuna mengulang lagi pertanyaannya pada Devan.
Dahi Devan mengernyit, dia tidak menyangka jika gadis di depannya berpikir terlebih dahulu ketika diajak seorang laki-laki jalan.
"Iya. Apa kamu keberatan?" tanya Devan pada Ayuna.
"Enggak juga sih, cuma.....," Ayuna ragu mengatakannya.
"Kamu takut kita dikira ngedate?"
Devan bertanya sambil terkekeh melihat ekspresi wajah Ayuna.
"Bukannya gitu, cewek-cewek yang naksir kamu itu pada ngatain aku terus-terusan. Pilihlah salah satu dari mereka biar kamu gak jadi jomblo abadi," ucap Ayuna sambil terkekeh.
"Kayak sendirinya bukan jomblo abadi aja," balas Devan sambil terkekeh dengan tangannya yang mengacak-acak rambut Ayuna.
"Eh sesama jomblo dilarang mem bully," ucap Ayuna sambil membalas meraih rambut Devan.
Ayuna berjinjit meraih rambut Devan, namun tak bisa diraihnya karena tinggi badan Devan yang lebih tinggi dibanding Ayuna hingga dia sedikit melonjak-lonjak untuk mendapatkan rambut Devan dan membalas mengacak-acak rambutnya.
"Iiih... nunduk!"
Ayuna berseru untuk menyuruh Devan lebih menunduk agar rambutnya bisa diraih oleh Ayuna.
Devan tertawa melihat gadis imut dan mungil dihadapannya yang sedang kesal padanya.
"Mangkanya tumbuh tuh ke atas."
Devan terkekeh meledek Ayuna yang terlihat benar-benar kesal padanya.
"Eh sorry ya, kamu aja yang ketinggian kayak tiang listrik."
Ayuna membalas ledekan Devan dengan kesal dan mengerucutkan bibirnya seperti kebiasaannya jika sedang kesal.
"Udah yuk, Abang anterin pulang," ucap Devan sambil merangkul pundak Ayuna seraya mengajaknya berjalan bersama menuju mobilnya.
"Yang lain mana?" tanya Ayuna ketika berjalan bersama Devan menuju parkiran mobil.
"Siapa? Pacar kamu? Kan Abang Devan yang tampan ini pacar kamu."
Devan kembali menggoda Ayuna dengan tangannya yang masih bertengger di pundak Ayuna.
"Abang tukang bakso?!"
Ayuna berseru menanggapi ucapan Devan padanya. Selalu saja tidak ada tanggapan yang serius ataupun jantung yang berdebar ketika dia digoda oleh empat sahabat cowoknya itu.
"Gapapa kamu kan doyan bakso," jawab Devan sambil terkekeh.
"Iiih Devan, aku nanya beneran. Mana sih trio somplak itu? Apa mereka mau menginap di sini?"
Ayuna merengek dan berkata kesal pada Devan.
"Udah biarin aja, mereka udah gede, gak bakalan ilang," jawab Devan sambil terkekeh.
Devan pun membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Ayuna masuk dengan hati-hati.
Banyak sekali pasang mata yang melihat ke arah mereka, terutama kaum hawa yang sangat mengagumi Devan. Mereka merasa iri pada Ayuna yang diperlakukan istimewa oleh Devan dan kawan-kawannya.
Bahkan hujatan-hujatan yang diberikan mereka pada Ayuna hampir sama dengan teman-teman perempuannya di SMA kala itu.
Ayuna tidak lagi mempermasalahkannya, dia telah menulikan indera pendengarannya dan menebalkan telinganya agar tidak sakit hati mendengarkan semua omongan yang menyakitkan hatinya.
Mobil Devan pun telah sampai di depan rumah Ayuna. Dia melangkah turun dari mobil Devan tanpa beban. Hingga Devan menghentikannya dengan perkataannya.
"Main turun aja Neng, ongkosnya mana?"
Tanya Devan dengan memandang serius wajah Ayuna.
Dengan wajah bingungnya, Ayuna mengerjap-ngerjapkan matanya hingga bulu matanya yang lentik itu melambai-lambai naik turun menambah kadar kecantikannya.
Beberapa detik kemudian tangan Ayuna meraih uang yang ada di sakunya. Uang dua puluh ribu tersebut merupakan uang kembalian Ayuna ketika membeli bakso di kantin tadi.
Dahi Devan mengerut, namun beberapa detik kemudian dia tertawa melihat uang kertas dua puluh ribu yang disodorkan Ayuna di depan wajahnya.
Devan menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia menolak uang pemberian dari Ayuna.
Kemudian dia mengarahkan kembali tangan Ayuna yang memegang uang kertas dua puluh ribu itu ke arah Ayuna.
Tampak sekali wajah bingung Ayuna ketika Devan menolak uang pemberiannya dengan memutar balik tangannya ke depan wajahnya.
Devan yang mengerti wajah bingung Ayuna itu, dan dia segera memberikan jawaban pada Ayuna atas kebingungannya dengan menunjuk pipi sebelah kanannya.
"Hah?!" celetuk Ayuna tanpa sadar.
Reaksi bingung Ayuna itu membuat Devan bertambah gemas. Reflek tangannya menjapit hidung Ayuna sambil berkata,
"Gak usah pakai uang, bayarnya pakai cium pipi Abang Devan aja."
"Isss... maunyaaaa," ucap Ayuna sambil menyingkirkan tangan Devan dari hidungnya.
"Udah ah aku mau masuk. Makasih ya, ini ongkos buat Abang sopir. Bye....."
Ayuna meletakkan selembar uang kertas dua puluh ribuan di jok mobil yang tadinya dia duduki.
Setelah itu dia melambaikan tangannya untuk memberikan salam perpisahan pada Devan.
Devan tertawa melihat tingkah lucu gadis yang mencuri perhatiannya sejak bersahabat dengannya.
Diambilnya selembar uang kertas dua puluh ribuan yang ditinggalkan Ayuna di jok yang didudukinya tadi, lalu dimasukkan ke dalam sakunya.
Sesampainya di rumah, uang tersebut dimasukkan oleh Devan ke dalam toples kaca kecil dan diberi label bertanda love pada kaca tersebut.
Sedangkan di kamar Ayuna, kini seperti kapal pecah. Dia mengobrak-abrik semua lacinya untuk mencari pembalutnya.
"Dimana sih...? Perasaan ada di sini deh. Ah masa' iya aku taruh di sana? Apa sudah habis ya? Perasaan masih banyak deh."
Ayuna menggerutu sambil terus mencari barang keramat bagi kaum perempuan yang sangat dibutuhkan pada saat tamu bulanannya sedang datang berkunjung.
Mata Ayuna menatap nanar melihat semua barang yang berserakan di lantai kamarnya. Mulutnya menganga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Wow... amazing..," ucap Ayuna tidak percaya melihat apa yang sudah dia lakukan pada semua barangnya yang sangat berantakan itu.
"Ah, gak keburu. Udah ini deras banget. Lebih baik beli ke mini market aja deh," ucapnya sambil menyambar dompet yang tergeletak di meja belajarnya.
Kenapa dia mengikutiku? Apa dia mau menculikku? Aku harus bagaimana? Lari? Ah perutku lagi nyeri, mana lagi deras-derasnya lagi, Ayuna berkata dalam hatinya dengan resah sambil melirik ke arah belakangnya yang terdapat seorang pemuda tampan berjalan mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BENARKN,, GK MUNGKIN FELIX, VIKTOR, GAVIN & DEVAN GK PNYA PRASAAN MA AYUNA, MKANYA MREKA MSH JOMBLO, KRN MNGHARAPKN AYUNA, TPI MRK GK MIKIR, TTG PRSAHABATN MRK, KLO AYUNA MILIH SALAH SATU DRI MRK, YG LAIN PSTI TERLUKA & BSA MRUSAK PRSAHABATN MRK, TPI KYKNYA DEVAN YG AGAK AKTIF UNTUK DPTKN AYUNA..
SALAHNYA AYUNA, HNY DY SENDIRI WANITA DIANTARA 4 TMN PRIANYA..
2023-01-14
0
Lili
wah senengnya jadi Ayuna
2022-09-14
0