"Nona, makan malam sudah siap. Tuan besar, Nyonya dan Tuan muda juga sudah dalam perjalanan pulang" Seorang pria paruh baya yang tampak lembut menyambutnya begitu dia memasuki pintu rumah, yang lebih cocok dikatakan sebagai mansion.
Camila mengangguk acuh dan naik ke atas lebih dulu untuk membersihkan diri dan mengganti baju, sebelum turun ke meja makan dimana anggota keluarganya sudah menunggu. Dia duduk di sebelah kakak laki-lakinya, Aiden Blazemoche yang masih kuliah dan baru mulai magang di perusahaan keluarga.
Tidak ada satupun yang bersuara saat makan malam, semua orang makan dengan tenang dan sopan. Tapi tidak ada sedikitpun suasana dingin atau canggung, mereka hanya tidak suka makan sambil bicara.
"Bagaimana sekolah?" Ayahnya bertanya tiba-tiba saat semua orang sudah menyelesaikan makanan di piring masing-masing.
"Semuanya baik, ayah" jawab Camila.
"Apakah uangmu cukup?" Dia bertanya lagi, Camila menjawabnya dengan sebuah anggukan.
"Camila, apakah ada sesuatu yang kau inginkan? Mau pergi ke spa bersama akhir pekan ini?" Kali ini ibunya yang bertanya.
Camila mengangguk setuju, lagipula dia suka membuat dirinya tampil lebih menarik. Siapa juga perempuan yang tidak suka menjadi cantik?
Aiden yang ada di sampingnya melirik dari waktu ke waktu, tapi tidak mengatakan sepatah kata. Beda dengan Camila yang mewarisi rambut cokelat muda ibunya, Aiden mewarisi rambut hitam milik ayahnya, tapi mereka memiliki mata ungu yang sama gelap dan tajam.
"Camila, ada lahan kosong yang baru-baru ini sepertinya diincar oleh orang-orang pemerintahan. Apakah kau ingin mengambilnya? Untuk menambah aset atas namamu, anggap saja sebagai mainan dan jangan terburu-buru membangun apapun" suara ayahnya terdengar lagi.
"Ayah, kalau orang pemerintahan sudah melirik tanah itu maka nilai bisnis lahan otomatis sudah berkurang. Jika kita ngotot membelinya, mereka akan menaikkan harga beberapa kali lipat dan di kemudian hari akan membawa surat perintah untuk menjual tanah itu kembali pada mereka dengan harga murah. Aku menduga bahwa daerah itu akan digunakan untuk membangun fasilitas umum beberapa waktu ke depan, jadi lupakan saja" jawab Camila, Aiden mendengarkan dari samping.
"Harga tanah memang akan naik dari tahun ke tahun, tapi bersaing dengan orang pemerintahan itu terlalu beresiko dan tidak sebanding dengan hasilnya. Aku benci kerugian" tukasnya, mengakhiri pembicaraan malam itu.
Seperti biasa, Camila Blazemoche selalu mendominasi dan pintar membaca situasi.
Dia datang ke sekolah keesokan harinya dengan glamor dan cerdas seperti biasa, menjadi pusat perhatian seluruh siswa sekolah kemanapun dia pergi. Tapi tidak ada yang berani terlalu dekat padanya, jadi dia selalu sendirian bahkan saat semua siswa menatapnya dengan kagum saat jam makan siang.
Matanya melirik ke segala arah dan mendapati seorang laki-laki yang duduk diam di sudut yang tidak mencolok, itu adalah Gabriel yang makan bersama teman dari kelompok belajarnya. Tidak ada Arianna disana.
Camila mengernyit, dimana anak merepotkan itu?
Arianna adalah protagonisnya, kalau dia tidak sedang bersama second lead, maka anak itu pasti sedang bersama male lead saat ini atau sedang dibully di suatu tempat.
Camila mendecih samar dan bangkit dari posisinya, pergi mencari Arianna ke tempat klise yang sering digunakan untuk mengganggu siswa di novel picisan. Halaman belakang sekolah dan rooftop.
Namun pada jam saat ini rooftop pasti masih dikunci, jadi Camila langsung menuju halaman belakang dan mendengar suara ribut-ribut dari sana. Dugaannya benar, Arianna sedang diganggu oleh Frost Harrison bersama dua anteknya. Dan seperti biasa, gadis itu menangis.
"Aku sudah mengembalikan jaketmu dan aku benar-benar berterimakasih atas kebaikanmu, tapi tolong berhentilah menggangguku!" Pekiknya dengan wajah berurai air mata.
Frost yang mendengarnya tertawa bersama dua anteknya, dia maju satu langkah dan menarik dagu Arianna agar melihat ke atas
"Mengganggumu? Kapan aku melakukannya? Bukankan kau diam-diam juga menyukai ini? Jangan sok jual mahal, Anna."
"Benar! Bukankah kau selalu mengintip ke arah bos kami diam-diam? Kalau kau tidak menyukainya, kenapa bersikap seperti itu?" Balas antek satu.
"Aku tidak! Saat itu sedang pergantian jam pelajaran dan kau duduk tepat di dekat pintu, wajar aku melihat kesana untuk mengetahui apakah guru akan masuk kelas atau tidak!" Arianna memekik lagi, dia tampak benar-benar lelah menjelaskan.
"Jangan mencari-cari alasan! Kami tau Tuan Harrison adalah laki-laki paling kaya dan paling tampan di sekolah, wajar kalau kau menyukainya!" Balas antek dua.
"Aku tidak menyukainya!" Pekiknya.
"Kau menyukaiku, Anna. Akui saja, jangan terus terusan jual mahal. Kalau tidak, lalu kenapa kau selalu mencariku setiap kali kau diganggu oleh murid lain?" Sombong Frost.
"Aku mencarimu karena mereka menggangguku karenamu! Aku juga menganggapmu sebagai temanku!" Arianna menjerit lebih keras, air matanya mengalir lebih deras.
Camila mengamati dalam diam, hatinya benar-benar takjub akan narsisme male lead. Kenapa dia bisa berpikir bahwa semua gadis jatuh cinta padanya, hanya karena dia tampan dan kaya?
Dia terus mengamati dari balik tembok akan aksi sekelompok remaja ini. Tapi hatinya merasa lega karena Arianna setidaknya tidak menjadi gadis murahan yang merebut tunangan orang, gadis itu berarti sungguh-sungguh anak yang baik.
Di belakangnya adalah koridor ruang kelas satu, jadi akan selalu ada satu dua siswa yang lewat. Dia menarik seorang siswa secara acak dan membuat anak itu terkejut dengan wajah merona
"Senior, ada apa?"
"Bisa minta tolong panggilkan Gabriel Wundervei kemari? Dia sedang berada di kantin saat ini, rambutnya berwarna perak jadi dia lebih mudah ditemukan. Katakan padanya, aku bersama Arianna" Camila meminta tolong sambil tersenyum manis, anak itu sontak mengangguk setuju dan berlari untuk melakukan permintaan seniornya.
Namun begitu Camila kembali melihat situasi, dia terkejut. Karena saat ini Frost sedang mencengkeram kedua tangan Arianna dan memaksa untuk menciumnya. Dua laki-laki lain juga terus bersorak dan bersiul, memberi dukungan lada aksi peleceh*n seksu*l ini.
Anak itu baru saja pergi dan butuh beberapa saat bagi Gabriel untuk sampai kemari.
Camila tidak ingin terlibat, tapi dia juga tidak mau membiarkan tindak peleceh*n terjadi tanpa berbuat apa-apa.
"Ck. Kau memang merepotkan, Arianna!" protesnya.
Camila berlari secepat yang dia bisa dan mengetuk titik tertentu di tengkuk tiga laki-laki ini dengan tepat, membuat ketiganya tumbang tak sadarkan diri.
Arianna yang melihat ini jatuh berlutut karena lega tidak menjadi korban, dia menangis penuh rasa syukur dan mengucapkan terimakasih berkali-kali. Tapi begitu tau yang menolongnya adalah Camila, dia justru menangis lebih keras.
Camila "????"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments