Tiga bulan sebelumnya...
"El, aku yakin kamu bisa melakukannya. Pelan-pelan saja, asal kamu punya keyakinan itu. Kamu kuat, lebih kuat dari yang kamu tahu. Dan move on, El. Kamu harus moved on."
Elizabeth Whitney hanya melirik psikiaternya sekilas kemudian ia mengambil permen karet dari tasnya, mengunyahnya dengan santai sambil tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Dok. Sepertinya sesi terapi kita sudah selesai." Eliza beranjak dari tempat duduknya, ia menyambar tasnya kemudian melanggang pergi begitu saja tanpa memperdulikan teriakan dr. Alma, yang merupakan psikiaternya.
Elizabeth berjalan cepat sambil terus memainkan permen karet dalam mulutnya, sesekali ia menyapa beberapa orang yang ia lewati dengan ramah.
Eliza masuk ke mobilnya, kemudian ia menghubungi seseorang dan memberi tahu ia akan segera sampai. "Aku udah di jalan, tadi masih tertahan dengan ritual sakral yang sangat membosankan," kata Eliza pada temannya di seberang telfon.
"Okay, nggak masalah, El. Selama kamu masih hidup, lakukan aja meskipun kamu bosan sampai ke ubun-ubun," ejek temannya yang membuat Eliza tertawa.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, bahkan beberapa kali ia sampai kena tegur oleh orang lain namun Eliza tampak tak perduli.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, kini Eliza sampai di sebuah mall dimana temannya sudah menunggu.
"Kita ngapain neh?" Tanya Rubby, satu-satunya sahabat Eliza yang sangat mengerti akan karakter Eliza.
"Apa, ya? Dugem?" Gurau Eliza yang seketika membuat Rubby tertawa. "Ya belanja lah, apalagi memangnya," imbuhnya.
Kedua gadis itu pun segera menuju pusat berbelanjaan, membeli beberapa pakaian yang menarik di mata mereka tanpa memperdulikan harga ataupun yang lainnya. "Rub, ini bagus nggak?" Tanya Eliza menunjuk kaos putih polos serta celana jeans pendek yang juga berwarna putih. "Aku nggak punya loh celana pendek yang warna putih," imbuhnya.
"Ya udah, ambil aja tuh. Borong sekalian," saran Ruby. Eliza pun mencoba celana dan baju itu itu ke ruang ganti, ia berputar dan di depan cermin dan tampaknya ia menyukai kedua barang yang simple itu.
Eliza bahkan ingin langsung memakai kedua barang tersebut dan meninggalkan pakaian yang sebelumnya di ruang ganti, tentu ini bukan hal baru bagi Ruby. "Betapa senangnya mereka mengambil celana Zara-mu yang baru sekali pakek itu, El," tukas Ruby yang hanya di tanggapi dengan santai oleh Eliza.
Setelah selesai berbelanja, kini mereka merasa lapar. Eliza mengajak Rubby ke restaurant Jepang yang ada di mall itu, tentu Rubby langsung setuju.
"Aku udah lapar banget, sampai gemetar kakiku neh," ucap Eliza sambil memencet tombol lift, Ruby menatap lutut Eliza dan memang benar lutut sahabatnya itu sedikit gemetar. Seketika Ruby tertawa, begitu juga dengan Eliza. Namun saat lift terbuka...
Ting
Kedua sahabat itu tercengang melihat siapa yang ada di dalam lift, put pupil mata Eliza Bahkan melebar dan ia menahan napas seolah ia tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Begitu juga dengan Ruby yang tampak terkejut melihat orang itu.
"Halo..." suara anak kecil itu membuyarkan lamunan Ruby dan Eliza. "Nggak mau masuk, Tante? Kalau nggak mau, ya jangan di pencet tombolnya. Kami buru-buru tahu," tukas anak itu yang membuat Eliza dan Ruby hanya bisa cengengesan. Keduanya pun masuk ke dalam lift.
"Tanvir, lain kali tidak boleh seperti itu." Tanvir langsung mendongak, menatap Om-nya itu dengan serius.
"'Kan Tanvir cuma mengingatkan, Om Jibril. Nanti kita terlambat ke ulang tahun adik bayi," keluh Tanvir.
"Ulang tahunnya nanti malam, ini masih sore." Tanvir membuang napas kasar namun ia tak membantah lagi ucapan pamannya itu.
Sementara Eliza, diam-diam dia memperhatikan wajah Jibril dari pantulan bayangannya di kaca lift. Ia bertanya-tanya apakah pria ini melupakan dirinya? Sedangkan Eliza dan Ruby mengingat jelas wajah pria yang pernah Eliza kerjai di Pakistan itu.
Jibril pun sesekali melirik Eliza karena ia tahu, Eliza adalah gadis yang melamarnya saat di Pakistan. Namun Jibril tak tertarik untuk menyapa gadis itu karena memang ia tak tertarik untuk mengenalnya.
Di pojok lift, Ruby membisikan sesuatu pada Eliza yang membuat Eliza langsung melotot sempurna. "Ingat 'kan?" Tanya Ruby kemudian sambil menaik-turunkan alisnya.
Ruby menagih janji Elizabeth yang pernah mengatakan akan mencium pria itu jika mereka bertemu lagi, dan siapa sangka? Kini takdir kembali mempertemukan mereka di negara mereka sendiri.
"Gila kamu, bisa di tampar aku," desis Eliza.
"Iya juga sih," gumam Ruby. Kini perhatian Eliza tertuju pada dua bocah yang sejak tadi mengoceh tanpa henti, Eliza tidak yakin kedua bocah itu ada hubungan darah dengan Jibril meskipun beberapa kali mereka memanggil Jibril dengan sebutan 'om', karena raut wajah ketiga manusia itu tampak sangat berbeda. Anak-anak yang menggemaskan, terus mengoceh dan raut wajahnya tampak berbinar. Sementara Jibril terus bungkam, tatapannya tajam dan raut wajahnya sangat datar.
Eliza bahkan sempat berfikir mungkin Jibril adalah penculik anak-anak itu, namun melihat dari bagaimana Jibril menggenggam tangan mereka, tampaknya Jibril memang om mereka.
Ting...
Lift terbuka, kedua bocah itu segera keluar begitu juga dengan Jibril. Namun entah setan mana yang merasuki Eliza, ia justru mengejar Jibril. Menarik baju Jibril dan dalam hitungan detik...
Cup...
PLAKKK...
Semua mata melotot sempurna saat Eliza mendaratkan kecupan singkat di pipi Jibril yang justru langsung terkena tamparan dari Jibril di detik itu juga.
Eliza terkejut, mulutnya menganga lebar sementara tangannya mengusap pipinya yang terasa sakit, panas dan perih.
Jibril pun tak kalah terkejutnya, selama ini tak ada satupun wanita yang menyentuhnya. Dan sekarang, entah dari mana datangnya wanita gila ini yang langsung menciumnya. Secara spontan, Jibril langsung melayangkan tamparan karena shock.
"Opss..." Ruby, Tanvir dan Via tak kalah terkejutnya melihat kejadian bak fenomena alam itu.
...🦋...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
nah kan malah kena tampar.
2024-06-01
0
Sabilnur Alif
astaghfirullah
2023-12-12
0
duo Hil
astagfirullah haladzim cewek ganjen
2023-02-15
1